Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Brigjend Ahmad Vahidi mengatakan, pemenang utama kebangkitan Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara adalah bangsa Muslim dan orang-orang merdeka di kawasan, yang sudah lelah dengan kebijakan imperialisme, despotisme dan interventif Amerika Serikat dan Inggris. Ditambahkannya, mereka bangkit untuk membebaskan diri dari penjajah.
Pernyataan itu dikeluarkan mereaksi tudingan timpalannya dari Inggris, William Hague, yang mengklaim bahwa jika Iran menang dalam transformasi saat ini di Timur Tengah, maka tidak hanya membahayakan kawasan, tapi juga dunia.
IRNA, Rabu (6/4) mengutip keterangan kantor Pusat Penerangan Kementerian Pertahanan Iran melaporkan, Vahidi menuturkan, negara-negara Barat terutama Amerika dan Inggris senantiasa ingin mengobar perang dan hegemoni. Ditegaskannya, kini, mereka kebingungan dan ketakutan akibat perkembangan regional dan gerakan rakyat anti-hegemoni.
Seraya menjelaskan bahwa Barat terjebak dalam perilaku kontradiktif, Vahidi menandaskan, "Mereka menyatakan perkembangan regional sebagai sebuah gerakan untuk kebebasan dan reformasi, akan tetapi menilai keamanan global akan terancam jika Iran tampil sebagai pemenang transformasi tersebut."
"Jika arah dan haluan perkembangan regional demi kebebasan bangsa-bangsa dan reformasi, lalu apa yang mereka khawatirkan?" tanya Vahidi dengan penuh keheranan. "Namun, bagi kami jelas bahwa alasan utama kekhawatiran Barat adalah terputusnya akses mereka terhadap cadangan dan sumber daya alam di kawasan. Hal ini tengah terwujud berkat kebangkitan bangsa-bangsa," jelasnya.
"Pastinya, kewaspadaan bangsa-bangsa di kawasan akan menghalangi niat buruk kekuatan-kekuatan imperialis untuk memanfaatkan perkembangan saat ini. Upaya-upaya perpecahan mereka juga akan gagal," tegas mantan panglima Pasdaran ini.
Lebih lanjut, Vahidi menyatakan, noktah hitam imperialisme Inggris membuktikan bahwa mereka tidak mengkhawatirkan isu hak asasi manusia dan tidak juga kebebasan dan kemerdekaan bangsa-bangsa di kawasan. "Kejahatan tanpa batas mereka di berbagai penjuru dunia, produksi senjata pembunuh massal, dukungan penuh kepada rezim Zionis Israel dan tindakan keras mereka terhadap rakyatnya sendiri, adalah bukti-bukti klaim tersebut," paparnya.
Menurut Vahidi, tujuan klaim-klaim tak berdasar mereka soal upaya Iran untuk memperoleh senjata nuklir, bermaksud untuk menyimpangkan opini publik dunia atas tuntutan legal bangsa Iran. Ditambahkannya, klaim seperti itu juga bertujuan menutupi arsenal nuklir Israel, yang mengancam seluruh kawasan.
"Bangsa Iran dan bangsa-bangsa di kawasan sepanjang sejarah senantiasa menyaksikan tindakan-tindakan anti-kemanusiaan Inggris. Masalah ini melahirkan kebencian dan kemarahan bangsa-bangsa regional terhadap mereka," tandasnya.
Pernyataan itu dikeluarkan mereaksi tudingan timpalannya dari Inggris, William Hague, yang mengklaim bahwa jika Iran menang dalam transformasi saat ini di Timur Tengah, maka tidak hanya membahayakan kawasan, tapi juga dunia.
IRNA, Rabu (6/4) mengutip keterangan kantor Pusat Penerangan Kementerian Pertahanan Iran melaporkan, Vahidi menuturkan, negara-negara Barat terutama Amerika dan Inggris senantiasa ingin mengobar perang dan hegemoni. Ditegaskannya, kini, mereka kebingungan dan ketakutan akibat perkembangan regional dan gerakan rakyat anti-hegemoni.
Seraya menjelaskan bahwa Barat terjebak dalam perilaku kontradiktif, Vahidi menandaskan, "Mereka menyatakan perkembangan regional sebagai sebuah gerakan untuk kebebasan dan reformasi, akan tetapi menilai keamanan global akan terancam jika Iran tampil sebagai pemenang transformasi tersebut."
"Jika arah dan haluan perkembangan regional demi kebebasan bangsa-bangsa dan reformasi, lalu apa yang mereka khawatirkan?" tanya Vahidi dengan penuh keheranan. "Namun, bagi kami jelas bahwa alasan utama kekhawatiran Barat adalah terputusnya akses mereka terhadap cadangan dan sumber daya alam di kawasan. Hal ini tengah terwujud berkat kebangkitan bangsa-bangsa," jelasnya.
"Pastinya, kewaspadaan bangsa-bangsa di kawasan akan menghalangi niat buruk kekuatan-kekuatan imperialis untuk memanfaatkan perkembangan saat ini. Upaya-upaya perpecahan mereka juga akan gagal," tegas mantan panglima Pasdaran ini.
Lebih lanjut, Vahidi menyatakan, noktah hitam imperialisme Inggris membuktikan bahwa mereka tidak mengkhawatirkan isu hak asasi manusia dan tidak juga kebebasan dan kemerdekaan bangsa-bangsa di kawasan. "Kejahatan tanpa batas mereka di berbagai penjuru dunia, produksi senjata pembunuh massal, dukungan penuh kepada rezim Zionis Israel dan tindakan keras mereka terhadap rakyatnya sendiri, adalah bukti-bukti klaim tersebut," paparnya.
Menurut Vahidi, tujuan klaim-klaim tak berdasar mereka soal upaya Iran untuk memperoleh senjata nuklir, bermaksud untuk menyimpangkan opini publik dunia atas tuntutan legal bangsa Iran. Ditambahkannya, klaim seperti itu juga bertujuan menutupi arsenal nuklir Israel, yang mengancam seluruh kawasan.
"Bangsa Iran dan bangsa-bangsa di kawasan sepanjang sejarah senantiasa menyaksikan tindakan-tindakan anti-kemanusiaan Inggris. Masalah ini melahirkan kebencian dan kemarahan bangsa-bangsa regional terhadap mereka," tandasnya.
*republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)