Sensus terbaru di China menunjukkan jumlah penduduk meningkat pada akhir tahun 2010 menjadi 1,34 miliar orang. Walaupun bertambah, angka ini menunjukkan pertumbuhan penduduk China yang kian melambat. The Associated Press melaporkan, Senin, 28 Februari 2011, sensus yang dilakukan oleh Biro Statistik Nasional China menyebutkan pertambahan penduduk China dari tahun sebelumnya mencapai 6,3 juta orang. Sebelumnya pada tahun 2009, penduduk di China adalah 1,3 miliar jiwa.
Menurut ahli kependudukan China dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Cai Yong, angka ini menunjukkan angka pertumbuhan penduduk yang menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Cai mengatakan bahwa hal ini dapat dijadikan dasar bagi pemerintah China untuk menghapuskan kebijakan satu anak di perkotaan dan dua anak di pedesaan yang telah diberlakukan sejak tahun 1979.
“Pertumbuhan populasi China penyebab utamanya adalah karena mereka kebanyakan berumur panjang, bukan karena banyak bayi yang lahir,” ujar Cai.
Pertumbuhan populasi di China telah berlangsung sejak tahun 1987 dan Biro Sensus AS memproyeksikan pertumbuhan hanya akan mencapai hingga 1,4 miliar orang pada 2026. Karena pertumbuhannya yang lambat, diperkirakan pada tahun 2025 posisi China sebagai negara berpopulasi terbanyak di dunia akan digeser oleh India.
Cai mengatakan bahwa jika pemerintah China membiarkan rakyatnya untuk lebih banyak melahirkan anak, maka hal ini sangat baik dalam keberlangsungan hidup orang-orang tua di China. Lebih banyak yang lahir, berarti lebih banyak lagi yang akan menjaga dan merawat para manula yang semakin banyak jumlahnya.
“Untuk menciptakan kemasyarakatan yang stabil, harus dimulai dari sekarang, karena 20 sampai 30 tahun lagi generasi baru yang akan memimpin,” ujarnya.
Komisi Keluarga Berencana China tidak bisa dimintai konfirmasi mengenai pernyataan ini. Namun, komisi ini telah mengatakan sebelumnya bahwa menurunkan angka pertumbuhan penduduk tetap akan menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan. (sj)
Menurut ahli kependudukan China dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Cai Yong, angka ini menunjukkan angka pertumbuhan penduduk yang menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Cai mengatakan bahwa hal ini dapat dijadikan dasar bagi pemerintah China untuk menghapuskan kebijakan satu anak di perkotaan dan dua anak di pedesaan yang telah diberlakukan sejak tahun 1979.
“Pertumbuhan populasi China penyebab utamanya adalah karena mereka kebanyakan berumur panjang, bukan karena banyak bayi yang lahir,” ujar Cai.
Pertumbuhan populasi di China telah berlangsung sejak tahun 1987 dan Biro Sensus AS memproyeksikan pertumbuhan hanya akan mencapai hingga 1,4 miliar orang pada 2026. Karena pertumbuhannya yang lambat, diperkirakan pada tahun 2025 posisi China sebagai negara berpopulasi terbanyak di dunia akan digeser oleh India.
Cai mengatakan bahwa jika pemerintah China membiarkan rakyatnya untuk lebih banyak melahirkan anak, maka hal ini sangat baik dalam keberlangsungan hidup orang-orang tua di China. Lebih banyak yang lahir, berarti lebih banyak lagi yang akan menjaga dan merawat para manula yang semakin banyak jumlahnya.
“Untuk menciptakan kemasyarakatan yang stabil, harus dimulai dari sekarang, karena 20 sampai 30 tahun lagi generasi baru yang akan memimpin,” ujarnya.
Komisi Keluarga Berencana China tidak bisa dimintai konfirmasi mengenai pernyataan ini. Namun, komisi ini telah mengatakan sebelumnya bahwa menurunkan angka pertumbuhan penduduk tetap akan menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan. (sj)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)