Permintaan akan bibit jamur di Jambi ternyata cukup besar. Hal ini diakui Alfadri, seorang pengusaha pembibitan jamur. "Satu petani saja kadang-kadang memesan hingga 4 ribu lok, sementara ada sekitar ratusan petani di sini. Jadi, untuk mendapatkan bibit jamur pun harus mengantre dan megambil nomor antrean," kata Alfadri, kepada Tribun, Rabu (16/2) di tempat usahanya di kawasan Mayang Mangurai.
Ia menyebut, para petani jamur kadang harus antre hingga tiga bulan untuk mendapatkan bibit jamur yang akan dibudidayakan. Alfadri yang dulunya petani jamur, sejak 2009 lalu memilih bermain di hulu, yakni menjadi peyedia bibit jamur.
Kini, pasarnya tak lagi hanya di dalam Provinsi Jambi. Tapi juga merambah hingga ke Pekanbaru dan Sumatera Barat. Dia bilang, permintaan bibit jamur dalam satu bulan bisa mencapai 150 ribu lok. “Namun, saya mampu memproduksinya sekitar 60 ribu lok,” katanya.
Satu lok sama dengan satu bungkus bibit dibanderol Rp 2.500. Satu bibit ini bisa untuk 10 kali panen. Umumnya, panen pertama menghasilkan sekitar enam ons jamur dan selanjutnya kurang dari enam ons. Ini berlangsung selama satu musim yaitu sekitar empat bulan. Jadi, sebulan bisa tiga kali panen.
Kini menurutnya harga jamur di pasaran mencapai Rp 15 ribu-Rp 18 ribu per kilogram. Dengan ini, kata dia, petani sudah banyak mendapatkan keuntungan.
Pernah Gagal
Awalnya, lelaki kelahiran Batang Asai, Sarolangun ini menjadi petani jamur. Namun karena minim pengetahuan, usahanya itu kerap gagal. Akhirnya, ia yang semula join dengan temannya, memilih usaha sendiri. Alfadri pun akhirnya mendalami jamur di di Yogyakarta melalui kursuss.
Dari sanahlah, ia banyak mendapatkan ilmu. Hanya kurang lebih tiga minggu, ia memprakteknya di Jambi dan akhirnya berhasil. Kini, ia memiliki karyawan 20 orang. Untuk gaji karyawannya saja, ia mengeluarkan uang Rp 16 juta. (dry)
Ia menyebut, para petani jamur kadang harus antre hingga tiga bulan untuk mendapatkan bibit jamur yang akan dibudidayakan. Alfadri yang dulunya petani jamur, sejak 2009 lalu memilih bermain di hulu, yakni menjadi peyedia bibit jamur.
Kini, pasarnya tak lagi hanya di dalam Provinsi Jambi. Tapi juga merambah hingga ke Pekanbaru dan Sumatera Barat. Dia bilang, permintaan bibit jamur dalam satu bulan bisa mencapai 150 ribu lok. “Namun, saya mampu memproduksinya sekitar 60 ribu lok,” katanya.
Satu lok sama dengan satu bungkus bibit dibanderol Rp 2.500. Satu bibit ini bisa untuk 10 kali panen. Umumnya, panen pertama menghasilkan sekitar enam ons jamur dan selanjutnya kurang dari enam ons. Ini berlangsung selama satu musim yaitu sekitar empat bulan. Jadi, sebulan bisa tiga kali panen.
Kini menurutnya harga jamur di pasaran mencapai Rp 15 ribu-Rp 18 ribu per kilogram. Dengan ini, kata dia, petani sudah banyak mendapatkan keuntungan.
Pernah Gagal
Awalnya, lelaki kelahiran Batang Asai, Sarolangun ini menjadi petani jamur. Namun karena minim pengetahuan, usahanya itu kerap gagal. Akhirnya, ia yang semula join dengan temannya, memilih usaha sendiri. Alfadri pun akhirnya mendalami jamur di di Yogyakarta melalui kursuss.
Dari sanahlah, ia banyak mendapatkan ilmu. Hanya kurang lebih tiga minggu, ia memprakteknya di Jambi dan akhirnya berhasil. Kini, ia memiliki karyawan 20 orang. Untuk gaji karyawannya saja, ia mengeluarkan uang Rp 16 juta. (dry)
*tribunjambi.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)