Spanyol mendesak Amerika Serikat (AS) agar menyingkirkan semua tanah yang tercemar radioaktif dari bom nuklir yang jatuh di desa Palomares, Almeria. Pasalnya, rehabilitasi lahan tersebut memerlukan banyak biaya dan daerah itu sampai saat ini tidak bisa digunakan.
Menurut harian The Guardian, Senin, 17 Januari 2011, sebanyak 50.000 meter kubik tanah dari empat lahan seluas hampir dua kilometer di desa ini tercemar plutonium dan mengeluarkan zat radioaktif dari bom nuklir milik AS yang tidak meledak. Bom itu jatuh di desa Palomares pada 17 Januari 1966 pada peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Kecelakaan Palomares B-52.
Kala itu, pesawat pengebom B-52 yang membawa bom nuklir tipe hidrogen mengalami kecelakaan dengan pesawat pengisi bahan bakar di udara, KC-135. Kedua kapal meledak hebat membunuh semua awak kapal, sementara serpihan pesawat beserta bom nuklir jatuh di beberapa tempat.
Pada peringatan 45 tahun peristiwa tersebut, pemerintah Spanyol mengirimkan nota diplomatik kepada pemerintahan Obama mengatakan bahwa sudah saatnya AS mengeruk tanah di desa yang terletak di Spanyol tenggara tersebut. Pada surat dikatakan bahwa tanah puluhan ribu kubik tersebut mengandung hampir setengah ton plutonium dan harus dibuang tanpa ditunda-tunda lagi.
Sebelumnya pada tahun 60an, AS telah mengeruk 1.300 meter kubik tanah yang terkontaminasi dan membawanya ke tempat penampungan nuklir sungai Savannah di Carolina Selatan. Namun, langkah ini belum cukup untuk menghilangkan semua kandungan radioaktif di tanah.
Para ahli mengatakan bahwa dengan mengeruk tanah yang terkontaminasi dan membuangnya, dapat mengurangi luas tanah yang terkontaminasi hingga mencapai seperempatnya. Ahli mengatakan bahwa plutonium di tanah dapat hilang dengan sendirinya, namun membutuhkan waktu hingga ribuan tahun.
Tanah yang terkontaminasi plutonium saat ini dapat diangkut semuanya dalam sebuah kapal pengangkut barang, namun biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari 31 miliar euro atau lebih dari Rp37 triliun. Inilah yang dituntut oleh pemerintah Spanyol kepada AS.
Sampai saat ini belum ada warga desa yang terkena dampak radioaktif, namun pemerintah Spanyol masih menutup wilayah itu dan melarang penanaman tumbuhan apapun di atas tanah tersebut.
Menurut harian The Guardian, Senin, 17 Januari 2011, sebanyak 50.000 meter kubik tanah dari empat lahan seluas hampir dua kilometer di desa ini tercemar plutonium dan mengeluarkan zat radioaktif dari bom nuklir milik AS yang tidak meledak. Bom itu jatuh di desa Palomares pada 17 Januari 1966 pada peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Kecelakaan Palomares B-52.
Kala itu, pesawat pengebom B-52 yang membawa bom nuklir tipe hidrogen mengalami kecelakaan dengan pesawat pengisi bahan bakar di udara, KC-135. Kedua kapal meledak hebat membunuh semua awak kapal, sementara serpihan pesawat beserta bom nuklir jatuh di beberapa tempat.
Pada peringatan 45 tahun peristiwa tersebut, pemerintah Spanyol mengirimkan nota diplomatik kepada pemerintahan Obama mengatakan bahwa sudah saatnya AS mengeruk tanah di desa yang terletak di Spanyol tenggara tersebut. Pada surat dikatakan bahwa tanah puluhan ribu kubik tersebut mengandung hampir setengah ton plutonium dan harus dibuang tanpa ditunda-tunda lagi.
Sebelumnya pada tahun 60an, AS telah mengeruk 1.300 meter kubik tanah yang terkontaminasi dan membawanya ke tempat penampungan nuklir sungai Savannah di Carolina Selatan. Namun, langkah ini belum cukup untuk menghilangkan semua kandungan radioaktif di tanah.
Para ahli mengatakan bahwa dengan mengeruk tanah yang terkontaminasi dan membuangnya, dapat mengurangi luas tanah yang terkontaminasi hingga mencapai seperempatnya. Ahli mengatakan bahwa plutonium di tanah dapat hilang dengan sendirinya, namun membutuhkan waktu hingga ribuan tahun.
Tanah yang terkontaminasi plutonium saat ini dapat diangkut semuanya dalam sebuah kapal pengangkut barang, namun biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari 31 miliar euro atau lebih dari Rp37 triliun. Inilah yang dituntut oleh pemerintah Spanyol kepada AS.
Sampai saat ini belum ada warga desa yang terkena dampak radioaktif, namun pemerintah Spanyol masih menutup wilayah itu dan melarang penanaman tumbuhan apapun di atas tanah tersebut.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)