Pernyataan Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar yang mengatakan tidak mungkin membabat habis praktik suap-menyuap di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan imigrasi merupakan sinyal keputusasaan dan ketidakmampuan.
Hal itu diungkapkan Peneliti Hukum dari Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz. "Saya melihatnya ini bentuk keputusasaan dan ketidakmampuan Patrialis untuk memberantas korupsi di lapas," tukas Donal kepada Media Indonesia, Minggu (31/10).
Sebagai seorang menteri, sambungnya, seharusnya Patrialis yang paling optimis dalam menyatakan perang terhadap praktik-praktik korupsi di lapas. "Itu amat kita sayangkan karena justru pernyataan itu amat bertendensi negatif terhadap pemberantasan korupsi di lapas."
Jika Patrialis merasa tidak mampu melaksanakan tugasnya dalam membasmi praktek-praktek korupsi di lapas, menurut Donal, sebaiknya ia mundur. Sejauh ini, ia menilai politikus Partai Amanat Nasional itu belum mengambil langkah konkret.
"Kita melihat dia belum melakukan sesuatu yang signifikan untuk mereformasi lapas, belum melakukan hal-hal yang sifatnya konkret. Hanya sekadar untuk mengunjungi(lapas-lapas)," cetusnya.
Donal berpendapat sinyal keputusasaan dan ketidakmampuan ini semestinya dibaca Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Seharusnya ini juga dibaca sebagai sebuah sinyal bagi Presiden untuk melihat kinerja bawahannya yang tidak maksimal untuk memberantas korupsi di institusi lapas," tutupnya.
Hal itu diungkapkan Peneliti Hukum dari Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz. "Saya melihatnya ini bentuk keputusasaan dan ketidakmampuan Patrialis untuk memberantas korupsi di lapas," tukas Donal kepada Media Indonesia, Minggu (31/10).
Sebagai seorang menteri, sambungnya, seharusnya Patrialis yang paling optimis dalam menyatakan perang terhadap praktik-praktik korupsi di lapas. "Itu amat kita sayangkan karena justru pernyataan itu amat bertendensi negatif terhadap pemberantasan korupsi di lapas."
Jika Patrialis merasa tidak mampu melaksanakan tugasnya dalam membasmi praktek-praktek korupsi di lapas, menurut Donal, sebaiknya ia mundur. Sejauh ini, ia menilai politikus Partai Amanat Nasional itu belum mengambil langkah konkret.
"Kita melihat dia belum melakukan sesuatu yang signifikan untuk mereformasi lapas, belum melakukan hal-hal yang sifatnya konkret. Hanya sekadar untuk mengunjungi(lapas-lapas)," cetusnya.
Donal berpendapat sinyal keputusasaan dan ketidakmampuan ini semestinya dibaca Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Seharusnya ini juga dibaca sebagai sebuah sinyal bagi Presiden untuk melihat kinerja bawahannya yang tidak maksimal untuk memberantas korupsi di institusi lapas," tutupnya.
*Sumber:mediaindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)