Selain piawai dalam menentukan prioritas pembangunan, Abdullah Hich juga dikenal jeli dalam melihat kinerja bawahan.Pengalamannya malang melintang di birokrasi, tak membuatnya mudah dalam memberi penilaian terhadap stafnya. Dia memahami betul siapa saja staf yang bisa diandalkan. Sampai – sampai beberapa kali Hich terkesan ‘melanggar’ hirarki birokrasi saat reshuffle kabinetnya.
Soal prioritas pembangunan, Abdullah Hich tidak bisa diragukan. Begitu resmi dilantik sebagai bupati pada tahun 2001, Abdullah Hich langsung memetakan semua persoalan yang dihadapi. Skala prioritas ditentukan segera ketika itu juga. Hasilnya, semua pembangunan yang dilaksanakannya saling bersinergi. Saling menopang antara satu sektor dengan sektor lainnya. Keputusannya mengutamakan infrastruktur dasar berhasil membuka isolasi seluruh wilayah Tanjabtim. Dengan demikian, kebijakan lain seperti pertanian dan kemasyarakatan terhitung sukses hingga periode kedua kepemimpinannya. Bahkan Abdullah Hich juga sukses sebagai pelopor pendidikan gratis sekaligus pelopor kesehatan gratis di Provinsi Jambi.
Sukses demi sukses itu diakui Hich tidak bisa dilepaskan dari kinerja para stafnya. Dukungan para stafnya itu, berperan besar dalam perjalanan sepuluh tahun jabatannya sebagai bupati. Lalu bagaimana trik seorang Abdullah Hich dalam memilih para pembantunya itu?.Ternyata sangat simple. Tidak ada ukuran lain selain kinerja. Jangan dikira bisa ‘menjilat’ kepada Abdullah Hich. Pamong yang kenyang di tataran lapangan itu faham betul siapa stafnya yang benar – benar bisa diandalkan.
Dalam perjalanan sepuluh tahun kepemimpinannya, keputusannya soal ini sering mengecewakan beberapa kerabatnya. Namun akhirnya mereka memahami dan malah termotivasi untuk bersaing secara sehat dengan PNS lainnya. Abdullah Hich meyakini, berbuat baik untuk kerabatnya tidak harus dengan mengabaikan standar penilaian kinerja. ‘’Harus apresiatif pada yang berprestasi. Harus pula diingatkan bagi yang belum baik meski kerabat sendiri. Semua demi kebaikan mereka juga,’’kata Abdullah Hich.Pasca pelantikannya sebagai bupati periode pertama, 12 April 2001, Abdullah Hich tak lama kemudian mengganti formasi pejabat eselon di lingkup pemkab Tanjabtim. Dalam reshuffle pertama itu, Abdullah Hich membuat kejutan yang luar biasa. Banyak orang terperangah dengan sikapnya kala itu. Beberapa pejabat yang sebelumnya diperkirakan didepak, malah mendapat posisi jabatan strategis.
Sebut saja A Latif (almarhum). Mantan Kabag Umum itu malah dipromosikan menjabat kepala kantor Tata Kota . Begitu pula Purnawan (almarhum). Mantan Camat Muarasabak yang dikenal sebagai orang ring satu calon incumbent H Harris, itu malah diangkat sebagai Kepala Bagian Humas. Begitu pula Surahmat Sardi, mantan Camat Sadu yang juga orang dekat H Harris, dipromosikan menjabat kepala bidang di dinas Tata Kota .
Bukan hanya itu saja, hampir semua pejabat di masa Harris tetap dipakai dalam kabinet Hich – Muhkasim. Dan yang paling fenomenal, Abdullah Hich mengangkat Mohammad Hamzah sebagai Kepala Dinas Perhubungan. Padahal, Hamzah adalah rival langsung Hich saat pemilihan bupati. Hamzah adalah calon wakil bupati pasangan H Harris Fadilah. Belakangan, nama Hamzah terus eksis di setiap rotasi pejabat. Mulai dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Kelaperi), Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi(Nakertrans) hingga saat ini menjabat sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan.
Malah, Hamzah dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Abdullah Hich saat ini. Abdullah Hich mungkin mengecewakan banyak tim suksesnya. Beberapa PNS, berpangkat cukup, dan malah masih terhitung keluarga, ternyata tidak dipromosikan Hich. Yang dipromosikan malah orang – orang yang terserang isu pembelotan terhadap Abdullah Hich. Terakhir pasca pemilihan bupati secara langsung tahun 2006, sejumlah nama tetap dipertahankannya meski dia mendapat kabar bahwa mereka itu ‘membelot’ ketika pemilihan berlangsung.
Sebagian orang mungkin sulit memahami sikap Hich itu. Tapi itulah sejatinya seorang Hich yang kenyang dengan perjalanannya sebagai pamong. Dia punya standar penilaian sendiri. ‘’Biar tim sukses, kalau kerjanya tidak beres mau diapakan? Dampaknya ke masyarakat. Begitu pula rival, sepanjang dia bisa membuktikan diri bahwa kinerjanya baik tentu kita apresiasi,’’ungkapnya.Berulang kali Hich menegaskan bahwa kinerja adalah ukuran utama baginya dalam menempatkan pejabat.
Prinsip Hich ini dibuktikannya bukan hanya dari satu sisi. Dari sisi lain, etnis misalnya, sebagian besar pejabat di Tanjabtim selama Hich memimpin selalu beragam. Ada yang dari etnis Jawa, Sunda, Kerinci, Minang, Batak, Banjar, Bugis, Melayu dan sebagainya.Bahkan kepala rumah sakit umum Nurdin Hamzah, Dr Syamsiran, adalah warga keturunan Tionghoa. Semua PNS punya kesempatan yang sama. ‘’Jika berprestasi tentu akan mendapat promosi’’tegasnya.
Dianggap Melanggar HirarkiSoal penetuan pejabat eselon untuk membantunya mewujudkan visi dan misi, sikap Abdullah Hich sering membuahkan pro dan kontra. Semisal ketika dia memutuskan mengangkat Ir Erwin dan Drs Adil P Aritonang sebagai Kepala Dinas Kehutanan (Hutbun) dan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Hubkominfo). Ketika itu, akhir 2006, Erwin dan Adil baru berpangkat III/d. Dalam SK Pelantikan, keduanya diangkat sebagai pelaksana tugas kepala dinas di SKPD masing – masing dengan jabatan defenitif sebagai kepala salah satu bidang di situ.
Padahal, dalam waktu yang bersamaan, beberapa pejabat di kedua dinas itu sudah ada yang berpangkat IV/a dan bahkan IV/b. Mereka ini malah tetap sebagai kepala bidang lain. Untuk jabatan seorang kepala dinas sewajarnya lebih pantas dijabat orang – orang ini, itu jika landasannya hanya kepangkatan. ‘’Saya tidak melihat pangkat semata. Yang lebih penting dari itu adalah kinerja,’’alasan Abdullah Hich saat ditanya wartawan usai pelantikan saat itu.
Dibeberkan Hich, Erwin dan Adil Aritonang dianggapnya cukup mampu membuktikan diri sepanjang rekam jejak perjalanan karir mereka. Keduanya menurut Hich bukan saja loyal tapi terbukti mampu menterjemahkan perintah pimpinan dengan tepat dan akurat. ‘’Dari sisi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mereka, saya kira sangat baik dan bertanggungjawab,’’ucap Abdullah Hich menilai anak buahnya itu.
Sikap Abdullah Hich tersebut juga dia terapkan bagi pejabat ditingkat eselon lainnya. Bahkan begitu pula saat menentukan posisi Sekretaris Daerah. Sebelum di jabat Darminto saat ini, Eddy Kadir sempat tiga tahun duduk sebagai Sekda. Kedua orang ini, baik Darminto maupun Eddy Kadir, menurut Hich adalah orang – orang yang sangat piawai dan memahami betul sejarah dan peta persoalan di Tanjabtim. ‘’Mereka itu termasuk para perintis daerah ini, mereka sangat memahami kondisi daerah ini,’’tandas Abdullah Hich. (***)
Soal prioritas pembangunan, Abdullah Hich tidak bisa diragukan. Begitu resmi dilantik sebagai bupati pada tahun 2001, Abdullah Hich langsung memetakan semua persoalan yang dihadapi. Skala prioritas ditentukan segera ketika itu juga. Hasilnya, semua pembangunan yang dilaksanakannya saling bersinergi. Saling menopang antara satu sektor dengan sektor lainnya. Keputusannya mengutamakan infrastruktur dasar berhasil membuka isolasi seluruh wilayah Tanjabtim. Dengan demikian, kebijakan lain seperti pertanian dan kemasyarakatan terhitung sukses hingga periode kedua kepemimpinannya. Bahkan Abdullah Hich juga sukses sebagai pelopor pendidikan gratis sekaligus pelopor kesehatan gratis di Provinsi Jambi.
Sukses demi sukses itu diakui Hich tidak bisa dilepaskan dari kinerja para stafnya. Dukungan para stafnya itu, berperan besar dalam perjalanan sepuluh tahun jabatannya sebagai bupati. Lalu bagaimana trik seorang Abdullah Hich dalam memilih para pembantunya itu?.Ternyata sangat simple. Tidak ada ukuran lain selain kinerja. Jangan dikira bisa ‘menjilat’ kepada Abdullah Hich. Pamong yang kenyang di tataran lapangan itu faham betul siapa stafnya yang benar – benar bisa diandalkan.
Dalam perjalanan sepuluh tahun kepemimpinannya, keputusannya soal ini sering mengecewakan beberapa kerabatnya. Namun akhirnya mereka memahami dan malah termotivasi untuk bersaing secara sehat dengan PNS lainnya. Abdullah Hich meyakini, berbuat baik untuk kerabatnya tidak harus dengan mengabaikan standar penilaian kinerja. ‘’Harus apresiatif pada yang berprestasi. Harus pula diingatkan bagi yang belum baik meski kerabat sendiri. Semua demi kebaikan mereka juga,’’kata Abdullah Hich.Pasca pelantikannya sebagai bupati periode pertama, 12 April 2001, Abdullah Hich tak lama kemudian mengganti formasi pejabat eselon di lingkup pemkab Tanjabtim. Dalam reshuffle pertama itu, Abdullah Hich membuat kejutan yang luar biasa. Banyak orang terperangah dengan sikapnya kala itu. Beberapa pejabat yang sebelumnya diperkirakan didepak, malah mendapat posisi jabatan strategis.
Sebut saja A Latif (almarhum). Mantan Kabag Umum itu malah dipromosikan menjabat kepala kantor Tata Kota . Begitu pula Purnawan (almarhum). Mantan Camat Muarasabak yang dikenal sebagai orang ring satu calon incumbent H Harris, itu malah diangkat sebagai Kepala Bagian Humas. Begitu pula Surahmat Sardi, mantan Camat Sadu yang juga orang dekat H Harris, dipromosikan menjabat kepala bidang di dinas Tata Kota .
Bukan hanya itu saja, hampir semua pejabat di masa Harris tetap dipakai dalam kabinet Hich – Muhkasim. Dan yang paling fenomenal, Abdullah Hich mengangkat Mohammad Hamzah sebagai Kepala Dinas Perhubungan. Padahal, Hamzah adalah rival langsung Hich saat pemilihan bupati. Hamzah adalah calon wakil bupati pasangan H Harris Fadilah. Belakangan, nama Hamzah terus eksis di setiap rotasi pejabat. Mulai dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Kelaperi), Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi(Nakertrans) hingga saat ini menjabat sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan.
Malah, Hamzah dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Abdullah Hich saat ini. Abdullah Hich mungkin mengecewakan banyak tim suksesnya. Beberapa PNS, berpangkat cukup, dan malah masih terhitung keluarga, ternyata tidak dipromosikan Hich. Yang dipromosikan malah orang – orang yang terserang isu pembelotan terhadap Abdullah Hich. Terakhir pasca pemilihan bupati secara langsung tahun 2006, sejumlah nama tetap dipertahankannya meski dia mendapat kabar bahwa mereka itu ‘membelot’ ketika pemilihan berlangsung.
Sebagian orang mungkin sulit memahami sikap Hich itu. Tapi itulah sejatinya seorang Hich yang kenyang dengan perjalanannya sebagai pamong. Dia punya standar penilaian sendiri. ‘’Biar tim sukses, kalau kerjanya tidak beres mau diapakan? Dampaknya ke masyarakat. Begitu pula rival, sepanjang dia bisa membuktikan diri bahwa kinerjanya baik tentu kita apresiasi,’’ungkapnya.Berulang kali Hich menegaskan bahwa kinerja adalah ukuran utama baginya dalam menempatkan pejabat.
Prinsip Hich ini dibuktikannya bukan hanya dari satu sisi. Dari sisi lain, etnis misalnya, sebagian besar pejabat di Tanjabtim selama Hich memimpin selalu beragam. Ada yang dari etnis Jawa, Sunda, Kerinci, Minang, Batak, Banjar, Bugis, Melayu dan sebagainya.Bahkan kepala rumah sakit umum Nurdin Hamzah, Dr Syamsiran, adalah warga keturunan Tionghoa. Semua PNS punya kesempatan yang sama. ‘’Jika berprestasi tentu akan mendapat promosi’’tegasnya.
Dianggap Melanggar HirarkiSoal penetuan pejabat eselon untuk membantunya mewujudkan visi dan misi, sikap Abdullah Hich sering membuahkan pro dan kontra. Semisal ketika dia memutuskan mengangkat Ir Erwin dan Drs Adil P Aritonang sebagai Kepala Dinas Kehutanan (Hutbun) dan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Hubkominfo). Ketika itu, akhir 2006, Erwin dan Adil baru berpangkat III/d. Dalam SK Pelantikan, keduanya diangkat sebagai pelaksana tugas kepala dinas di SKPD masing – masing dengan jabatan defenitif sebagai kepala salah satu bidang di situ.
Padahal, dalam waktu yang bersamaan, beberapa pejabat di kedua dinas itu sudah ada yang berpangkat IV/a dan bahkan IV/b. Mereka ini malah tetap sebagai kepala bidang lain. Untuk jabatan seorang kepala dinas sewajarnya lebih pantas dijabat orang – orang ini, itu jika landasannya hanya kepangkatan. ‘’Saya tidak melihat pangkat semata. Yang lebih penting dari itu adalah kinerja,’’alasan Abdullah Hich saat ditanya wartawan usai pelantikan saat itu.
Dibeberkan Hich, Erwin dan Adil Aritonang dianggapnya cukup mampu membuktikan diri sepanjang rekam jejak perjalanan karir mereka. Keduanya menurut Hich bukan saja loyal tapi terbukti mampu menterjemahkan perintah pimpinan dengan tepat dan akurat. ‘’Dari sisi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mereka, saya kira sangat baik dan bertanggungjawab,’’ucap Abdullah Hich menilai anak buahnya itu.
Sikap Abdullah Hich tersebut juga dia terapkan bagi pejabat ditingkat eselon lainnya. Bahkan begitu pula saat menentukan posisi Sekretaris Daerah. Sebelum di jabat Darminto saat ini, Eddy Kadir sempat tiga tahun duduk sebagai Sekda. Kedua orang ini, baik Darminto maupun Eddy Kadir, menurut Hich adalah orang – orang yang sangat piawai dan memahami betul sejarah dan peta persoalan di Tanjabtim. ‘’Mereka itu termasuk para perintis daerah ini, mereka sangat memahami kondisi daerah ini,’’tandas Abdullah Hich. (***)
*metrojambi.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)