Tak Sempat Melihat Jenazah Saat-saat Terakhir
Kepulangan jamaah haji asal Jambi ke tanah air sangat dinantikan seluruh keluarga. Tak terkecuali, bagi keluarga jamaah yang telah kehilangan keluarga mereka di tanah suci. Suasana haru tak terhindarkan saat kedatangan jamaah dari Makkah di Jambi, Senin (6/12) lalu.
Senin (7/12) lalu, asrama haji penuh sesak. Keluarga jamaah haji yang telah lama menunggu, seakan tak sabar lagi memeluk dan melepas kerinduan terhadap keluarga mereka yang telah hampir sebulan di tanah suci Makkah.
Begitupun, dua keluarga jamaah haji asal Kota Jambi dari Kloter (Kelompok Terbang) 14, yang salah satu keluarga mereka, tidak bisa kembali ke tengah keluarga besar di Jambi. Dua keluarga jamaah haji Jambi tersebut adalah keluarga Almarhum Raden A Rifai Ibrahim (79), warga Tanjung Raden yang dimakamkan di pemakaman Baqi Madinah. Berikutnya, keluarga Almarhumah Hj Siti Rihmah Binti Abdullah (56), warga Mayang Mangurai, Kota Jambi. Keduanya wafat disebabkan oleh penyakit sistem sirkulasi dan pernafasan berdasar data Siskohat.
Almarhum RA Rifai wafat pada Jumat (5/11) lalu sebelum melaksanakan rangkaian ibadah haji, hanya sempat melaksanakan salat satu hari saat tiba di tanah suci. Almarhumah Siti Rihmah wafat saat menanti kepulangan ke Jambi, yakni pada 29 November pukul 07.15 Waktu Arab Saudi.
Dua keluarga jamaah haji yang tidak lengkap saat kepulangan mereka ke tanah air tersebut, tetap berbesar hati menerima takdir yang diberikan Allah. Dan, seluruh keluarga telah mengikhlaskan semua yang terjadi. “Kami semua ikhlas,” tutur H Ibnu Ajas, suami dari Almarhumah Hj Siti Rihmah Binti Abdullah, yang telah disemayamkan di pekuburan Syara, Makkah, Arab Saudi, Selasa (7/12) lalu.
Almarhum RA Rifai, hanya sempat melaksanakan salat wajib satu hari saat tiba di tanah suci. Bahkan dalam satu hari itu, almarhum sempat pula menggunakan kursi roda dan mengeluh adanya prostat (susah buang air kecil). RA Rifai dirawat intensif sekitar tujuh hari sebelum wafat --mulai perawatan di Maktab, BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia), hingga dirujuk ke RS King Fahd--.
“Padahal, sebelum berangkat, Datuk tampak sehat dan segar. Meski sebelumnya berobat beberapa kali (agar Datuk bisa pergi haji),” kata RA Fikri.
Perawatan terhadap kondisi kesehatan Raden A Rifai sebelum dirujuk ke RS King Fahd tersebut, masih bisa terus dipantau oleh pihak keluarga, yakni istri dan cucu Raden A Rifai yang berbarengan melaksanakan haji saat itu.
Dari cerita keluarga, H Ibnu Ajas masih lebih beruntung dibanding seorang rekannya keluarga Raden A Rifai Ibrahim. Yang hanya dapat merawat dan menyaksikan
keluarganya yang tidak dapat kembali ke tanah air tersebut.
Dari sejak dimandikan, disalatkan, hingga dimakamkan, seluruhnya telah diurus oleh pihak Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi, yang mengatur seluruh urusan jamaah haji di Tanah Suci. “Oleh karena itu, setelah di RS King Fahd (yang seluruh petugasnya di bawah kewenangan Kerajaan Arab Saudi), kami tidak dapat lagi bertemu Datuk. Hingga wafat, kami hanya diberi kabar oleh dokter yang merawatnya,” papar Raden A Fikri, lirih.
Pernyataan senada juga diungkapkan Ibnu Ajas, yang jenazah istrinya juga dirawat langsung oleh Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi. “Karena mengikuti rombongan, melihat ke pemakamannya pun tidak bisa lagi. Selain itu, pihak Arab Saudi telah mengurus seluruhnya. Bahkan saat disolatkan seluruh jamaah yang ada di Masjidil Haram,” kata Ibnu Ajas. Pria itu tampak masih sedih menceritakan perpisahannya dengan istri tercintanya, yang wafat saat menanti kepulangan ke tanah air itu.
Ibnu Ajas hanya mengantarkan jenazah istrinya hingga ke sektor Makkah. Sebelum wafat, Almarhumah Siti Rihmah sempat dirawat dia dan meninggal di hadapan dirinya. Bahkan, Almarhumah Siti sempat mengatakan kepada suami, ia rindu dengan cucu di Jambi. “Kapan kita pulang ke Jambi, Pak,” ujar Ibnu Ajas, menirukan ucapan istrinya, jelang wafat.
Sedangkan Raden A Fikri dan istri Almarhum R A Rifai RTS Maimunah, mengantarkan suami dan Datuknya hingga di RS King Fahd Madinah, dan tidak dapat lagi menjenguk ataupun merawat. Saat meninggalnya R A Rifai, hanya disaksikan oleh pihak rumah sakit, tanpa didampingi istri, dan cucunya yang sama-sama berada di Tanah Suci.
“Kami harus mengikuti rombongan untuk menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji selanjutnya. Sedangkan Datuk memang tidak dapat melaksanakan ibadah apapun. Karena kondisi kesehatannya yang tidak mengizinkan,” terang R A Fikri.
Suasana duka menyelimuti dua keluarga jamaah yang ditinggal wafat anggota keluarga mereka itu. “Namun, tadi malam (6/12). Selain selamatan untuk menyambut kedatangan Bapak (Ibnu Ajas), juga sedekatan nujuh hari Ibu. Serta selamatan tahun baru Islam,” ujar Ibnu Ajas, yang berprofesi sebagai pengawas sekolah di Kecamatan VII Koto Ilir, Tebo.
*jambi-independent.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)