NASIONAL - Pulau Komodo, The Real Jurrasic Park ?


Peringatan ini disampaikan berulang kali: "Jaga jarak, tetap diam, dan amankan barang bawaan Anda," bisik Ande Kefi, petugas Taman Nasional Komodo, kepada rombongan wisatawan yang mengikutinya. Membawa tongkat panjang bercabang dua, Kefi dan petugas lainnya memandu wisatawan yang ingin melihat secara langsung Komodo, yang dijuluki 'dinosaurus terakhir di muka Bumi'.

Bagi Kefi dan rekan-rekannya, tongkat yang mereka bawa adalah 'senjata' -- fungsinya untuk menekan titik sensitif tertentu di tubuh Komodo -- agar kadal raksasa itu tetap berada di jarak aman.

Untuk melihat Komodo yang diperkirakan tinggal 2.500 ekor di habitat aslinya, para wisatawan harus mendatangi Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Para turis melintasi padang savana dan rumput kasar tropis. Mengingatkan mereka akan Jurassic Park -- taman hiburan yang menghidupkan kembali spesies dinosaurus, yang berakhir tragis, dalam novel karya Michael Crichton.

Di Taman Nasional Komodo, para pengunjung akan berjumpa dengan spesies dinosaurus modern di alam liar.

Data Kementerian Pariwisata menyebutkan, sekitar 45.000 turis mengunjungi Taman Nasional Komodo pada 2010. Jumlah ini diperkirakan meningkat dengan makin populernya Komodo yang saat ini bertarung di ajang tujuh keajaiban baru dunia atau New7Wonders.

Meski akan menghasilkan pundi uang dari tiket masuk dan penjualan suvenir, makin banyaknya turis yang berkunjung dikhawatirkan membuat ekosistem Komodo rapuh. Hewan langka itu bisa stres.
Pada Oktober 2010, petugas menemukan 13 telur Komodo rusak di sebuah sarang. Belum diketahui sebabnya, mungkin karena terlalu banyak hujan atau proses inkubasi yang tak sempurna.

Saat ini, pemantauan Komodo dilakukan dengan menggandeng Kebun Binatang San Diego, Amerika Serikat. Setiap kadal raksasa ini memiliki label berat dan ukuran, sehingga bisa dipantau populasinya.

Meski tak setragis adegan Film Jurassic Park besutan Steven Spielberg, Komodo adalah hewan yang membahayakan. Para petugas tahu, 'Si Komo' adalah hewan cerdas dan sangat berbahaya. Ia bisa tumbuh hingga sepanjang 3 meter dan berat sampai 90 kilogram. Mereka mungkin terlihat jinak, tapi itulah cara mereka menipu calon korban.

Komodo bisa mencim bau mangsa sampai sejauh 9 kilometer. Ia bisa bergerak cepat ketika memangsa. Gigi kecil mereka bisa merobek daging dan menggerogoti tulang. Namun yang paling berbahaya adalah racunnya yang mematikan.

Pada 25 Mei 2010, seekor Komodo menyerang petugas taman nasional, Agustinus Jenaru (20) yang sedang makan siang. Diduga bau makanan bekal makan siang itulah yang menarik perhatian Komodo.

Untungnya Agustinus selamat, meski Komodo yang menyerangnya dari belakang itu sempat menggigit lengan kirinya. Tiga bulan sebelumnya, Komodo menyerang Marselinus Subanghadir, karyawan PT. Putera Naga Komodo hingga mengalami luka serius. Marselinus jadi sasaran Komodo yang marah karena monyet buruannya kabur.

Tahun 2008 lalu, Komodo menyerang dua orang bocah yang sementara bermain di pekarangan rumah. Satu diantaranya meninggal dunia. Biawak raksasa itu, menyerang manusia apabila dalam kondisi lapar atau karena habitatnya diganggu.

Korban gigitan Komodo membutuhkan antiseptik untuk mencegah infeksi. Biasanya, petugas akan mencuci luka bekas gigitan dengan alkohol sampai korban mendapat perawatan semestinya di Pulau Bali -- yang harus ditempuh dengan perjalanan udara selama satu jam. (thewest.com.au)

• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)