Amerika Serikat (AS) menilai bahwa pengiriman pasukan Arab Saudi ke Bahrain bukanlah invasi. Namun, Washington mengingatkan Saudi dan negara-negara yang mengirim bantuan untuk rezim di Bahrain agar tetap menghormati hak-hak rakyat setempat. "Ini bukanlah invasi suatu negara," kata juru bicara Kepresidenan AS, Jay Carney, seperti dikutip harian The Guardian, Senin 14 Maret 2011. Selain Saudi, yang mengirim sekitar seribu serdadu ke Bahrain, Uni Emirat Arab juga mengerahkan 500 polisi.
Kehadiran militer Saudi dan polisi Emirat ini di bawah mandat Dewan Kerjasama Teluk (GCC), yang beranggotakan enam negara Arab di Teluk Persia. Sebagai anggota, Bahrain meminta bantuan GCC untuk mengatasi gejolak di negara itu menyusul gelombang protes anti pemerintah sejak Februari lalu.
Bagi AS, Bahrain dan Saudi merupakan sekutu strategis. Dua kerajaan itu, bersama para anggota GCC lain, selama ini mendukung kehadiran militer AS di kawasan Teluk Persia, yang bermarkas di Qatar.
Namun, AS meminta Saudi, Emirat, maupun Bahrain untuk tidak menghadapi para pemrotes dengan jalan kekerasan. "Kami mendesak GCC untuk menahan diri dan menghormati hak-hak rakyat Bahrain serta melakukan tindakan yang mengedepankan dialog ketimbang mengabaikannya," kata Carney, seperti yang dikutip harian The Bangkok Post.
Carney juga meminta semua pihak, termasuk oposisi untuk menahan diri agar tidak kembali terpancing melakukan kekerasan.
Seteru AS, Iran, juga mendesak pemerintah Bahrain untuk menahan diri dan tidak memancing situasi yang bisa memancing kekerasan. Namun, kubu oposisi utama di Bahrain, partai al-Wefaq, menilai kehadiran pasukan Saudi merupakan "deklarasi perang." Kubu oposisi lain juga meminta Perserikatan Bangsa-bangsa untuk turut ikut campur.
Kehadiran militer Saudi dan polisi Emirat ini di bawah mandat Dewan Kerjasama Teluk (GCC), yang beranggotakan enam negara Arab di Teluk Persia. Sebagai anggota, Bahrain meminta bantuan GCC untuk mengatasi gejolak di negara itu menyusul gelombang protes anti pemerintah sejak Februari lalu.
Bagi AS, Bahrain dan Saudi merupakan sekutu strategis. Dua kerajaan itu, bersama para anggota GCC lain, selama ini mendukung kehadiran militer AS di kawasan Teluk Persia, yang bermarkas di Qatar.
Namun, AS meminta Saudi, Emirat, maupun Bahrain untuk tidak menghadapi para pemrotes dengan jalan kekerasan. "Kami mendesak GCC untuk menahan diri dan menghormati hak-hak rakyat Bahrain serta melakukan tindakan yang mengedepankan dialog ketimbang mengabaikannya," kata Carney, seperti yang dikutip harian The Bangkok Post.
Carney juga meminta semua pihak, termasuk oposisi untuk menahan diri agar tidak kembali terpancing melakukan kekerasan.
Seteru AS, Iran, juga mendesak pemerintah Bahrain untuk menahan diri dan tidak memancing situasi yang bisa memancing kekerasan. Namun, kubu oposisi utama di Bahrain, partai al-Wefaq, menilai kehadiran pasukan Saudi merupakan "deklarasi perang." Kubu oposisi lain juga meminta Perserikatan Bangsa-bangsa untuk turut ikut campur.
Sejak Februari lalu, mereka protes di pusat kota, Bundaran Mutiara, karena sudah tidak tahan dengan perlakuan diskriminatif dari monarki sehingga terjadi kesenjangan sosial. Isu ini sudah menyangkut konflik golongan, karena keluarga kerajaan dan pejabat pemerintah merupakan Muslim Sunni, sedangkan mayoritas rakyat Bahrain adalah penganut Syiah.
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)