Lembaga hak asasi manusia yang bermarkas di New York menyatakan sudah pasukan keamanan Libia telah menewaskan 84 orang dalam upaya meredam aksi demonstrasi yang melanda negara tersebut. Pihak berwenang di Libia, Sabtu (19/2) telah memutus akses internet di negara yang terletak di Afrika Utara itu.
"Pihak berkuasa di Libia harus segera menghentikan serangan terhadap massa yang melakukan aksi damai dan melindungi mereka dari serangan kelompok bersenjata yang mendukung pemerintah," jelas lembaga tersebut dalam pernyataanya.
Kebanyakan korban tewas terdapat di Benghazi yang merupakan kota terbesar kedua di negara tersebut. Dliaporkan, ditemukan lagi 35 korban tewas setelah sehari sebelumnya dilaporkan puluhan juga juga tewas.
Sementara itu, sejak pagi tadi, pihak berwenang Libia telah memutus akses internet. Pemutusan jaringan internet menuru perusahaan keamanan Arbor Network dilakukan sejak pukul dua dini hari.
Aksi demonstrasi di Libia merebak sejak beberapa hari terakhir. Para pemrotes mendesak pemimpin Libya Moamar Khaddafi yang telah memimpin negara itu selama 42 tahun untuk mundur. Aksi unjuk rasa antipemerintah ini ditanggapi pemerintah Libia dengan represif.
Militer dikerahkan untuk membubarkan setiap aksi unjuk rasa. Bahkan, dikabarkan pemerintah Libia juga menyewa tentara asing untuk menumpas aksi demonstrasi ini. (AP/OL-04)
"Pihak berkuasa di Libia harus segera menghentikan serangan terhadap massa yang melakukan aksi damai dan melindungi mereka dari serangan kelompok bersenjata yang mendukung pemerintah," jelas lembaga tersebut dalam pernyataanya.
Kebanyakan korban tewas terdapat di Benghazi yang merupakan kota terbesar kedua di negara tersebut. Dliaporkan, ditemukan lagi 35 korban tewas setelah sehari sebelumnya dilaporkan puluhan juga juga tewas.
Sementara itu, sejak pagi tadi, pihak berwenang Libia telah memutus akses internet. Pemutusan jaringan internet menuru perusahaan keamanan Arbor Network dilakukan sejak pukul dua dini hari.
Aksi demonstrasi di Libia merebak sejak beberapa hari terakhir. Para pemrotes mendesak pemimpin Libya Moamar Khaddafi yang telah memimpin negara itu selama 42 tahun untuk mundur. Aksi unjuk rasa antipemerintah ini ditanggapi pemerintah Libia dengan represif.
Militer dikerahkan untuk membubarkan setiap aksi unjuk rasa. Bahkan, dikabarkan pemerintah Libia juga menyewa tentara asing untuk menumpas aksi demonstrasi ini. (AP/OL-04)
*media indonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)