Tokoh muslim asal Indonesia, Syamsi Ali, berunjuk rasa di kota New York, Minggu (Senin, 7/3 WIB) bersama tokoh dan masyarakat berbagai agama, dalam rangka menentang rencana dengar pendapat di Kongres Amerika Serikat yang mengangkat topik radikalisasi masyarakat muslim di Amerika.
Memang kita mengakui adanya tendensi radikal di beberapa teman di komunitas muslim. Tapi ketika dilakukan dengar pendapat dengan judul `radicalization of moslem community in America`, seolah-oleh kita semua radikal. Itu sesuatu yang sangat tidak adil bagi kita, tegas Syamsi Ali.
Demonstrasi yang ia prakarsai itu berlangsung di jantung kota New York, Time Square, diikuti oleh hampir 500 orang.
Demo tersebut dihadiri oleh puluhan tokoh agama, pemerintahan, dan organisasi; termasuk Feisal Abdul Rauf --imam besar New York yang menggagas berdirinya Pusat Islam di dekat Ground Zero-- serta pesohor yang dikenal sebagai musisi hip-hop Amerika, Russell Simmons.
Di bawah hujan yang mengguyur kota New York, ratusan pengunjuk rasa dari berbagai agama dan kalangan itu menyatakan penentangan mereka terhadap rencana dengar pendapat di Kongres yang dianggap tidak adil, menyamaratakan seluruh muslim sebagai sosok radikal serta bentuk dari islamophobia --ketakutan terhadap Islam.
Sambil berbaris rapi di sepanjang salah satu sudut Time Square, sepanjang Minggu siang hingga sore para pengunjuk rasa mendengarkan orasi para tokoh dari berbagai kalangan dan agama yang menentang sentimen negatif terhadap kalangan muslim.
Para demonstran juga membawa dan mengacung-ngacungkan berbagai poster buatan sendiri bertemakan dukungan bagi masyarakat muslim, antara lain bertuliskan Koalisi Kota New York untuk Menghentikan Islamophobia, Hari Ini Saya Juga Seorang Muslim, Pekerjaan & Keadilan, Bukan Perang & Rasisme! serta Katakan Tidak Bagi Kefanatikan Anti-Muslim.
Rangkaian unjuk rasa itu diakhiri dengan pernyataan yang dibacakan oleh para pemuka agama, yang intinya berisi solidaritas mereka mendukung orang-orang Islam.
Menurut Syamsi, dirinya memerlukan waktu hampir satu bulan untuk menggalang dukungan dari berbagai kalangan dan jaringan yang ia bangun selama ini dengan para tokoh agama guna menyelenggarakan unjuk rasa hari Minggu.
Sebenarnya ide awalnya datang dari seorang teman nonmuslim yang mengatakan bahwa kita ingin memperlihatkan dukungan, tapi kita tidak tahu bagaimana caranya. Lalu saya bilang, bagaimana kalau kami mengadakan aksi unjuk rasa dan kamu datang untuk menunjukkan solidaritas, papar sosok yang dianggap media setempat sebagai salah satu imam terkemuka dan tokoh penting dialog antar-agama di New York itu.
Rencana untuk menggelar dengar pendapat di Kongres Amerika Serikat dengan topik Radikalisasi masyarakat Muslim Amerika itu telah dicetuskan sejak Desember 2010 lalu oleh Ketua Komite Homeland Security di Dewan Perwakilan Rakyat AS, Peter King.
Dengar pendapat yang menuai pro-kontra luas itu disebut-sebut akan dilangsungkan pada pertengahan pekan depan.
Menjelang dilakukan dengar pendapat itu, pejabat Gedung Putih berkomitmen akan terus menjalin hubungan dengan komunitas Muslim. Mereka bahkan mengirimkan wakilnya untuk mengunjungi sebuah masjid dan menyatakan bahwa Menjadi orang taat tidak berarti tidak menjadi warga AS, tulis Associated Press.
Anggota parlemen Muslim pertama yang terpilih, Keith Ellison menyatakan, dirinya harus menghadiri acara dengar pendapat di Komisi Keamanan Dalam Negeri Kongres AS, Anda harus mendapatkan memberikan pandangan alternatif. Dan saya berencana akan menentang landasan dari dengar pendapat itu, katanya saat diwawancarai CNN. Dia menambahkan tindakan itu sebagai bentuk diskriminasi terhadap Muslim.
Dia menyambut baik jika ada penyelidikan atas radikalisasi, namun jika hanya terfokus pada Islam saja sebagai sebuah organisasi kriminal dan atau misalnya hanya dengan menyorot komunitas Rusia atau kelompok Irlandia.
Panel yang diketuai oleh Peter King dari partai Republik itu mendapatkan kritik sejak mengumumkan akan menggelar dengar pendapat seputar radikalisasi umat Islam AS.
Sementara itu, kepada Reuters, Imam Masjid New York Feisal Abdul Rauf
menyatakan dirinya mengambil perhatian penuh terhadap rencana pekan ini yang diumumkan oleh Peter King, dia menilai upaya itu malah akan mengalienasi umat Islam.
Yang saya perhatikan, ada persepsi dikalangan anak muda AS bahwa Muslim sedang dibawah tekanan…(yang dilakukan) oleh pemerintahnya sendiri. Dia menambahkan, hal ini justru akan membuat orang semakin radikal, padahal kita harus menghambat pusaran radikalisme, katanya.
Sejumlah kasus teror yang melibatkan warga Muslim AS menjadi sorotan utama dengar pendapat itu, tulis BBC.
Beberapa kasus misalnya rencana pengeboman Times Square yang melibatkan warga negara AS kelahiran Pakistan Faisal Shahad tahun lalu dan anggota militer Mayor Nidal Hassan yang menembak mati 13 orang di Fort Hood, Texas tahun 2009 membuat pandangan politik di AS terhadap komunitas Muslim berubah.
Politisi, aparat kepolisian dan warga kebanyakan kini mulai mendiskusikan kemungkinan ancaman yang datang dari tanah Amerika sendiri. (rid/ant/jon)
Memang kita mengakui adanya tendensi radikal di beberapa teman di komunitas muslim. Tapi ketika dilakukan dengar pendapat dengan judul `radicalization of moslem community in America`, seolah-oleh kita semua radikal. Itu sesuatu yang sangat tidak adil bagi kita, tegas Syamsi Ali.
Demonstrasi yang ia prakarsai itu berlangsung di jantung kota New York, Time Square, diikuti oleh hampir 500 orang.
Demo tersebut dihadiri oleh puluhan tokoh agama, pemerintahan, dan organisasi; termasuk Feisal Abdul Rauf --imam besar New York yang menggagas berdirinya Pusat Islam di dekat Ground Zero-- serta pesohor yang dikenal sebagai musisi hip-hop Amerika, Russell Simmons.
Di bawah hujan yang mengguyur kota New York, ratusan pengunjuk rasa dari berbagai agama dan kalangan itu menyatakan penentangan mereka terhadap rencana dengar pendapat di Kongres yang dianggap tidak adil, menyamaratakan seluruh muslim sebagai sosok radikal serta bentuk dari islamophobia --ketakutan terhadap Islam.
Sambil berbaris rapi di sepanjang salah satu sudut Time Square, sepanjang Minggu siang hingga sore para pengunjuk rasa mendengarkan orasi para tokoh dari berbagai kalangan dan agama yang menentang sentimen negatif terhadap kalangan muslim.
Para demonstran juga membawa dan mengacung-ngacungkan berbagai poster buatan sendiri bertemakan dukungan bagi masyarakat muslim, antara lain bertuliskan Koalisi Kota New York untuk Menghentikan Islamophobia, Hari Ini Saya Juga Seorang Muslim, Pekerjaan & Keadilan, Bukan Perang & Rasisme! serta Katakan Tidak Bagi Kefanatikan Anti-Muslim.
Rangkaian unjuk rasa itu diakhiri dengan pernyataan yang dibacakan oleh para pemuka agama, yang intinya berisi solidaritas mereka mendukung orang-orang Islam.
Menurut Syamsi, dirinya memerlukan waktu hampir satu bulan untuk menggalang dukungan dari berbagai kalangan dan jaringan yang ia bangun selama ini dengan para tokoh agama guna menyelenggarakan unjuk rasa hari Minggu.
Sebenarnya ide awalnya datang dari seorang teman nonmuslim yang mengatakan bahwa kita ingin memperlihatkan dukungan, tapi kita tidak tahu bagaimana caranya. Lalu saya bilang, bagaimana kalau kami mengadakan aksi unjuk rasa dan kamu datang untuk menunjukkan solidaritas, papar sosok yang dianggap media setempat sebagai salah satu imam terkemuka dan tokoh penting dialog antar-agama di New York itu.
Rencana untuk menggelar dengar pendapat di Kongres Amerika Serikat dengan topik Radikalisasi masyarakat Muslim Amerika itu telah dicetuskan sejak Desember 2010 lalu oleh Ketua Komite Homeland Security di Dewan Perwakilan Rakyat AS, Peter King.
Dengar pendapat yang menuai pro-kontra luas itu disebut-sebut akan dilangsungkan pada pertengahan pekan depan.
Menjelang dilakukan dengar pendapat itu, pejabat Gedung Putih berkomitmen akan terus menjalin hubungan dengan komunitas Muslim. Mereka bahkan mengirimkan wakilnya untuk mengunjungi sebuah masjid dan menyatakan bahwa Menjadi orang taat tidak berarti tidak menjadi warga AS, tulis Associated Press.
Anggota parlemen Muslim pertama yang terpilih, Keith Ellison menyatakan, dirinya harus menghadiri acara dengar pendapat di Komisi Keamanan Dalam Negeri Kongres AS, Anda harus mendapatkan memberikan pandangan alternatif. Dan saya berencana akan menentang landasan dari dengar pendapat itu, katanya saat diwawancarai CNN. Dia menambahkan tindakan itu sebagai bentuk diskriminasi terhadap Muslim.
Dia menyambut baik jika ada penyelidikan atas radikalisasi, namun jika hanya terfokus pada Islam saja sebagai sebuah organisasi kriminal dan atau misalnya hanya dengan menyorot komunitas Rusia atau kelompok Irlandia.
Panel yang diketuai oleh Peter King dari partai Republik itu mendapatkan kritik sejak mengumumkan akan menggelar dengar pendapat seputar radikalisasi umat Islam AS.
Sementara itu, kepada Reuters, Imam Masjid New York Feisal Abdul Rauf
menyatakan dirinya mengambil perhatian penuh terhadap rencana pekan ini yang diumumkan oleh Peter King, dia menilai upaya itu malah akan mengalienasi umat Islam.
Yang saya perhatikan, ada persepsi dikalangan anak muda AS bahwa Muslim sedang dibawah tekanan…(yang dilakukan) oleh pemerintahnya sendiri. Dia menambahkan, hal ini justru akan membuat orang semakin radikal, padahal kita harus menghambat pusaran radikalisme, katanya.
Sejumlah kasus teror yang melibatkan warga Muslim AS menjadi sorotan utama dengar pendapat itu, tulis BBC.
Beberapa kasus misalnya rencana pengeboman Times Square yang melibatkan warga negara AS kelahiran Pakistan Faisal Shahad tahun lalu dan anggota militer Mayor Nidal Hassan yang menembak mati 13 orang di Fort Hood, Texas tahun 2009 membuat pandangan politik di AS terhadap komunitas Muslim berubah.
Politisi, aparat kepolisian dan warga kebanyakan kini mulai mendiskusikan kemungkinan ancaman yang datang dari tanah Amerika sendiri. (rid/ant/jon)
*harianpelita.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)