Malaysia dilihat sebagai negara yang mengalami situasi bahaya berkat para politisi yang tidak kompeten. Thailand bermasalah dengan korupsi dan putra mahkotanya "yang aneh." Jepang pun dianggap "pecundang gendut," sedangkan India disebut "bodoh."
Demikian menurut kesan sejumlah pejabat tinggi Singapura, berdasarkan informasi yang dikirim WikiLeaks secara eksklusif kepada surat kabar Australia, The Sunday Age. Informasi itu diklaim berasal dari memo diplomatik Amerika Serikat (AS) yang bocor ke WikiLeaks.
Memo itu berupa laporan diplomat AS mengenai pertemuan antara pejabat mereka dengan sejumlah petinggi Singapura dari Kementrian Luar Negeri. Mereka yaitu Peter Ho, Bilahari Kausikan, dan Tommy Koh, yang menduduki posisi penting di Kementrian Luar Negeri Singapura selama 2008-2009.
Menurut memo yang mengungkap suatu pertemuan pada September 2008, Kausikan terlibat percakapan dengan Deputi Menteri Pertahanan AS untuk Kawasan Asia Timur, David Sedney. "Situasi di negara tetangga, Malaysia, tengah membingungkan dan berbahaya," terkait dengan "kemungkinan konflik rasial" yang bisa membuat etnis China "kabur" dari Malaysia dan "memadati" Singapura.
"Kurangnya kepemimpinan yang kompeten merupakan masalah nyata bagi Malaysia," tutur Kausikan dalam memo dari WikiLeaks seperti yang dikutip di laman The Sunday Age. Dia juga mengatakan bahwa perlu bagi Najib Razak (kini perdana menteri Malaysia) untuk mengatasi situasi secara politik dalam mengatasi masalah terkait dengan investigasi kasus pembunuhan pada 2006, yang melibatkan salah satu pembantu Razak.
Penilaian Ho atas Malaysia pada Maret 2008, seperti yang ditulis dalam laporan diplomatik AS, juga bernada tidak menyenangkan. Salah satunya menyangkut klaim bahwa mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad seolah telah "melempar batu" kepada penggantinya, Abdullah Badawi.
"Pisau politik diarahkan kepada menantu Abdullah yang duduk di kepemimpinan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Khairy Jamaluddin, yang tidak disukai siapapun karena dia mendapatkan posisinya melalui ikatan keluarga," demikian penggalan memo yang mengutip perkataan Ho, yang dimuat The Age.
"Mengenai Najib Razak, dia seorang oportunis. Meski belum bersikap kritis dengan Singapura, dia tidak akan segan-segan melakukannya bila itu terasa berguna. Keberuntungan politik Najib terus dihantui oleh skandal pembunuhan," demikian kutipan memo yang dimuat media Australia itu.
Saat bertemu dengan Sedney pada September 2008, Kausikan juga mengritik elit politik Thailand. Mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dicap sebagai "koruptor" bersama dengan "yang lain-lain, termasuk oposisi."
Kausikan juga menyorot hubungan Thaksin dengan putra mahkota Kerajaan Thailand. Dia mengatakan bahwa Thaksin "berbuat kesalahan dengan menjalin hubungan dengan putra mahkota dengan cara membayar utang-utang judinya."
"Kausikan berkata bahwa putra mahkota itu 'sangat aneh, dan gampang dipengaruhi,'" demikian bocoran memo itu. Kausikan juga memperingatkan ketidakstabilan yang terus berlangsung di Thailand.
Dalam pertemuan dengan sejumlah pejabat AS pada September 2009, Tommy Koh mengomentari Jepang dan India terkait dengan dampak atas meningkatnya pengaruh China di kawasan Asia bagi kedua negara tersebut.
"Koh menggambarkan Jepang sebagai 'pecundang gendut' dalam konteks perbaikan hubungan antara China dan ASEAN. Dia juga menghubungkan kemunduran pengaruh Jepang di kawasan dengan kebodohan, buruknya kepemimpinan, dan kurangnya visi Jepang,'" demikian memo itu.
"Dia juga bersikap sinis dengan India, menyebut "teman-temman Indianya yang bodoh" sebagai 'setengah masuk, setengah keluar' dari ASEAN," demikian memo itu.
Demikian menurut kesan sejumlah pejabat tinggi Singapura, berdasarkan informasi yang dikirim WikiLeaks secara eksklusif kepada surat kabar Australia, The Sunday Age. Informasi itu diklaim berasal dari memo diplomatik Amerika Serikat (AS) yang bocor ke WikiLeaks.
Memo itu berupa laporan diplomat AS mengenai pertemuan antara pejabat mereka dengan sejumlah petinggi Singapura dari Kementrian Luar Negeri. Mereka yaitu Peter Ho, Bilahari Kausikan, dan Tommy Koh, yang menduduki posisi penting di Kementrian Luar Negeri Singapura selama 2008-2009.
Menurut memo yang mengungkap suatu pertemuan pada September 2008, Kausikan terlibat percakapan dengan Deputi Menteri Pertahanan AS untuk Kawasan Asia Timur, David Sedney. "Situasi di negara tetangga, Malaysia, tengah membingungkan dan berbahaya," terkait dengan "kemungkinan konflik rasial" yang bisa membuat etnis China "kabur" dari Malaysia dan "memadati" Singapura.
"Kurangnya kepemimpinan yang kompeten merupakan masalah nyata bagi Malaysia," tutur Kausikan dalam memo dari WikiLeaks seperti yang dikutip di laman The Sunday Age. Dia juga mengatakan bahwa perlu bagi Najib Razak (kini perdana menteri Malaysia) untuk mengatasi situasi secara politik dalam mengatasi masalah terkait dengan investigasi kasus pembunuhan pada 2006, yang melibatkan salah satu pembantu Razak.
Penilaian Ho atas Malaysia pada Maret 2008, seperti yang ditulis dalam laporan diplomatik AS, juga bernada tidak menyenangkan. Salah satunya menyangkut klaim bahwa mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad seolah telah "melempar batu" kepada penggantinya, Abdullah Badawi.
"Pisau politik diarahkan kepada menantu Abdullah yang duduk di kepemimpinan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Khairy Jamaluddin, yang tidak disukai siapapun karena dia mendapatkan posisinya melalui ikatan keluarga," demikian penggalan memo yang mengutip perkataan Ho, yang dimuat The Age.
"Mengenai Najib Razak, dia seorang oportunis. Meski belum bersikap kritis dengan Singapura, dia tidak akan segan-segan melakukannya bila itu terasa berguna. Keberuntungan politik Najib terus dihantui oleh skandal pembunuhan," demikian kutipan memo yang dimuat media Australia itu.
Saat bertemu dengan Sedney pada September 2008, Kausikan juga mengritik elit politik Thailand. Mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dicap sebagai "koruptor" bersama dengan "yang lain-lain, termasuk oposisi."
Kausikan juga menyorot hubungan Thaksin dengan putra mahkota Kerajaan Thailand. Dia mengatakan bahwa Thaksin "berbuat kesalahan dengan menjalin hubungan dengan putra mahkota dengan cara membayar utang-utang judinya."
"Kausikan berkata bahwa putra mahkota itu 'sangat aneh, dan gampang dipengaruhi,'" demikian bocoran memo itu. Kausikan juga memperingatkan ketidakstabilan yang terus berlangsung di Thailand.
Dalam pertemuan dengan sejumlah pejabat AS pada September 2009, Tommy Koh mengomentari Jepang dan India terkait dengan dampak atas meningkatnya pengaruh China di kawasan Asia bagi kedua negara tersebut.
"Koh menggambarkan Jepang sebagai 'pecundang gendut' dalam konteks perbaikan hubungan antara China dan ASEAN. Dia juga menghubungkan kemunduran pengaruh Jepang di kawasan dengan kebodohan, buruknya kepemimpinan, dan kurangnya visi Jepang,'" demikian memo itu.
"Dia juga bersikap sinis dengan India, menyebut "teman-temman Indianya yang bodoh" sebagai 'setengah masuk, setengah keluar' dari ASEAN," demikian memo itu.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)