JAMBI - Perekonomian Jambi Terancam


Perekonomian di Jambi terancam terganggu jika tidak ada upaya perbaikan melalui kebijakan pemerintah di daerah. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur dari sentra produksi menuju pasar, serta memotong mata rantai distribusi barang.

Dosen Fakultas Ekonomi dari Universitas Jambi Armandelis mengatakan, harga bahan-bahan makanan di Jambi cenderung fluktuatif. Hal itu mengakibatkan sering terjadinya inflasi di Jambi.

Sepanjang tahun ini misalnya, harga cabe merah keriting yang biasanya Rp 25.000 per kilogram bisa tiba-tiba meroket menjadi Rp 60.000. Hal serupa terjadi pada bawang merah, bawang putih, serta sejumlah jenis sayuran dan bahan makanan lainnya.

Fluktuatifnya harga bahan makanan, lanjut Armandelis, disebabkan sebagian besar dipasok dari luar daerah, seperti Jawa, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Ketika barang yang dipasok ke Jambi menurun, harga pun langsung terangkat.

Ia menambahkan, Jambi memiliki sejumlah sentra hortikultura seperti di Kabupaten Merangin dan Kerinci, namun kondisi itu tidak berpengaruh pada stabilitas harga. "Hasil panen dari daerah-daerah tersebut bukannya menyuplai kebutuhan masyarakat Jambi, namun lebih banyak ke luar daerah, seperti Sumatera Barat hingga Sumatera Utara. Petani enggan mengirim hasil panennya ke Jambi karena jalan menuju Kota Jambi banyak yang rusak. Itu akan menambah ongkos distribusi," tutur Armandelis.

Sebagaimana diketahui, hasil panen padi, kentang, cabe, kol, dan tomat, lebih banyak diangkut ke Padang. Jarak tempuh dari Kerinci ke Padang hanya lima jam melalui jalur darat dengan kondisi jalan yang mulus. Sedangkan apabila petani hendak membawa hasil panennya ke Kota Jambi, harus menempuh perjalanan 11 hingga 12 jam, dengan kondisi sebagian jalan rusak.

Hasil panen di kaki Gunung Masurai Kabupaten Merangin juga melimpah. Namun, produk itu sering membusuk. Petani tidak dapat mengangkut barang disebabkan jalan dari kawasan ini m enuju Kota Bangko sering terputus.karena tak pernah diperbaiki.

Menurut Armandelis, kondisi seperti ini menjadi ancaman bagi perekonomian Jambi. Sejumlah pedagang eceran yang disurvei belum lama ini memperkirakan harga komoditi tidak akan mengalami perubahan, atau kemungkinan malah akan terus naik karena besranya ketergantungan Jambi pada produk luar. "Hanya sebagian kecil pedagang yang memperkirakan harga akan turun pada 2011," tuturnya.

Ia melanjutkan, pemerintah perlu memberi jaminan kontinuitas pasokan barang melalui masuknya produk lokal serta menata pola tanam antara sentra produksi. Selain itu, pemerintah perlu menata suplai barang untuk menekan besranya peran pedagang besar atau grosir dalam menetapkan harga. Selain itu, perlu peningkatan efisiensi transportasi melalui perbaikan infrastruktur serta jangkauan ke sentra produksi.  

*tribunjambi

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)