Serangan tentara koalisi didasarkan atas resolusi PBB tahun 1973 masih terus berlangsung di Libya. Pemerintah Libya mengatakan serangan ini banyak memakan korban sipil, jumlahnya bahkan telah mencapai 100 orang. "Angka warga sipil yang tewas telah mencapai 100 orang," ujar juru bicara pemerintah Libya, Mussa Ibrahim, dilansir dari laman Telegraph, Kamis, 24 Maret 2011.
Namun angka tersebut masih dalam perkiraan kasar, angka resmi korban tewas akan dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Libya.
Penyerangan tentara koalisi yang terdiri dari pasukan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, menghancurkan beberapa titik di kota-kota strategis pertahanan militer Libya. Korban-korban tewas akibat penyerangan itu dimakamkan secara massal setelah sebelumnya dikirimkan ke beberapa rumah sakit.
Beberapa wartawan asing digiring untuk menyaksikan, dan meliput 18 korban tewas terbakar yang berada di rumah sakit di Tajoura, salah satu distrik di Tripoli. Mereka adalah korban tewas akibat penyerangan tentara koalisi ke sebuah akademi militer di kota tersebut.
Di beberapa tempat, terlihat massa memadati lokasi pemakaman massal. Acara pemakaman ini disiarkan langsung di televisi pemerintah dengan nama acara "Pemakaman para martir, korban dari agresi penjajah kolonial."
Mussa Ibrahim mengatakan, serangan tentara koalisi selanjutnya akan diarahkan ke infrastruktur penyiaran pemerintah. Hal ini dikatakannya dilakukan untuk meredam propaganda pemerintah Libya dengan memperlihatkan para korban yang tewas akibat penyerangan koalisi.
"Kami mendapatkan informasi intelijen yang mengatakan infrastruktur penyiaran dan komunikasi kami akan diincar, mungkin malam ini, oleh serangan udara. Jika memang dilakukan, maka hal ini sangat tidak bermoral dan ilegal. Mereka mengincar warga sipil," ujar Ibrahim.
Ibrahim mengatakan penyerangan koalisi hanyalah membantu semakin tumbuh suburnya pemberontakan. Keberpihakan koalisi terhadap pemberontak, ujarnya, bertentangan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Kami telah menepati janji kami. Kami melakukan gencatan senjata. Kami hanya menyerang balik serangan udara, yang merupakan hal yang benar, dan para pemberontak di timur menyerang tentara kami dengan perlindungan dari jet tempur koalisi," ujar Ibrahim.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)