Pemerintah Korea Utara (Korut) mulai melunak dan mengatakan bersedia melakukan pembicaraan dengan pemerintah Korea Selatan (Korsel) untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Namun, ajakan itu ditampik oleh Korsel yang mengatakan bahwa Korut tidak tulus menyampaikannya.
Hal ini disampaikan pemerintah Korut melalui kantor beritanya, KCNA, seperti dilansir dari laman Associated Press, Rabu, 5 Januari 2011. Pada artikel terlihat bahwa Korut mulai bermanis mulut dengan mengatakan bahwa peristiwa itu harus dilupakan.
"Kami siap untuk bertemu kapan saja di mana saja, yang sudah terjadi biarlah terjadi," tulis pernyataan pemerintah Korut di KCNA.
Pemerintah Korut mengatakan bahwa kekerasan tidak perlu terjadi lagi. Korut bahkan menasihati Korsel bahwa pertikaian hanya akan menyebabkan perang. "Sejarah menunjukkan bahwa konfrontasi semacam itu hanya berujung pada perpecahan dan perang," ujar Korut.
Pernyataan ini langsung ditanggapi dingin pemerintah Korsel. Kementerian untuk Persatuan Korea langsung menampik ajakan dan mengaku tidak percaya atas niatan Korut. "Kami tidak menganggapnya sebagai ajakan dialog yang tulus," ujar juru bicara kementerian, Lee Jong-joo.
"Korut harus terlebih dahulu meminta maaf atas dua serangan atas Korsel dan mengambil langkah tulus untuk melakukan pelucutan senjata nuklir," ujar Lee.
Serangan pertama Korut tahun lalu dilancarkan pada Maret kepada kapal perang Cheonan di perairan Korsel. Serangan torpedo itu menenggelamkan kapal dan menewaskan 42 orang. Serangan kedua terjadi 23 November 2010 saat Korut menghujani pulau Yeonpyeong dengan artileri yang menewaskan empat warga Korsel.
Sepaham dengan Lee, di Washington, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, PJ Crowley, menyerukan Korut untuk menunjukkan keseriusannya mengenai ajakan dialog.
"Kami ingin melihat dialog antara Korut dan Korsel. Kami terbuka untuk melanjutkan dialog enam pihak. Namun, hanya jika Korut menunjukkan keseriusannya, kami juga akan menunjukkan keseriusan," ujar Crowley. (art)
Hal ini disampaikan pemerintah Korut melalui kantor beritanya, KCNA, seperti dilansir dari laman Associated Press, Rabu, 5 Januari 2011. Pada artikel terlihat bahwa Korut mulai bermanis mulut dengan mengatakan bahwa peristiwa itu harus dilupakan.
"Kami siap untuk bertemu kapan saja di mana saja, yang sudah terjadi biarlah terjadi," tulis pernyataan pemerintah Korut di KCNA.
Pemerintah Korut mengatakan bahwa kekerasan tidak perlu terjadi lagi. Korut bahkan menasihati Korsel bahwa pertikaian hanya akan menyebabkan perang. "Sejarah menunjukkan bahwa konfrontasi semacam itu hanya berujung pada perpecahan dan perang," ujar Korut.
Pernyataan ini langsung ditanggapi dingin pemerintah Korsel. Kementerian untuk Persatuan Korea langsung menampik ajakan dan mengaku tidak percaya atas niatan Korut. "Kami tidak menganggapnya sebagai ajakan dialog yang tulus," ujar juru bicara kementerian, Lee Jong-joo.
"Korut harus terlebih dahulu meminta maaf atas dua serangan atas Korsel dan mengambil langkah tulus untuk melakukan pelucutan senjata nuklir," ujar Lee.
Serangan pertama Korut tahun lalu dilancarkan pada Maret kepada kapal perang Cheonan di perairan Korsel. Serangan torpedo itu menenggelamkan kapal dan menewaskan 42 orang. Serangan kedua terjadi 23 November 2010 saat Korut menghujani pulau Yeonpyeong dengan artileri yang menewaskan empat warga Korsel.
Sepaham dengan Lee, di Washington, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, PJ Crowley, menyerukan Korut untuk menunjukkan keseriusannya mengenai ajakan dialog.
"Kami ingin melihat dialog antara Korut dan Korsel. Kami terbuka untuk melanjutkan dialog enam pihak. Namun, hanya jika Korut menunjukkan keseriusannya, kami juga akan menunjukkan keseriusan," ujar Crowley. (art)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)