Gelaran kongres PSSI yang berlangsung di Hotel Pan Pasific Nirwana Bali Resort, Tabanan, Bali, dinilai pengamat bola dan politik dari Universitas Indonesia, Doktor Ari Junaedi, bisa ditebak hasilnya. Menurutnya, ajang ini hanya akan melegalkan cara-cara Nurdin selama ini.
Dia juga menyayangkan para peserta kongres tidak membuka hati dan matanya terhadap aspirasi masyarakat.
Pembekuan beberapa pengurus sepak bola, seperti Persis Solo, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan PSM Makasar, kata Ari, makin menunjukkan arogansi Nurdin dan kawan-kawan. Tidak ada cara lain, Ari berharap pihak-pihak yang peduli dengan kemajuan sepak bola di Tanah Air "merapatkan" barisan untuk menempuh cara konstitusional melengserkan kabinet Nurdin.
"Masak kita bisa meruntuhkan rezim totaliter Soeharto, tapi kebobrokan rezim Nurdin Halid kita tidak mampu?" kata Ari Junaedi kepada tribunnews.com.
Ari Junaedi meyakini, Nurdin Halid dan Nugraha Besoes masih kokoh bertahan hingga kongres pemilihan ketua umum PSSI 2011-2015 digelar 19 Maret mendatang di Pulau Bintan, Kepulauan Riau.
"Saya sudah memperkirakan ajang kongres PSSI ini hanya melegalkan cara-cara Nurdin selama ini. Seharusnya peserta kongres PSSI bisa memahami aspirasi yang berkembang di masyarakat. Entah, mengapa nurani peserta menjadi tumpul," ujarnya.
Dikatakan, pemilihan lokasi kongres pemilihan ketua umum PSSI di Bintan saja bisa ditebak sebagai "pengucilan" pemilik hak suara yang dimiliki pengurus cabang, pengurus daerah, klub-klub yang ada dalam naungan Liga Super dan Divisi Utama untuk menyalurkan aspirasinya.
"Kenapa tidak sekalian di Pulau Nusakambangan saja kongres pemilihan ketua umum PSSI diadakan? Kalau FIFA tahu kondisi yang sebenarnya PSSI di bawah Nurdin Halid-Nugraha Besoes, mungkin FIFA bisa saja membekukan PSSI," tutur Ari Junaedi.
Sumber : tribunnews.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)