Kabupaten Muaro Jambi jadi incaran investor asing. Pabrik pengolahan patin yang sempat berdiri di sana, rencananya bakal digiatkan lagi. Nilai investasinya ditaksir mencapai Rp 50 miliar.
Setidaknya, rencana dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggambarkan itu. KKP bahkan Muaro Jambi menjadi target investasi asing tersebut. Kementerian yang dipimpin Fadel Muhammad tersebut kini menjajaki kerjasama dengan pengusaha dari China dan Vietnam untuk membangun pabrik pengolahan ikan patin.
Menurut rencana, pabrik tersebut akan berlokasi di dua sentra produksi ikan patin, yaitu Kabupaten Kampar (Riau) dan Kabupaten Muarojambi di Provinsi Jambi. KKP memperkirakan investor dari kedua negara tersebut harus mengucurkan modal sekitar Rp 50 miliar untuk masing-masing pabrik.
Sekretaris Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP) KKP, Victor Nikijuluw mengatakan, kerjasama tersebut sangat penting untuk mengembangkan industri pengolahan ikan patin di Indonesia yang selama ini belum tersentuh. "Kita bisa belajar banyak dari mereka," kata Victor, Minggu (16/1).
Ikan patin sangat strategis untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Namun sampai saat ini, menurut Victor, aspek pengolahan dan pemasaran ikan patin di Indonesia masih lemah. Pemasaran patin masih terbatas dalam bentuk ikan patin segar. Pengolahan patin menjadi filet di Indonesia masih sangat sedikit.
Padahal, pengolahan memberikan nilai tambah bagi penjualan patin, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Sekadar contoh, selama ini harga jual ikan patin segar hanya sekitar US$ 1 per kilogram. Padahal, bila ikan patin telah diolah menjadi filet, harganya mencapai US$ 3,4 per kilogram.
Belum adanya pabrik pengolahan juga membuat pemasaran patin masih terbatas di daerah yang dekat dengan Kampar dan Muarojambi saja. Misalnya, Padang, Palembang dan Medan.
Padahal, selama ini konsumsi patin terbesar berada di Jawa. "Kita susah mencapai Jawa karena ikan pasti akan busuk di jalan," tandas Victor. Kondisi tersebut jelas kurang menguntungkan. Padahal, produksi patin sudah cukup melimpah.
Data KKP menunjukkan produksi patin tahun 2010 sebanyak 273.554 ton. Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perikanan Budidaya KKP Ketut Sugama mengatakan, produksi patin tahun ini ditargetkan naik 40 persen menjadi 383.000 ton. (ktn)
Setidaknya, rencana dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggambarkan itu. KKP bahkan Muaro Jambi menjadi target investasi asing tersebut. Kementerian yang dipimpin Fadel Muhammad tersebut kini menjajaki kerjasama dengan pengusaha dari China dan Vietnam untuk membangun pabrik pengolahan ikan patin.
Menurut rencana, pabrik tersebut akan berlokasi di dua sentra produksi ikan patin, yaitu Kabupaten Kampar (Riau) dan Kabupaten Muarojambi di Provinsi Jambi. KKP memperkirakan investor dari kedua negara tersebut harus mengucurkan modal sekitar Rp 50 miliar untuk masing-masing pabrik.
Sekretaris Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP) KKP, Victor Nikijuluw mengatakan, kerjasama tersebut sangat penting untuk mengembangkan industri pengolahan ikan patin di Indonesia yang selama ini belum tersentuh. "Kita bisa belajar banyak dari mereka," kata Victor, Minggu (16/1).
Ikan patin sangat strategis untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Namun sampai saat ini, menurut Victor, aspek pengolahan dan pemasaran ikan patin di Indonesia masih lemah. Pemasaran patin masih terbatas dalam bentuk ikan patin segar. Pengolahan patin menjadi filet di Indonesia masih sangat sedikit.
Padahal, pengolahan memberikan nilai tambah bagi penjualan patin, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Sekadar contoh, selama ini harga jual ikan patin segar hanya sekitar US$ 1 per kilogram. Padahal, bila ikan patin telah diolah menjadi filet, harganya mencapai US$ 3,4 per kilogram.
Belum adanya pabrik pengolahan juga membuat pemasaran patin masih terbatas di daerah yang dekat dengan Kampar dan Muarojambi saja. Misalnya, Padang, Palembang dan Medan.
Padahal, selama ini konsumsi patin terbesar berada di Jawa. "Kita susah mencapai Jawa karena ikan pasti akan busuk di jalan," tandas Victor. Kondisi tersebut jelas kurang menguntungkan. Padahal, produksi patin sudah cukup melimpah.
Data KKP menunjukkan produksi patin tahun 2010 sebanyak 273.554 ton. Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perikanan Budidaya KKP Ketut Sugama mengatakan, produksi patin tahun ini ditargetkan naik 40 persen menjadi 383.000 ton. (ktn)
*tribunjambi.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)