Pemerintah merencanakan pembangunan rumah murah dengan harga mulai dari Rp 5 juta hinga Rp 25 juta. Perumahan yang mulai disiapkan tahun depan ini ditujukan kepada empat kelompok masyarakat.Demikian disampaikan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa usai rapat kerja di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/2/2011). "Kita sedang pikirkan kebijakan, bentuk dan metodologinya seperti apa biar good governance jalan," kata Suharso.
Dijelaskan Suharso, kelompok pertama yang menjadi target perumahan ini adalah masyarakat yang punya penghasilan tetap tetapi terbatas, namun bankable. Kepada mereka, pemerintah memberikan fasilitas pemilikan rumah dengan suku bunga yang murah dalam jangka waktu yang panjang.
"Caranya adalah memasukkan dana APBN dicampurkan dengan dana bank. Jadi ini untuk masyarakat yang punya penghasilan tetap, bankable tapi terbatas," tuturnya seraya menyebutkan suku bunga untuk kelompok ini berkisar 8 hingga 9 persen.
Kemudian, lanjut Suharso ada kelompok di bawah itu, yaitu mereka yang berpenghasilan sangat terbatas dan tidak bankable. Bagi kelompok ini, Monoarfa menyebutkan pemerintah mencoba menyediakan perumahan dengan harga berkisar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta.
"Di mana bunganya nanti lebih murah lagi. Tapi memang ini belum bankable. Jadi bagaimana bank bisa masuk ke situ, ini yang sedang kita pikirkan. Nanti kita gabung dengan UKM," kata Monoarfa.
Kelompok ketiga adalah masyarakat yang memang tidak berdaya. Untuk kelompok ini, Monoarfa menyebutkan pemerintah sudah memiliki program PNPM mandiri yang diantaranya melakukan kegiatan bedah kampong, serta perbaikan lingkungan hunian.
"Yang terakhir adalah kelompok yang betul sama sekali miskin yang dalam hal ini diberikan BLT. Nah itu bisa ada rumah singgah, rumah apa yang dibangun pemerintah. Jadi masing-masing kelompok masyarakat itu berbeda beda," tegasnya.
Disinggung mengenai bahan pembuatan rumah dengan harga Rp 5 juta hingga Rp 10 juta, Monoarfa mencontohkan material yang digunakan untuk membuat rumah di Nusa Tenggara Timur. Di daerah tersebut, rumah dibangun dengan memanfaatkan pelepah lontar yang sudah dikeringkan, sedikit semen.
Lahannya sendiri bagaimana? "Lahannya itu yang disiapkan oleh daerah," ujar Suharso.
Dijelaskan Suharso, kelompok pertama yang menjadi target perumahan ini adalah masyarakat yang punya penghasilan tetap tetapi terbatas, namun bankable. Kepada mereka, pemerintah memberikan fasilitas pemilikan rumah dengan suku bunga yang murah dalam jangka waktu yang panjang.
"Caranya adalah memasukkan dana APBN dicampurkan dengan dana bank. Jadi ini untuk masyarakat yang punya penghasilan tetap, bankable tapi terbatas," tuturnya seraya menyebutkan suku bunga untuk kelompok ini berkisar 8 hingga 9 persen.
Kemudian, lanjut Suharso ada kelompok di bawah itu, yaitu mereka yang berpenghasilan sangat terbatas dan tidak bankable. Bagi kelompok ini, Monoarfa menyebutkan pemerintah mencoba menyediakan perumahan dengan harga berkisar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta.
"Di mana bunganya nanti lebih murah lagi. Tapi memang ini belum bankable. Jadi bagaimana bank bisa masuk ke situ, ini yang sedang kita pikirkan. Nanti kita gabung dengan UKM," kata Monoarfa.
Kelompok ketiga adalah masyarakat yang memang tidak berdaya. Untuk kelompok ini, Monoarfa menyebutkan pemerintah sudah memiliki program PNPM mandiri yang diantaranya melakukan kegiatan bedah kampong, serta perbaikan lingkungan hunian.
"Yang terakhir adalah kelompok yang betul sama sekali miskin yang dalam hal ini diberikan BLT. Nah itu bisa ada rumah singgah, rumah apa yang dibangun pemerintah. Jadi masing-masing kelompok masyarakat itu berbeda beda," tegasnya.
Disinggung mengenai bahan pembuatan rumah dengan harga Rp 5 juta hingga Rp 10 juta, Monoarfa mencontohkan material yang digunakan untuk membuat rumah di Nusa Tenggara Timur. Di daerah tersebut, rumah dibangun dengan memanfaatkan pelepah lontar yang sudah dikeringkan, sedikit semen.
Lahannya sendiri bagaimana? "Lahannya itu yang disiapkan oleh daerah," ujar Suharso.
(M Ismunadi/tribunnews)
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)