Satelit milik AS yang telah menjadi sampah angkasa diperkirakan jatuh ke Bumi pekan ini. Track-It milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah mendeteksi keberadaan satelit berbobot tak kurang dari 5 ton itu. Sore ini satelit itu bakal melintasi wilayah Indonesia.
Satelit yang akan jatuh ke bumi itu adalah Upper Atmospheric Research Satellite (UARS). Setelah melewati atmosfer Bumi, satelit ini bisa jatuh di mana saja, antara 57 derajat utara dan 57 derajat selatan ekuator.
"Sebenarnya sejak kemarin sudah mulai terlihat di Track-It, tapi ketinggian satelit masih di atas 200 km. Diperkirakan pukul 17.00 WIB akan melintasi Nusa Tenggara dan Sulawesi dengan ketinggian di bawah 200 km," ujar peneliti bidang matahari dan antariksa LAPAN, Abdul Rahman, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (21/9/2011).
Track-It adalah program untuk memudahkan pemantauan pada benda buatan yang mengitari Bumi dan berpotensi jatuh bila ketinggiannya cukup rendah. Benda-benda di angkasa yang mengelilingi bumi dan berpotensi jatuh, umumnya adalah sampah antariksa. Sampah-sampah itu antara lain satelit atau perangkat. Sampah antariksa yang jatuh apabila jatuh tidak dapat diatur kapan dan di mana jatuhnya.
Berapa ketinggian pastinya, Anda bisa ikut mengamati pemantauan benda jatuh angkasa melalui situs http://foss.dirgantara-lapan.or.id/orbit. Dari peta yang ditampilkan, ada garis berwarna hijau yang menunjukkan bahwa UARS berada di ketinggian 150-200 km. Peta ini menunjukkan pemantauan sejak 1 jam yang lalu hingga 1 jam ke depan.
Jika gambar di peta menunjukkan warna kuning, artinya benda antariksa itu berada di ketinggian 122-150 km. Menurut LAPAN, pada umumnya suatu benda dikatakan jatuh jika ketinggiannya mencapai 122 km. Tapi suatu benda antariksa dikatakan dalam posisi membahayakan penduduk Indonesia jika pantauan garisnya menunjukkan warna merah, di mana ketinggiannya sudah mencapai 90-122 km.
"Meski melintas di Indonesia nanti tapi itu tidak mengindikasikan apa-apa tentang waktu dan lokasi jatuhnya. Hanya pertanda awal bahwa UARS berpotensi jatuh ke Indonesia," sambung Abdul.
"Harap dipahami, kalau sudah warna merah, nah itu kita perlu waspada," imbuhnya.
Menurut bbc.co.uk pada Jumat (16/9), para ilmuwan telah mengidentifikasi kemungkinan ada 26 serpihan yang akan jatuh setelah melewati atmosfer bumi. Serpihan satelit itu bisa menghujani area dengan luas 400-500 km.
Ilmuwan NASA berupaya membuat prediksi akurat tentang di mana satelit ini akan jatuh pada dua jam sebelum sampah itu memasuki atmosfer Bumi. Kepada reporter NASA menyebut, belum pernah ada seseorang yang terluka akibat benda yang masuk ke Bumi lagi dari luar angkasa.
Jika menemukan serpihan satelit itu, masyarakat tidak diperkenankan untuk menyimpannya atau menjualnya di eBay. Sebab satelit itu merupakan properti yang dimiliki Pemerintas AS.
UARS diluncurkan pada 1991 oleh pesawat ulang alik Discovery dan dinonaktifkan pada 2005. UARS ini lebih kecil daripada Skylab, satelit yang kembali memasuki atmosfer Bumi pada 1979. Skylab ini lebih berat 15 kali dari UARS. Satelit tersebut jatuh di Australia Barat, dan AS harus membayar biaya bersih-bersih pada pemerintah Australia.
Sedangkan Sputnik 2 jatuh ke Bumi pada 1958. Benda ini terbakar habis saat masuk kembali ke bumi. Peristiwa masuknya Sputnik 2 kembali ke Bumi dapat dilihat banyak orang lantaran meninggalkan jejak bunga api berwarna cerah di belakangnya.(vit/asy)
*detik.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)