Mahasiswa asal Jambi yang menuntut ilmu di Mesir meminta Gubernur Jambi Hasan Basri Agus (HBA) ikut membantu pemulangan mereka. Terutama dari Jakarta ke daerah asal masing-masing di Jambi. Sebab, sebagian besar mereka yang masih berada di Mesir atau yang akan dievakuasi pulang ke Indonesia sudah tidak punya apa-apa lagi.
Selain Mazro’atun, sembilan mahasiwa asal Jambi yang juga sudah tiba di tanah air adalah, Layin Natusyifa (Tebo/adik Mazro’atun), Sri Maryati (Kuala Tungkal), Ziyad (Kuala Tungkal), Adeka Chandra (Merangin), Nenen Atrida (Merangin), Salmi Abadi (Batanghari), Desi Trismayani (Kuala Tungkal), Najya Rusnan (Kuala Tungkal) dan Rumisha Rusnan (Kuala Tungkal). Selain mereka ada tiga anak-anak, jadi totalnya 13 orang.
“Saya berharap Gubernur Jambi membantu kepulangan mahasiswa Jambi. Apalagi merek sekarang bisa dikatakan tidak punya apa-apa. ATM di blokir, bahkan ada Warga Indonesia yang pulang tidak membawa uang sama sekali,” kata Mazro’atun yang berasal dari Desa Suka Damai, Rimbo Ulu kabupaten Tebo ini.
Bantuan yang diharapkan, setidaknya kata dia, adalah kepulangan dari Jakarta ke Jambi dan daerah asalnya masing-masing. “ Lagipula tidak semuanya mahasiswa Jambi yang belajar disana adalah dari kelurga mampu,” ujarnya. Bantuan juga diharapkan ketika mereka akan pulang ke Mesir, jika kondisi sudah kondusif nanti.
Putri dari pengasuh Pondok Pesantren Darul Hisam Rimbo Bujang ini mengungkapkan, saat ini situasi di Mesir semakin memburuk. Bahkan untuk makanan sudah mulai sulit didapatkan. Dia memperkirakan sepekan lagi makanan dan semuanya semakin sulit di dapat, jika situasi tidak mereda.
Meski demikian, menurut mahasiswi yang melanjutkan Starata 2 di Universitas Al Azhar ini, kondisi keamanan seluruh mahasiswa asal Jambi yang berada di Mesir masih dalam keadaan aman. Jumlah seluruhnya ada sekitar 75 orang.
Karena pemulangan diutamakan adalah mahasiswi, saat ini suaminya masih berada di Mesir. “Seluruh mahasiswi Indonesia yang berada di Kairo ibu kota Mesir, semuanya sudah berkumpul di KBRI,” terangnya.
Sedangkan mahasiswa pria, kata dia, masih banyak yang berada di kediaman meraka masing-masing. Terutama mahasiswa yang kuliah di luar ibukota Mesir, Kairo. “ Mereka tetap aman di kediaman meraka masing-masing, penduduk sana mengetahui para pelajar,” ujarnya.
Soal rencana Pemprov Jambi membeli apartemen di Mesir, Mazro’atun, mengaku sudah mendengarnya. “ Itu memang penting. Sekarng ini hanya mahasiswa Jambi saja yang tidak memiliki asrama di sana, daerah lain ada,” katanya. Lantaran tidak memiliki asrama khusus itulah meraka kesulitan bila terjadi peristiwa seperti sekarang ini, lantaran tidak berada di satu tempat.
Dia juga mengaku akan tetap kembali lagi ke Mesir menunggu situasi kondusif dan keterangan dari KBRI. “Semuanya kembali ke Mesir untuk kuliah lagi bila situasi sudah aman, , karena pihak kampus sudah mengatakan tidak ada sanksi atau Drop Out (DO) karena situsi ini. Sudah kesepakatan,” tambahnya.
Sementara itu, WNI yang di evakuasi dari Mesir pada gelombang ke dua akan tiba di pada Jumat (4/2) siang. Menurut berita yang dilansir Situs resmi Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ) Mesir, dalam rombongan evakuasi yang kedua itu ada sekitar 18 mahasiswa asal Jambi.
KMJ Mesir telah memasukkan 18 nama anggotanya itu ke Konsuler KBRI Mesir yang berada di Madinatu Nasr. Proses evakuasi ini melalui 3 titik pemberangkatan, yaitu: Konsuler KBRI, Rumah permanent Griya Jawa Tengah dan Pasanggrahan Keluarga Jawa Barat.
Ke 18 mahasiswa itu adalah, Kundari Susilawati (Kota Jambi), Attaqi Kms Muhammad Syafi’i (Kota Jambi), Leni Gusriani (Bungo), Rahmah (Bungo), Abdurrahman Yusak (Bungo), Yurnida Binti Idris (Sarolangun), Aisyah (Sarolangun), Muhammad (Sarolangun) dan Muhammad Syarif Akmal (Sarolangun). Selanjutnya, Zulfah Abdullah (Kota Jambi), Zakiyah Binti Said Bin Yahya (Kota Jambi), Samiyah Said Yahya Asy’ari (Kota Jambi), dan Said Bin Yahya Asy’ari (Kota Jambi)
Lainnya, Tarisem Binti Emon (Kerinci), Lukluk Ulmaknun (Kerinci), Muhammad Hasan Asy’ari (Kerinci), Mardiah Binti Jalil (Batanghari), Ammaruddin Bin Hamdani (Batanghari).
"Pagi ini (kemarin, Red) pukul 09.30, kami sudah memberangkatkan kembali pesawat Garuda Boeing 747-400 menuju Kairo lewat Jeddah, Arab Saudi, dan direncanakan kembali ke Jakarta pada Jumat siang," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Juru bicara Kemlu RI Michael Tene, saat dikonfirmasi mengatakan tanggung jawab Kemlu RI hanya sebatas pada pemulangan WNI ke tanah air. “Selebihnya, untuk pemulangan ke daerah masing-masing, ada Kementrian Perhubungan dan satgas yang mengatur,” katanya kemarin (3/2).
Internet Kembali Bisa Diakses
Sementara itu, langkah evakuasi yang dilakukan pemerintah RI dalam mengantisipasi dampak pergolakan politik Mesir terhadap Warga Negara Indonesia (WNI), membuat KMJ Mesir berbenah dan mengakomodir keperluan anggotanya. Rumah Datuk yang menjadi sekretariat non permanent Keluarga Mahasiwa Jambi Mesir dijadikan sebagai posko penampungan WNI yang berada disekitarnya.
Seperti yang dlansir wartawan KMJMesir.com, keadaan masyarakat Jambi yang berdomisili di Mesir dalam keadaan aman keseluruhannya. Panasnya suasana politik dan gangguan stabilitas keamanan di Mesir tidak berdampak terhadap keamanan warga negara Indonesia Mesir dan Jambi khususnya.
Jaringan Internet yang selama ini diputus pemerintah Mesir kembali bisa diakses kemarin. Hal ini patut disyukuri, dikarenakan minimnya sarana komunikasi dan informasi selama 5 hari terakhir. Jam malam atau larangan keluar rumah, jaringan telepon dan ponsel yang diblokir pemerintah Mesir, menyebabkan sulitnya berhubungan dengan keluarga di Tanah Air dan juga membatasi informasi yang bisa didapat.
Bantah Ada WNI Tewas
Sementara itu Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menjelaskan bahwa tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang tewas dalam kerusuhan di Mesir. Dari beberapa sumber yang dihimpun Kemenlu, tidak ada laporan yang menyatakan adanya kematian WNI di Mesir.
Menang sejak kemarin (3/2) tersiar kabar bahwa seorang WNI bernama Imanda Amalia meninggal dunia saat terjadi bentrok antara pendukung Mubarak dan demonstran. "Ada informasi yang masuk ke kami Imanda adalah WNI yang berkerja di UNRWA (United Nations Relief and Works Agency, yang merupakan badan PBB yang mengurus pengungsi Palestina) Mesir," kata Marty di kantornya kemarin.
Mendapat informasi tersebut, Kemenlu langsung bergerak mencari kebenarannya. Marty pun mengungkapkan, pihaknya langsung menghubungi beberapa pihak terkait. Yang pertama adalah menghubungi kantor UNRWA di Kairo. "Kepada kami, Kepala UNRWA Kairo Dr Abeer Al Khraisha mengatakan tidak ada stafnya yang bernama Imanda," kata Marty.
Selain itu Abeer juga menegaskan bahwa hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan bahwa ada staf UNRWA yang menjadi korban kerusuhan di Mesir. Tidak hanya kantor UNRWA Kairo saja yang dihubungi, Kemenlu juga menghubungi kantor pusat UNRWA di Kairo. Namun hasilnya tetap sama. Nama Imanda tidak tercatat sebagai pekerjanya. "Kami juga meminta informasi dari perwakilan PBB di Jakarta, dan hasilnya juga sama," lanjut dia.
Selain itu, hingga sore kemarin, Kemenlu belum mendapatkan laporan dari pihak keluarga Amalia. Kata dia, jika Amalia memang WNI dan benar-benar meninggal di Mesir, maka seharusnya keluarga memberikan laporan. "Tapi hingga sekarang belum ada," ucapnya.
Marty juga menjelaskan panjang lebar tentang rencana evakuasi pemulangan WNI tahap kedua. Kata dia, pagi kemarin sekitar pukul 09.30, pesawat Garuda Boeing 747-400 lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju Kairo via Jeddah.
Jika sesuai Jadwal, pesawat tersebut akan tiba di Kairo sekitar pukul 18.00 waktu setempat atau pukul 23.00 WIB. Menurut Marty, pesawat itu akan menggangkut 430 WNI yang sudah siap untuk dipulangkan. "Sekarang mereka masih dikumpulkan di Nasr City," terang Marty.
Kata dia, mayoritas 430 WNI yang dipulangkan adalah wanita, anak-anak orang sakit dan orang-orang yang terlantar. "Jangan salah paham, orang terlantar itu adalah orang-orang yang datang ke Mesir untuk urusan tertentu dan ternyata terjebak kerusuhan," ucapnya.
Nah, sejak pagi kemarin, ratusan WNI yang akan dipulangkan itu akan melakukan registrasi ulang dan secara bertahap akan diantar menuju bandara internasional Kairo. Targetnya, sebelum jam malam pukul 15.00 semua WNI sudah bisa dikumpulkan di bandara. Rencana selanjutnya pada pukul 21.30 waktu setempat, pesawat akan berangka menuju Jakarta. Jadi, jika semua lancar dan sesuai rencana, maka pesawat itu akan kembali tiba di Jakarta siang ini (4/2).
Kemenlu, lanjut Marty juga sedang mempersiapkan rencana untuk membuka penerbangan pengungsian bagi WNI dari Kairo yang ditujukan ke beberapa Negara sekitar Mesir. Jadi, nantinya pengungsi tidak langsung dipulangkan ke Jakarta, tapi terlebih dahulu ke Negara yang lebih aman. "Sehingga proses evakuasi keluar Kairo bisa lebih cepat," ucapnya.
Ada tiga kota tujuan yang menurut rencana akan menjadi tujuan pengungsian itu. Yakni Aman Yordania, Jeddah Arab Saudi dan Dubai Uni Emirat Arab. Marty berharap, mudah-mudahan rencana tersebut bisa cepat dilaksanakan.
Selain evakuasi, Kemenlu juga fokus mengirimkan logistik bagi WNI yang terjebak di sana. Menurut Marty, selain KBRI, satgas evakuasi yang diketuai Hasan Wirayuda juga bertugas untuk mengatur logistik bagi WNI di Mesir. "Hingga kini, kondisi WNI di Mesir masih dalam batas kemampuan KBRI," kata dia. (pia/rib/jpnn)
*jambi-independent.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)