TANJABBAR,JAMBI - Teluk Nilau 8 Bulan Tak Bisa Dilewati Mobil


Sungguh ironis nasib masyarakat Kelurahan Teluk Nilau, Pengabuan, Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar). Ibukota kecamatan itu sudah 8 bulan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Padahal daerah itu penghasil pertanian terbesar di Tanjabbar. Satu-satunya transportasi yang bisa digunakan saat ini hanya melalui jalur sungai.
 
Beberapa mobil yang sebelumnya digunakan sebagai angkutan umum jurusan Teluk Nilau – Kuala Tungkal kini terparkir di depan rumah pemiliknya. Saparudin (40) mengungkapkan,  mobilnya sudah 8 bulan lebih tidak beroperasi lagi, akibat putusnya jalan dari Teluk Nilau ke Kuala Tungkal.

Selain mobil milik Saparudin, mobil-mobil milik warga Teluk Nilau lainnya juga sudah cukup lama tidak dipakai lagi. Beberapa mobil bahkan ada yang berkarat karena berhari-hari terkena sinaran matahari dan guyuran hujan. Sejumlah warga berusaha menyelamatkan mobilnya dengan cara membungkus mobil menggunakan terpal.

Putusnya hubungan transportasi jalan Teluk Nilau ke ibukota kabupaten, Kuala Tungkal, sepanjang 40 kilometer, terjadi lantaran hancurnya sejumlah jembatan dan rusaknya jalan di beberapa titik. Kondisi tersebut sudah terjadi sejak tiga tahun silam, namun ketika itu jalan masih bisa dipaksakan dilewati, dengan resiko mobil terjebak macet di lubang besar.



Akibat rusaknya jalan, Saparudin yang dulu bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp 450 ribu sehari dari mobilnya terpaksa alih profesi menjadi supir speedboat. 

Pengalaman Saparudin dengan jeleknya kondisi jalan pernah sangat menderita. Ia pernah menginap ditengah perjalanan lantaran mobilnya terpuruk di jalan yang rusak.
Sejak putusnya jalan ke Teluk Nilau, warga setempat cuma mengandalkan transportasi sungai. Jangankan masyarakat biasa, para pejabat pun yang hendak ke daerah itu harus naik speedboat atau pompong. Jangan harap mobil dinas mereka yang mewah bisa dipakai ke Teluk Nilau.

Masyarakat Teluk Nilau mayoritas beragama Islam. Bagi yang rumahnya jauh dari mesjid, jika sholat berjama’ah ke mesjid terpaksa naik sepeda motor. Tidak terkecuali bagi Bupati Tanjabbar, H Usman Ermulan. Ia terpaksa dibonceng sepeda motor dari rumah dinas Camat Pengabuan ketika sholat Jum’at di Mesjid Sabila, di Pasar Teluk Nilau.

Prasarana jalan di Teluk Nilau juga tidak beraspal. Yang ada hanya jalan tanah dan jalan setapak, yang kondisinya juga sudah rusak parah. Warga Pasar Teluk Nilau kebanyakan pedagang. Barang-barang warung mereka dibeli di kota Kuala Tungkal lewat jalur sungai. Ongkosnya lebih mahal ketimbang lewat jalur darat.



Seorang pedagang, Basuni (37) mengungkapkan, untuk belanjaan yang sedikit ia beli dari para pengecer yang datang ke kampungnya. Basuni ke Kuala Tungkal hanya kalau belanja dalam jumlah banyak, namun itu jarang dilakukannya, mengingat ongkosnya yang tidak menentu.

Rencananya jalan menuju Teluk Nilau akan segera diperbaiki. Menurut Bupati Usman Ermulan, dalam beberapa bulan ini ruas-jalan Simpang T – Teluk Nilau akan diperbaiki oleh Pemprov Jambi, karena jalan tersebut merupakan tanggung-jawab pemprov.

“Saya dulu janji dalam 6 bulan diawal kepemimpinan saya Teluk Nilau harus sudah bisa dilewati mobil. Kalau bisa jangan sampai Juni lah. Saya usahakan sebelum Juni jalan ke Teluk Nilau sudah selesai diperbaiki,” ujar Usman.

Pedagang Pasar Teluk Nilau berjualan di warung-warung papan diatas pasar panggung karena terletak diatas sungai. Perkampungan Teluk Nilau berada di pinggiran Sungai Pengabuan. Bila naik speedboat perjalanan dari Kuala Tungkal ke Teluk Nilau bisa memakan waktu beberapa puluh menit. 

(infojambi.com/DOD)

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)