Meskipun jumlah wisatawan Rusia mengalami peningkatan, namun masih terkendala oleh penerbangan. Apabila masalah ini bisa dibereskan secepatnya maka jumlah wisatawan Rusia bisa diharapkan membanjiri Indonesia. Demikian ungkap M.Aji Surya, Counsellor/Penanggungjawab Devisi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Moskow, dalam rilisnya yang diterima Rakyat Merdeka Online (Rabu, 16/3).
Seiring mulai cairnya krisis ekonomi internasional, menurut Aji Surya, jumlah turis Rusia ke Indonesia mulai merangkak naik. Selama tahun 2010 misalnya, bule Rusia yang bertandang ke Indonesia sebanyak 79.100 orang atau mengalami kenaikan 15% dibanding tahun sebelumnya. Adapun tujuan utamanya masih tertuju ke satu destinasi yakni Bali (65 ribu).
“Turis Rusia baru berasal dari upper class dengan rata-rata pengeluaran $1500 dolar per-kunjungan per-orang, atau termasuk tertinggi diantara turis asing lainnya ($1000-an),” ujar Noviendi Makalam, Direktur Promosi Luar Negeri Kembudpar di sela-sela pembukaan pameran ke-18 Moscow International Travel & Tourism (MITT), 16 Maret 2011.
Disebutkan juga bahwa potensi turis Rusia ke Indonesia masih sangat besar karena turis Rusia yang terserap umumnya baru orang-orang kaya. Sebagai perbandingan, turis Rusia ke Mesir pada kisaran 2 juta per-tahun, Thailand 600 ribu dan Korea 150 ribu.
Salah satu masalah yang masih mengganjal maraknya turis Rusia ke Indonesia adalah tertundanya pelaksanaan penerbangan langsung (scheduled direct flight) baik dari maskapai penerbangan Indonesia maupun Rusia. Sejak satu setengah tahun lalu, wacana penerbangan langsung sudah mengemuka dan Air Service Agreement-nya kemungkinan besar baru akan ditandatangani akhir bulan ini.
Meskipun begitu, bagi Noviendi, yang paling penting adalah implementasi dari Air Service Agreement tersebut dalam bentuk penerbangan langsung. Diperkirakan, apabila hal tersebut terealisir maka kunjungan turis Rusia akan mudah melonjak diatas 100 ribu orang. Sejauh ini, turis Rusia terangkut ke Indonesia dengan charter flight ataupun penerbangan reguler melalui Singapura, Doha, Dubai dan Abu Dhabi.
“Logikanya simple. Manakala ada penerbangan langsung, maka biaya kunjungan akan terpangkas secara signifikan. Ujung-unungnya akan banyak turis Rusia yang mampu melancong ke Indonesia,” ujar Noviendi dengan mimik serius. “Tanpa penerbangan langsung dan reguler maka kita hanya mematok peningkatan 15 persen pada tahun depan,” tambahnya.
Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Moskow, Dian Wirengjurit juga menandaskan bahwa masalah penerbangan langsung harus digeber bila Indonesia menginginkan lebih banyak turis Rusia berdatangan. “Dengan ditandatanganinya Air Service Agreement kedua negara dalam waktu dekat diharapkan pihak maskapai penerbangan tergerak untuk melakukan penerbangan langsung secara terjadwal,” ujarnya.
MITT merupakan pameran industri pariwisata tahunan terbesar di Rusia dan ketiga di dunia yang mendatangkan 120 ribu konsumen selama 4 hari pameran. Dalam pameran MITT yang ke-18 ini, sebanyak 10 industri pariwisata Indonesia hadir untuk menjual berbagai tujuan wisata di Indonesia.[asa]
Seiring mulai cairnya krisis ekonomi internasional, menurut Aji Surya, jumlah turis Rusia ke Indonesia mulai merangkak naik. Selama tahun 2010 misalnya, bule Rusia yang bertandang ke Indonesia sebanyak 79.100 orang atau mengalami kenaikan 15% dibanding tahun sebelumnya. Adapun tujuan utamanya masih tertuju ke satu destinasi yakni Bali (65 ribu).
“Turis Rusia baru berasal dari upper class dengan rata-rata pengeluaran $1500 dolar per-kunjungan per-orang, atau termasuk tertinggi diantara turis asing lainnya ($1000-an),” ujar Noviendi Makalam, Direktur Promosi Luar Negeri Kembudpar di sela-sela pembukaan pameran ke-18 Moscow International Travel & Tourism (MITT), 16 Maret 2011.
Disebutkan juga bahwa potensi turis Rusia ke Indonesia masih sangat besar karena turis Rusia yang terserap umumnya baru orang-orang kaya. Sebagai perbandingan, turis Rusia ke Mesir pada kisaran 2 juta per-tahun, Thailand 600 ribu dan Korea 150 ribu.
Salah satu masalah yang masih mengganjal maraknya turis Rusia ke Indonesia adalah tertundanya pelaksanaan penerbangan langsung (scheduled direct flight) baik dari maskapai penerbangan Indonesia maupun Rusia. Sejak satu setengah tahun lalu, wacana penerbangan langsung sudah mengemuka dan Air Service Agreement-nya kemungkinan besar baru akan ditandatangani akhir bulan ini.
Meskipun begitu, bagi Noviendi, yang paling penting adalah implementasi dari Air Service Agreement tersebut dalam bentuk penerbangan langsung. Diperkirakan, apabila hal tersebut terealisir maka kunjungan turis Rusia akan mudah melonjak diatas 100 ribu orang. Sejauh ini, turis Rusia terangkut ke Indonesia dengan charter flight ataupun penerbangan reguler melalui Singapura, Doha, Dubai dan Abu Dhabi.
“Logikanya simple. Manakala ada penerbangan langsung, maka biaya kunjungan akan terpangkas secara signifikan. Ujung-unungnya akan banyak turis Rusia yang mampu melancong ke Indonesia,” ujar Noviendi dengan mimik serius. “Tanpa penerbangan langsung dan reguler maka kita hanya mematok peningkatan 15 persen pada tahun depan,” tambahnya.
Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Moskow, Dian Wirengjurit juga menandaskan bahwa masalah penerbangan langsung harus digeber bila Indonesia menginginkan lebih banyak turis Rusia berdatangan. “Dengan ditandatanganinya Air Service Agreement kedua negara dalam waktu dekat diharapkan pihak maskapai penerbangan tergerak untuk melakukan penerbangan langsung secara terjadwal,” ujarnya.
MITT merupakan pameran industri pariwisata tahunan terbesar di Rusia dan ketiga di dunia yang mendatangkan 120 ribu konsumen selama 4 hari pameran. Dalam pameran MITT yang ke-18 ini, sebanyak 10 industri pariwisata Indonesia hadir untuk menjual berbagai tujuan wisata di Indonesia.[asa]
*rakyatmerdeka.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)