Musim penghujan diprakirakan akan kita temui di dasarian (per sepuluh hari) kedua Oktober mendatang. Seiring dengan berakhirnya pancaroba dan datangnya musim penghujan ini, fenomena Lanina yang merupakan fenomena tingginya curah hujan dengan kategori menengah diprakirakan juga akan kita temui di bulan Oktober mendatang.
Hal ini disampaikan Prakirawan BMG Jambi, Kurnianingsih kepada Tribun, Minggu (26/9). Ia menjelaskan, lanina ini tidak sebentuk dengan badai, namun hanya fenomena alam berupa tingginya curah hujan di kawasan Samudra Hindia, dalam hal ini termasuk Provinsi Jambi.
"Musim peralihan atau pancaroba diperkirakan berakhir pada Oktober dasarian kedua. Memasuki musim hujan fenomena lanina merupakan satu hal yang harus diwaspadai," kata Kurnianingsih ketika ditemui di kantornya.
Dengan adanya fenomena lanina ini, curah hujan bisa di atas normal. Hal ini disebabkan menurunnya suhu permukaan air laut Samudra Pasifik. Hal ini menyebabkan curah hujan di sekitaran Samudra Hindia meningkat bahkan melebihi normal.
Fenomena la nina ini dikatakan Kurnianingsih, sebenarnya sudah ada sejak masa pancaroba. Hal ini tampak dari tingginya curah hujan yang mengakibatkan anomali cuaca atau penyimpangan cuaca. "Jadi, musim kemarau dikatakan sangat pendek dan juga berkategori basah," katanya.
Dengan adanya fenomena lanina ini, yang perlu diwaspadai adalah cuaca ekstrim yang mungkin bisa berupa angin dengan kecepatan di atas 30 knot atau bisa berupa angin puting beliung. Selain angin kencang, petir yang muncul dari awan hitam pekat atau awan cumulunimbus juga mesti diwaspadai masyarakat. "Memang cuaca diprediksikan akan ekstrim. Namun, itu tidak berlangsung setiap hari," ujarnya.
Dampak dari adanya lanina, di Provinsi Jambi, dikatakannya seperti puting beliung yang terjadi di Desa Kampung Laut Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Akibat puting beliung itu, belasan rumah nelayan porak-poranda.
Hal ini disampaikan Prakirawan BMG Jambi, Kurnianingsih kepada Tribun, Minggu (26/9). Ia menjelaskan, lanina ini tidak sebentuk dengan badai, namun hanya fenomena alam berupa tingginya curah hujan di kawasan Samudra Hindia, dalam hal ini termasuk Provinsi Jambi.
"Musim peralihan atau pancaroba diperkirakan berakhir pada Oktober dasarian kedua. Memasuki musim hujan fenomena lanina merupakan satu hal yang harus diwaspadai," kata Kurnianingsih ketika ditemui di kantornya.
Dengan adanya fenomena lanina ini, curah hujan bisa di atas normal. Hal ini disebabkan menurunnya suhu permukaan air laut Samudra Pasifik. Hal ini menyebabkan curah hujan di sekitaran Samudra Hindia meningkat bahkan melebihi normal.
Fenomena la nina ini dikatakan Kurnianingsih, sebenarnya sudah ada sejak masa pancaroba. Hal ini tampak dari tingginya curah hujan yang mengakibatkan anomali cuaca atau penyimpangan cuaca. "Jadi, musim kemarau dikatakan sangat pendek dan juga berkategori basah," katanya.
Dengan adanya fenomena lanina ini, yang perlu diwaspadai adalah cuaca ekstrim yang mungkin bisa berupa angin dengan kecepatan di atas 30 knot atau bisa berupa angin puting beliung. Selain angin kencang, petir yang muncul dari awan hitam pekat atau awan cumulunimbus juga mesti diwaspadai masyarakat. "Memang cuaca diprediksikan akan ekstrim. Namun, itu tidak berlangsung setiap hari," ujarnya.
Dampak dari adanya lanina, di Provinsi Jambi, dikatakannya seperti puting beliung yang terjadi di Desa Kampung Laut Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Akibat puting beliung itu, belasan rumah nelayan porak-poranda.
*Sumber:www.tribunjambi.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)