Wabah kolera kemungkinan telah menewaskan sedikitnya 135 orang di pedesaan Haiti dan ratusan lagi mash dirawat di rumah sakit yang tak bisa lagi menampung pasien. Dampak dari gempa bumi yang terjadi awal tahun ini masih terasa di haiti, di mana rakyat yang masih tinggal di penampungan rentan terserang penyakit.
Petugas kesehatan memperkirakan, pasien-pasien yang tewas ini disebabkan kolera, namun mereka belum sempat melakukan tes.
Ratusan pasien berbaring di tempat parkir di luar rumah sakit St Nicholas, kota pelabuhan St Marc dengan infus di lengan mereka. Saat hujan mulai turun di sore hari, perawat bergegas untuk membawa mereka masuk, dijejalkan di lorong atau di tempat manapun yang memugkinkan.
Sejak gempa bumi yang menewaskan 300 ribu orang Januari lalu, kolera dan tipus tidak setiap harinya merenggut nyawa para pengungsi.
Catherine Huck, wakil direktur untuk Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Haiti, Jumat (22/10) mengatakan, kementerian kesehatan negara Karibia mencatat 135 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang terinfeksi berbagai penyakit.
"Mereka mengalami diare, muntah, dan sewaktu-waktu dapat kehilangan nyawa mereka," kata Huck.
Para petugas medis pun masih menunggu hasil lab untuk menentukan penyakit mereka. Presiden Haiti Medical Association, Claude Surena, juga mengungkapkan kemungkinan besar korban tewas akibat kolera. Ia khawatir wabah ini akan menyebar menjadi semakin luas ke wilayah Haiti yang lain.
Kolera, yang disebabkan penyebaran bakteri yang ditularkan melalui air melalui yang terkontaminasi. Penyakit ini ditandai dengan diare yang parah dan muntah yang jika didiamkan dalam hitungan jam akan menyebabkan kematian.
Rumah sakit di kota Saint Marc yang sudah kewalahan menangani pasien meminta bantuan polisi untuk memblokir jalan masuk ke rumah sakit.
Petugas kesehatan memperkirakan, pasien-pasien yang tewas ini disebabkan kolera, namun mereka belum sempat melakukan tes.
Ratusan pasien berbaring di tempat parkir di luar rumah sakit St Nicholas, kota pelabuhan St Marc dengan infus di lengan mereka. Saat hujan mulai turun di sore hari, perawat bergegas untuk membawa mereka masuk, dijejalkan di lorong atau di tempat manapun yang memugkinkan.
Sejak gempa bumi yang menewaskan 300 ribu orang Januari lalu, kolera dan tipus tidak setiap harinya merenggut nyawa para pengungsi.
Catherine Huck, wakil direktur untuk Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Haiti, Jumat (22/10) mengatakan, kementerian kesehatan negara Karibia mencatat 135 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang terinfeksi berbagai penyakit.
"Mereka mengalami diare, muntah, dan sewaktu-waktu dapat kehilangan nyawa mereka," kata Huck.
Para petugas medis pun masih menunggu hasil lab untuk menentukan penyakit mereka. Presiden Haiti Medical Association, Claude Surena, juga mengungkapkan kemungkinan besar korban tewas akibat kolera. Ia khawatir wabah ini akan menyebar menjadi semakin luas ke wilayah Haiti yang lain.
Kolera, yang disebabkan penyebaran bakteri yang ditularkan melalui air melalui yang terkontaminasi. Penyakit ini ditandai dengan diare yang parah dan muntah yang jika didiamkan dalam hitungan jam akan menyebabkan kematian.
Rumah sakit di kota Saint Marc yang sudah kewalahan menangani pasien meminta bantuan polisi untuk memblokir jalan masuk ke rumah sakit.
*Sumber:republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)