Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengumumkan rencananya untuk menandatangani perjanjian kerjasama nuklir dengan China, Senin (11/4). Kabinet Saudi secara resmi menunjuk Hashim Yamani, Direktur Kota Raja Abdullah untuk Nuklir dan Energi Terbarukan, untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat China guna mencapai kesepakatan dalam penggunaan energi atom untuk tujuan damai.
Sebelumnya, Saudi telah menandatangani kerjasama nuklir untuk pertama kalinya dengan Prancis pada bulan Februari. “Kerjasama ini akan membuka jalan bagi rencana jangka panjang kerajaan untuk membangun pembangkit listrik menggunakan sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan air,” terang Yamani.
Perjanjian ini memungkinkan kedua negara untuk bekerja sama di bidang produksi, penggunaan dan transfer pengetahuan tentang penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Arab Saudi telah memutuskan untuk memanfaatkan sumber daya alternatif seperti atom, tenaga surya, panas bumi dan angin untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan energinya.
Permintaan energi diperkirakan akan meningkat sebesar 8 persen per tahun di Saudi. Permintaan listrik di Arab Saudi diperkirakan naik tiga kali lipat pada 2032, yang akan meningkatkan kebutuhan sumber energi hingga 80 gigawatts.
Sementara itu, Raja Abdullah yang memimpin pertemuan kabinet di Istana Al-Yamamah di Riyadh, memberikan penjelasan kepada para menteri tentang hasil pembicaraannya dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan isi surat yang ia terima dari Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al-Khalifa.
Dalam sidang kabinet tersebut, para petinggi kerajaan juga membahas perkembangan terakhir di beberapa negara Arab terutama tentang panggilan negara-negara Kerjasama Teluk (GCC) terhadap pemerintah Yaman dan kelompok oposisi untuk bertemu di Arab Saudi. untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas di negara tersebut dan mencapai harapan dan aspirasi rakyat Yaman.
Sebelumnya, Saudi telah menandatangani kerjasama nuklir untuk pertama kalinya dengan Prancis pada bulan Februari. “Kerjasama ini akan membuka jalan bagi rencana jangka panjang kerajaan untuk membangun pembangkit listrik menggunakan sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan air,” terang Yamani.
Perjanjian ini memungkinkan kedua negara untuk bekerja sama di bidang produksi, penggunaan dan transfer pengetahuan tentang penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Arab Saudi telah memutuskan untuk memanfaatkan sumber daya alternatif seperti atom, tenaga surya, panas bumi dan angin untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan energinya.
Permintaan energi diperkirakan akan meningkat sebesar 8 persen per tahun di Saudi. Permintaan listrik di Arab Saudi diperkirakan naik tiga kali lipat pada 2032, yang akan meningkatkan kebutuhan sumber energi hingga 80 gigawatts.
Sementara itu, Raja Abdullah yang memimpin pertemuan kabinet di Istana Al-Yamamah di Riyadh, memberikan penjelasan kepada para menteri tentang hasil pembicaraannya dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan isi surat yang ia terima dari Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al-Khalifa.
Dalam sidang kabinet tersebut, para petinggi kerajaan juga membahas perkembangan terakhir di beberapa negara Arab terutama tentang panggilan negara-negara Kerjasama Teluk (GCC) terhadap pemerintah Yaman dan kelompok oposisi untuk bertemu di Arab Saudi. untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas di negara tersebut dan mencapai harapan dan aspirasi rakyat Yaman.
*republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)