Pengamat politik Jimly Asshiddiqie menyatakan, Komisi Pemberantasan Korupsi seharusnya bersikap kritis terkait dengan permintaan sejumlah tersangka kasus traveller's cheque mantan anggota DPR 1999-2004 dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang meminta KPK menghadirkan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Megawati diminta menjadi saksi meringankan yang memberikan keterangan bahwa beberapa anggota fraksinya mendapat uang murni dari pendapatan partai, bukan dari cek perjalanan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom.
"Penyidik (KPK) harus kritis, jangan ikut saja, kalau tidak terlalu penting ngapain," kata Jimly di Auditorium Widya Graha, Sabtu (19/02/2011).
Pemanggilan terhadap Megawati, menurut Jimly, sebaiknya tidak dilakukan jika memang tidak terlalu dibutuhkan karena hanya akan menimbulkan hiruk-pikuk.
"Kalau tidak diperlukan kepentingannya, tidak perlu, kan, karena hanya akan menimbulkan hiruk-pikuk dan jadi show saja," tuturnya.
Menurut dia, hal wajar jika orang yang sudah menjadi tersangka mencari teman sebanyak-banyaknya. Jika Megawati telanjur dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebaiknya tetap dijalankan agar tidak merusak nama baik kedua belah pihak.
"Biasanya orang kalau jadi tersangka mencari teman sebanyak-banyaknya. Itu harus kita mengerti. Karena ini sudah telanjur dipanggil, ya enggak enak juga kalau tidak. Nama KPK akan jelek juga. Saya menyarankan Ibu Mega ikut saja datang dengan jiwa besar. Kalau kami boleh beri kritik, ini (pemanggilan terhadap Megawati) kurang bijaksana," tutur Jimly.
*kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)