Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Bandung dan wilayah Priangan Timur, meliputi Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, dan Sumedang, Jawa Barat, merangkai naik hingga di atas Rp100 ribu per kilogram, Minggu (9/1).
Naiknya harga cabai di wilayah tersebut sudah terjadi sejak sebulan terakhir bersamaan dengan kondisi cuaca buruk, yang berdampak langsung terhadap tanaman sayuran. Karena hampir 90% cabai di wilayah Priangan Timur, termasuk Bandung dipasok dari Jawa Tengah, seperti Brebes dan Magelang.
Di Pasar Tradisional Kosambi, Bandung harga cabai sudah mencapai Rp100 ribu per kilogram. Begitu juga di Pasar Kopo harga cabai dijual Rp99 ribu per kilogram. Padahal, beberapa hari sebelumnya hanya Rp80 per kilogram.
Jika pasokan terus berkurang menjelang awal Februari, dikhawatirkan harga cabai bisa di atas Rp120 ribu per kilogram.
Di Pasar Induk Cikurubuk dan Pancasila, Tasikmalaya. Harga cabai yang semula dijual Rp80 ribu per kilogram, Sabtu (8/1), naik menjadi Rp8.2500 hingga Rp85 ribu per kilogram. Bahkan, di tingkat eceran atau warung harga cabai mendekati harga Rp90 ribu per kilogram.
Terus melambungnya harga cabai membuat sebagian pedagang memilih tidak berjualan. "Hari ini (Sabtu) saya terpaksa tidak menjual cabai, karena pasokan barang kosong," ujar Dedeh, 40, salah seorang pedagang sayuran di
Pasar Induk Cikurubuk, Tasikmalaya, Sabtu.
Menurutnya, melambungnya harga cabai akibat minimnya pasokan ke sejumlah pasar. "Biasanya jika pasokan dari Jateng menurun, masih ada petani cabai lokal, seperti Garut yang setiap harinya memasok ke sejumlah pasar. Namun, sekarang ini petani lokal (Garut) tidak berbuat banyak karena mereka juga terkena dampak cuaca buruk," tutur Dedeh.
Berbeda dengan pedagang di Pasar Induk Pancasa. Meski sebagian besar masih tetap berjualan. Namun, untuk mendapatkan cabai mereka harus berebut.
"Kalau pun ada pasokan barang ka pasar, kita sering rebutan karena memang pasokannya sedikit," ujarnya.
Menurutnya, selain tingginya curah hujan, faktor lainnya diakibatkan musibah gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah yang menyebabkan gagal panen di beberapa daerah penghasil cabai. "Otomatis pasokan yang berasal dari Jateng terhenti," ujarnya.
Naiknya harga cabai di wilayah tersebut sudah terjadi sejak sebulan terakhir bersamaan dengan kondisi cuaca buruk, yang berdampak langsung terhadap tanaman sayuran. Karena hampir 90% cabai di wilayah Priangan Timur, termasuk Bandung dipasok dari Jawa Tengah, seperti Brebes dan Magelang.
Di Pasar Tradisional Kosambi, Bandung harga cabai sudah mencapai Rp100 ribu per kilogram. Begitu juga di Pasar Kopo harga cabai dijual Rp99 ribu per kilogram. Padahal, beberapa hari sebelumnya hanya Rp80 per kilogram.
Jika pasokan terus berkurang menjelang awal Februari, dikhawatirkan harga cabai bisa di atas Rp120 ribu per kilogram.
Di Pasar Induk Cikurubuk dan Pancasila, Tasikmalaya. Harga cabai yang semula dijual Rp80 ribu per kilogram, Sabtu (8/1), naik menjadi Rp8.2500 hingga Rp85 ribu per kilogram. Bahkan, di tingkat eceran atau warung harga cabai mendekati harga Rp90 ribu per kilogram.
Terus melambungnya harga cabai membuat sebagian pedagang memilih tidak berjualan. "Hari ini (Sabtu) saya terpaksa tidak menjual cabai, karena pasokan barang kosong," ujar Dedeh, 40, salah seorang pedagang sayuran di
Pasar Induk Cikurubuk, Tasikmalaya, Sabtu.
Menurutnya, melambungnya harga cabai akibat minimnya pasokan ke sejumlah pasar. "Biasanya jika pasokan dari Jateng menurun, masih ada petani cabai lokal, seperti Garut yang setiap harinya memasok ke sejumlah pasar. Namun, sekarang ini petani lokal (Garut) tidak berbuat banyak karena mereka juga terkena dampak cuaca buruk," tutur Dedeh.
Berbeda dengan pedagang di Pasar Induk Pancasa. Meski sebagian besar masih tetap berjualan. Namun, untuk mendapatkan cabai mereka harus berebut.
"Kalau pun ada pasokan barang ka pasar, kita sering rebutan karena memang pasokannya sedikit," ujarnya.
Menurutnya, selain tingginya curah hujan, faktor lainnya diakibatkan musibah gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah yang menyebabkan gagal panen di beberapa daerah penghasil cabai. "Otomatis pasokan yang berasal dari Jateng terhenti," ujarnya.
*media indonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)