LAJU inflasi hingga 10,52 persen sepanjang tahun 2010 menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Pemerintah melalui instansi terkait diminta mengambil langkah tegas mengendalikan inflasi dengan beberapa stimulus pembangunan sektor perekonomian. Kesimpulan ini terungkap pada diskusi bulanan yang digelar Fraksi Gerakan Keadilan (FGK) DPRD Provinsi Jambi, Rabu (2/3).
Ketua FGK, Henri Masyhur mengatakan, ibarat penyakit, inflasi tergolong sangat mematikan. Karena berdampak sangat luas ke tengah masyarakat.
“Bila dipolitisir, gejala inflasi berdampak sangat fatal bagi pemerintahan,” ujar Henri.
Senada, Sekretaris FGK, Supriyanto SP mengatakan, Jambi masih sangat rentan terhadap gejolak inflasi. Akibat tingginya pasokan dan ketergantungan sembako, khususnya bahan makanan dari luar provinsi.
“Panjangnya mata rantai distribusi memberi efek domino inflasi semakin tinggi di Jambi,” tukas Supriyanto.
Hadir dalam diskusi itu antara lain Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Bank Indonesia Cabang Jambi, Bambang Murdadi, Kepala BPS Provinsi Jambi Dyan Pramono Effendi dan Kabid Distribusi Nerwilis, Sekretaris Bappeda Provinsi Jambi Ammar Sholahuddin dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Unja Prof DR Amri Amir.
Sekretaris Bappeda, Ammar Sholahuddin mengatakan, pemerintah telah berupaya menjaga pasokan di pasar. Namun karena Jambi bukanlah daerah produksi, faktor distribusi selama ini masih terhambat arus transportasi dan infrastruktur wilayah.
“Untuk melakukan pengendalian terhadap produksi pemerintah juga terkendala pada kewenangan,” kata Ammar.
Untuk mengatasinya, Ammar menyarankan lahir kebijakan menciptakan sentra produksi dibidang komoditi pangan. Selain itu memberi stimulus pada kebijakan disektor riil, misalnya meningkatkan kredit UMKM, Samisake dan Kupem.
Khusus pangan, Ammar menilai produksi di tiap daerah belum merata. Apalagi ada kecenderungan tanaman monokultur mendominasi sebagian besar wilayah.
“Upaya menguranginya dengan memberi insentif pada petani, sehingga ketergantungan pangan pada daerah lain berkurang, yang pada gilirannya menekan laju inflasi,” sambung Ammar.
Kepala BPS Provinsi Jambi, Dyan Pramono Effendi mengatakan, tingginya laju inflasi pasti berdampak pada kesejahteraan masyarakat, karena daya beli yang terus menurun. Namun masyarakat tidak bisa berbuat banyak menghadapi lonjakan harga, kecuali hanya mengencangkan ikat pinggang.
Lebih parah lagi, kata Dyan, inflasi di Jambi sepanjang tahun 2010 diakibatkan lonjakan harga bahan makanan, sehingga menjadi pekerjaan rumah dan kajian bagi pemerintah untuk mengatasinya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Unja, Prof Dr Amri Amir mengatakan, 8 faktor utama inflasi Jambi melebihi target adalah adanya kenaikan harga bahan pangan. Khusus Cabai, tidak terbatas masalah pasokan. Adanya informasi di Media tentang harga cabai di daerah lain memicu agen mengikuti harga yang berlaku di tempat lain.
“Ini faktor psikologis yang juga sangat mempengaruhi terjadinya inflasi,” ujar Amri Amir.
Faktor lain, gangguan iklim yang menyebabkan produksi tanaman pangan berkurang. Kedepan sangat dibutuhkan lahan minimal (lahan abadi) di tiap daerah untuk pangan. Jika tidak dilakukan, ketahanan pangan Jambi akan terancam.***
*infojambi.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)