PM Inggris David Cameron menyerukan kebebasan politik yang lebih luas di China, kemarin, di akhir kunjungannya ke raksasa ekonomi Asia itu. Ini terkesan seperti mendikte Negeri Panda itu.
Dalam pidatonya di hadapan mahasiswa Universitas Peking, Cameron berharap perkembangan ekonomi China sejalan dengan peningkatan kebebasan politik.
Cameron menekankan, dirinya tak berniat mengajari China. Dia hanya ingin membagi nilai-nilai yang diperlukan untuk menciptakan keharmonisan di masyarakat.
Cameron mencontohkan bagaimana hukum Inggris, kebebasan pers dan sistem pemilu telah membuat pemerintahan lebih baik dan negara semakin kuat. Dan, itu semua bukan berasal dari ‘perasaan superioritas’.
“Peningkatan kebebasan ekonomi di China dalam beberapa tahun terakhir sangat menguntungkan China dan dunia. Saya berharap ini akan mengarah pada pembukaan politik yang lebih luas. Sebab, saya yakin penjamin terbaik kemakmuran dan stabilitas adalah kemajuan ekonomi yang sejalan dengan politik,” kata Cameron di sela-sela kunjungan meningkatkan kerja sama bisnis.
Pejabat berwenang mengkonfirmasi, Cameron telah mengadakan pembicaraan mengenai HAM dengan PM Wen Jiabao Selasa (9/11). “Dalam pembicaraan penguatan hubungan dua negara, saya menginginkan hubungan di mana kita bisa saling terbuka, melakukan dialog give and take secara konstruktif dalam semangat toleransi dan saling menghormati,” harap Cameron.
Ketua Partai Konservatif itu berharap, kunjungannya akan menghasilkan miliaran dolar dalam transaksi perdagangan dengan China.
Cameron melakukan perjalanan dengan 43 pemimpin perusahaan besar Inggris dan empat menteri pemerintah. Delegasi ini digambarkan sebagai delegasi terbesar Inggris yang pernah datang ke China.
Para pejabat belum mengungkapkan nilai total dari kesepakatan transaksi. Namun sejauh ini kesepakatan terbesar mencapai 1,2 miliar dolar AS untuk Rolls-Royce dan China Eastern Airlines Corp, di mana Inggris akan menyediakan mesin jet untuk 16 pesawat Airbus A330.
Target jangka panjang Cameron ialah menggandakan tingkat perdagangan barang dan jasa antara Inggris dan China pada 2015 dari nilai 51,8 miliar dolar AS tahun lalu. Pemerintahnya sedang berjuang mengurangi defisit dengan pemotongan pengeluaran sektor publik, yang menjadi pemotongan tertajam selama beberapa dekade.
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)