Kekhawatiran terhadap militer Iran yang semakin kuat mendorong AS untuk melakukan transaksi senjata terbesar yang pernah dilakukan senilai USD 60 milyar kepada Arab Saudi untuk membantu meng-counter Iran.
Transaksi tersebut meliputi penjualan 84 unit jet tempur F-15, 70 unit helikopter tempur Apache, 72 unit helikopter taktis Black Hawk dan 36 unit helikopter ringan, ungkap asisten sekretais untuk urusan politik-militer Andrew Shapiro.
Penjualan tersebut juga meliputi 70 unit jet tempur F-15 yang telah di-upgrade, dengan total biaya "tidak melebihi 60 miliar" dolar, ujar Shapiro.
Kongres memiliki wewenang untuk mengubah atau menunda perjanjian tersebut, menurut Shapiro. Penyerahan senjata ke Arab Saudi akan berlangsung secara bertahap selama 15 sampai 20 tahun.
Shapiro mengakui penjualan tersebut sebagian dimaksudkan untuk membantu Arab Saudi menghadapi ancaman yang ditebarkan oleh Iran. Paket pertahanan juga mencakup ribuan bom pintar dipandu laser, termasuk JDAMS, serta rudal Hellfire dan Sidewinder.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley mengatakan kesepakatan penjualan senjata secara besar-besaran kepada negara-negara seperti Arab Saudi dan Israel berada di dalam "kepentingan nasional" AS. Washington berusaha untuk menjaga kestabilan wilayah dari potensi ancaman dan pertahanan dari Iran.
Penjualan senjata ke Arab Saudi telah memicu keprihatinan dari Israel dan pendukungnya di Amerika Serikat, tetapi para pejabat AS mengatakan mereka tidak mengharapkan oposisi.
"Penilaian kami adalah bahwa penjualan ini tidak akan mengurangi sisi kualitatif militer Israel karena itu kami merasa nyaman untuk terus maju dengan penjualan tersebut," kata Shapiro.
Transaksi tersebut meliputi penjualan 84 unit jet tempur F-15, 70 unit helikopter tempur Apache, 72 unit helikopter taktis Black Hawk dan 36 unit helikopter ringan, ungkap asisten sekretais untuk urusan politik-militer Andrew Shapiro.
Penjualan tersebut juga meliputi 70 unit jet tempur F-15 yang telah di-upgrade, dengan total biaya "tidak melebihi 60 miliar" dolar, ujar Shapiro.
Kongres memiliki wewenang untuk mengubah atau menunda perjanjian tersebut, menurut Shapiro. Penyerahan senjata ke Arab Saudi akan berlangsung secara bertahap selama 15 sampai 20 tahun.
Shapiro mengakui penjualan tersebut sebagian dimaksudkan untuk membantu Arab Saudi menghadapi ancaman yang ditebarkan oleh Iran. Paket pertahanan juga mencakup ribuan bom pintar dipandu laser, termasuk JDAMS, serta rudal Hellfire dan Sidewinder.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley mengatakan kesepakatan penjualan senjata secara besar-besaran kepada negara-negara seperti Arab Saudi dan Israel berada di dalam "kepentingan nasional" AS. Washington berusaha untuk menjaga kestabilan wilayah dari potensi ancaman dan pertahanan dari Iran.
Penjualan senjata ke Arab Saudi telah memicu keprihatinan dari Israel dan pendukungnya di Amerika Serikat, tetapi para pejabat AS mengatakan mereka tidak mengharapkan oposisi.
"Penilaian kami adalah bahwa penjualan ini tidak akan mengurangi sisi kualitatif militer Israel karena itu kami merasa nyaman untuk terus maju dengan penjualan tersebut," kata Shapiro.
*Sumber:www.wartanews.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)