INTERNASIONAL - Giliran Manchester yang Membara

Kerusuhan terburuk di Inggris terus terjadi dan memasuki hari kelima, Rabu (10/8/2011), saat para pemuda mengamuk di Manchester dan kawasan industri Midlands. Namun, London sudah mulai tenang  menyusul kehadiran 16.000 polisi yang membanjiri jalan-jalan demi menghentikan kekerasan itu.


Di Manchester, kota terbesar ketiga di Inggris, para pemuda memecahkan jendela-jendela toko dan menjarah isinya, serta menghalau para fotografer agar menjauh dari lokasi penjarahan. Polisi menggambarkan kondisi itu sebagai kekerasan terburuk dalam 30 tahun terakhir di kota tersebut.

Di tempat lain, para perusuh bertudung membakar gedung-gedung di West Bromwich dan Wolverhampton di Inggris tengah serta pos polisi di dekat Nottingham. Tidak ada korban yang dilaporkan. Para penjarah juga menyasar toko-toko di Birmingham, dan 200 perusuh melempari polisi di barat laut Liverpool.

Namun di London tidak ada gelombang baru kekerasan yang telah menyebabkan sejumlah bagian kota itu terlalap api Senin malam. Warga kota itu bangkit dan turun ke jalan-jalan untuk menjaga kawasan mereka. Ratusan kaum Sikh berkemah di luar rumah pada Selasa malam guna menjaga komunitas Southall di barat London. Kelompok itu, beberapa mengenakan pakaian tradisional, menggelar patroli sepeda motor dan memantau stasiun kereta api untuk melihat jika ada para pembuat onar yang masuk ke wilayah itu. Massa serupa yang merupakan pendukung sepak bola juga berkumpul di Eltham, London selatan. Mereka berupaya untuk mencegah para penjarah.

Polisi yang kewalahan mulai memperkuat diri. Jumlah mereka di London bertambah dari 6.000 menjadi 16.000 pada Selasa malam saat Perdana Menteri David Cameron bersumpah untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan demi memulihkan situasi di jalan-jalan kota itu. Toko-toko di banyak bagian London tutup lebih awal atas saran polisi.

Kerusuhan pada hari Selasa terpusat di Manchester, di barat laut Inggris. Di sana polisi didesak mundur oleh kelompok-kelompok ratusan pemuda yang menutupi wajahnya dengan selendang dan topeng ski. Geng-geng itu menghancurkan toko sepatu dan membakar toko pakaian perempuan di pusat kota. Dua perampok memecahkan pintu kaca masuk pusat perbelanjaan Arndale, mal yang menjadi pusat perbelanjaan utama Manchester. Ratusan pemuda kemudian memasuki sebuah toko dan kembali dengan serangkulan pakaian dan sepatu. Para penjarah mengeruk habis barang dari sebuah toko listrik, sementara polisi yang tak berdaya hanya menyaksikan peristiwa itu. Para pemuda itu meneriakan kata-kata kotor ke arah polisi, lapor seorang koresponden AFP.  

Asisten Kepala Polisi Garry Shewan dari Greater Manchester Police menyebut adegan itu sebagai "kekerasan yang tidak masuk akal dan kejahatan tidak masuk akal pada skala yang saya belum pernah disaksikan sebelumnya."

Dalam sebuah perkembangan yang tidak akan menenangkan ketegangan, pengawas polisi Inggris mengatakan pihaknya tidak menemukan bukti bahwa Mark Duggan -yang ditembak mati polisi pekan lalu dan telah menjadi katalisator kerusuhan London-telah menembakkan pistol ke arah petugas. Dalam sebuah operasi, polisi bersenjata London menghentikan taksi yang ditumpangi Duggan, 29 tahun, yang tengah melakukan perjalanan di distrik multi-etnis yang miskin dari Tottenham, di London utara. Tembakan dilepaskan dan Duggan meninggal di lokasi kejadian.

Terkait kerusuhan dan penjarahan di Lodon, Scotland Yard mengatakan, polisi telah menangkap 685 orang dalam tiga hari terakhir dan 111 petugas polisi terluka. 

*kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)