Mantan Menteri Koordinator Perekonomian Kwik Kian Gie mengklarifikasi kesaksiannya di Kejaksaan Agung. Keterangan ini terkait pemanggilan dirinya sebagai saksi yang meringankan dalam kasus Sisminbakum yang menyeret mantan Menteri Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra.
"Sangat mengganggu. Oleh karenanya, saya merasa bersedia dan wajib untuk melakukan koreksi. Akan tetapi, kesalahan yang saya sebut sebenarnya hanya satu kata saja. Saya lalai menyebutkan adanya Rp20 miliar. Padahal dalam catatan yang saya tulis itu jelas ada," kata Kwik saat acara konferensi pers di kantornya Jalan Tambak No 27 Jakarta Pusat, Kamis 6 Januari 2011.
Ia mengaku lupa tidak menyebut angka investasi Sisminbakum sebesar Rp20 miliar, sehingga yang ia jelaskan kepada penyidik di kejaksaan hanya Rp512 juta. Padahal, pihak kejaksaan mempunyai dua angka sebagai investasi untuk sistem komputerisasi dalam Sisminbakum yakni Rp512 juta dan Rp20 miliar.
Akibatnya, muncul keberatan dari pihak Hartono Tanoesoedibjo melalui pengacaranya Andi Simangunsong yang langsung menelepon Kwik dan mengatakan bahwa keterangan Kwik tidak benar.
"Sangat mengganggu. Oleh karenanya, saya merasa bersedia dan wajib untuk melakukan koreksi. Akan tetapi, kesalahan yang saya sebut sebenarnya hanya satu kata saja. Saya lalai menyebutkan adanya Rp20 miliar. Padahal dalam catatan yang saya tulis itu jelas ada," kata Kwik saat acara konferensi pers di kantornya Jalan Tambak No 27 Jakarta Pusat, Kamis 6 Januari 2011.
Ia mengaku lupa tidak menyebut angka investasi Sisminbakum sebesar Rp20 miliar, sehingga yang ia jelaskan kepada penyidik di kejaksaan hanya Rp512 juta. Padahal, pihak kejaksaan mempunyai dua angka sebagai investasi untuk sistem komputerisasi dalam Sisminbakum yakni Rp512 juta dan Rp20 miliar.
Akibatnya, muncul keberatan dari pihak Hartono Tanoesoedibjo melalui pengacaranya Andi Simangunsong yang langsung menelepon Kwik dan mengatakan bahwa keterangan Kwik tidak benar.
Bahkan, Andi, menurut Kwik, menambahkan informasi bahwa investasi Rp512 juta merupakan software awal, sesuai Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atas nama Saroja Saleh, memang ada yang didasarkan atas penggunaan windows.
Namun, ditinjau dari kapasitas windows yang tidak memadai serta faktor keamanan yang mudah dijebol, karena itu praktis dibuang dan kemudian diganti menggunakan software yang namanya Linux.
Namun, ditinjau dari kapasitas windows yang tidak memadai serta faktor keamanan yang mudah dijebol, karena itu praktis dibuang dan kemudian diganti menggunakan software yang namanya Linux.
"Nah, di sini lalu Pak Andi mengatakan itu nilainya lebih dari Rp20 miliar secara keseluruhan. Namun, saya tidak ikut campur dalam hal itu," tuturnya. Dirinya hanya mengoreksi untuk mengatakan tidak hanya Rp512 juta, tapi juga ada versi Rp20 miliar. (art)
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)