Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Sarolangun semakin merajalela. Tak tanggung-tanggung, teknologi yang dipakaipun semakin canggih, dari penggunaan mesin jenis DomPeng di darat, sampai menggunakan kendaraan di atas sungai (kapal mini) yang dilengkapi mesin berkapasitas besar. Hingga kini, diprediksi penambangan illegal ini berjumlah ratusan.
Pantauan InfoJambi.com, Senin (28/2), basis PETI berada dibeberapa titik, terbanyak dan terparah di Kecamatan Limun yang didominasi kapal-kapal mini, disusul Kecamatan Bathin VIII, Batang Asai, Cermin Nan Gedang, dan Kecamatan Sarolangun.
Akibat praktek yang melanggar hukum ini, sungai menjadi keruh, dan areal daratan menjadi porak poranda dan susah untuk dikembalikan ke kondisi semula.
Selain imbas kerusakan lingkungan, berkurangnya kuota bahan bakar minyak solar membuat masyarakat secara umum ikut merasakan dampaknya. Di Stasiuan Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU), kerap kali minyak solar habis, sementara kegiatan kegiatan penambangan emas illegal ini tidak terpengaruh, berjalan lancar setiap waktu.
Penertiban sepertinya susah dilakukan, muncul jawaban klasik, karena kegiatan ini merupakan sumber mata pencarian masyarakat, dan tenaga kerjanya berasal dari masyarakat setempat.
Menurut sumber yang tidak mau disebut namanya, para pekerja tenaga teknis dan perakit kapal didatangkan dari Sumatera Barat, karena kemampuan pelaku PETI di Sarolangun belum memiliki pengetahuan sacara teknis.
"Para pekerja sebagian besar di datangkan dari luar, seperti Padang, Kalimantan dan Jawa. Kalau kita hitung, hanya sebagian kecil dari Sarolangun, termasuk bos PETI banyak dari luar," ujar sumber.
Penertiban sering kali dilakukan aparat penegak hukum, namun tidak memberikan kesan berarti, artinya penertiban tidak membuat pelaku lain menjadi jera.
(infojambi.com/RDY)
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)