“GELAPNYA” Bumi Serentak Bak Regam, Batanghari, selama lima tahun terakhir bagaikan gerhana matahari tanpa cahaya. Kini sinar kehidupan yang membuat buta telah terang kembali. Habis gelap, terbitlah terang. Sekarang kembali bercahaya dengan kembalinya Sang Fajar yang memberi warna kemilau bagi seluruh rakyat Batanghari untuk tetap optimis menatap masa depan pembangunan yang merata.
Sang Fajar itu bernama HA Fattah SH. Selama lima tahun ia prihatin melihat rakyat Batanghari terkatung-katung dalam ketidakpastian.
Fattah lahir di sebuah rumah tinggi, di pinggiran Sungai Batanghari yang bernama Pinggir Kuning, Durian Luncuk, 23 Januari 1949. Rumah itu milik kakeknya, H Hamzah, seorang hakim.
Di masa kecilnya putra pertama H Syarbaini dan Hj Maslamah, mantan Pasirah Kepala Marga Batin XXIV, penuh dengan kecerian. Pergaulannya tanpa memandang dan membedakan kawan.
Ia bergaul baik dan akrab dengan siapa saja. Fattah kecil yang cerdas suka bermain sepakbola, di lapangan Desa Durian Luncuk. Makanan kesukaannya martabak.
Tahun 1961 Fattah tamat dari Sekolah Rakyat (SR). Ia kemudian melanjutkan ke SMP dan tamat pada 1964. Setelah itu masuk SMEA dan tamat pada 1969. Jenjang perguruan tinggi di tahun 1973 dijalaninya hingga tingkat III Fakultas Hukum di Universitas Jambi (Unja).
Fattah melanjutkan kuliah ke Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, 1979. Disanalah ia bertemu pujaan hati, Sofia Yoesoef, yang akhirnya menjadi isteri.
Sofia masa itu juga kuliah di Fakultas Hukum Unsri. Hubungan tersebut dilanjutkan hingga ke pelaminan, 31 Maret 1981, dan dianugrahi putra-putri, yakni M Faisal Raza, M Firdaus, Siti Masitoh dan M Havis.
Sebagai seorang ayah, Fattah adalah figur yang berhasil mendidik putra-putrinya. Baik dalam agama, disiplin, maupun menanamkan sifat tidak sombong terhadap orang lain.
Sikap itu juga ditunjukkan Fattah pada kawan-kawannya satu kantor sewaktu jadi PNS di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Jambi, 1980, dengan pangkat Penata Muda (III/a). Ia tidak memilih-milih dalam berteman.
Pejabat atau tidak, semua ditemani. Bertanggung-jawab dan selalu menindak-lanjuti pekerjaan sampai tuntas membuktikan Fattah sosok pekerja keras. Karena itulah setelah dua tahun jadi PNS ia diangkat menjadi Kasi Pajak Dispenda.
Karir Fattah terus menanjak hingga menjadi Kasubdin Pengawasan Dispenda pada 1983. Ia juga pernah menjadi Kacabdipenda Tingkat I di Kabupaten Sarolangun-Bangko (Sarko) pada 1983.
Karirnya di Kabupaten Batanghari diawali dengan menjabat Kacabdipenda Tingkat I disana, sejak 1986. Sebelum diangkat sebagai Kabag Keuangan Setda Batanghari, Fattah sempat menjabat Kacabdipenda Tingkat I di Kabupaten Bungo-Tebo, 1990. Tahun 1995 ia dipercaya menjabat Kepala Dispenda Kabupaten Batanghari.
Di bidang keorganisasian, Fattah merupakan seorang aktivis. Ia tergabung dalam kepengurusan KNPI Jambi, 1980. Ia pernah menjabat Ketua KNPI Batanghari selama dua periode, dan satu-satunya Ketua KNPI dua kali berturut-turut di Provinsi Jambi.
Loyalitas terhadap kepemudaan dan teman-teman sesama aktifis membuat ia dipercaya masyarakat Batanghari memimpin Kabupaten Batanghari periode 2001-2006.
Sebagai bupati Fattah dikenal sangat dekat dengan masyarakat. Ia sering turun langsung ke desa-desa. Desa Raman, Kecamatan Pemayung, yang hanya bisa ditempuh naik perahu bahkan sudah didatanginya, 16 Februari 2001.
Fattah juga sangat peduli pada olahraga. Ia sering memberi bantuan kepada para atlit berprestasi. Begitu pula terhadap dunia pendidikan. Tidak sedikit beasiswa yang disalurkannya kepada siswa SD, SMP dan SMA.
Menariknya lagi, Fattah paling kental bergaul dengan insan pers dan LSM. Ia sering berkumpul bersama wartawan dan aktifis melakukan sharing dan bertukar pendapat.
Fattah paling anti pada pembalakan liar (illegal logging). Turun langsung ikut menangkap kayu-kayu liar bukan satu-dua kali dilakukannya. Tindakannya itu pula yang diikuti Zulkifli Nurdin semasa jadi gubernur.
Masyarakat muslim, seperti ulama, da'i, imam, khatib, bilal dan pegawai sara', sangat merasakan kepedulian Fattah. Terbukti, waktu jadi bupati dulu ada dana insentif buat mereka.
Masyarakat petani juga merasakan sentuhan perhatian yang khusus dalam bentuk kunjungan, seperti kunjungan peningkatan produksi padi di Desa Karmeo, Teluk Leban, Mersam dan Pasar Terusan. Begitu pula di sektor perkebunan.
Berbagai panti asuhan dan anak yatim-piatu mendapat perhatian khusus. Dengan kasih sayang tulus, mereka diberi bantuan. Pasien yang sedang dirawat pada malam Hari Raya Idul Fitri juga diperlakukannya secara khusus.
Perkembangan pembangunan Batanghari semasa dipimpin Fattah bisa terlihat dengan pembangunan infrastruktur jalan, dari perkotaan hingga pedesaan, seperti dibangunnya jalur dua Jalan Gajah Mada, Sudirman dan Sultan Thaha.
Sempat kalah dalam pemilukada 2006-2011, Fattah menyibukan diri dalam usaha minyak. Ia mendirikan SPBU di Kampung Baru, Muara Tembesi, dan Durian Luncuk.
Berbekal jabatan Ketua Partai Golkar Batanghari, pada 2009 Fattah duduk di DPRD Batanghari dan menjabat sebagai ketua dewan. Akhirnya, berkat permintaan seluruh elemen masyarakat, mulai dari tuo tengganai hingga tokoh pemuda, Fattah mencalon sebagai bupati, berpasangan dengan Sinwan.
Sebelum mencalon bupati, Fattah yang merasa “dibuang” oleh Golkar berlabuh ke Partai Demokrat. Partai itulah yang kemudian mengusungnya bersama PKPB dan Partai Hanura.
Lantaran Batanghari butuh pemimpin yang komit dan konsekwen, masyarakat akhirnya mendukung dan memilih Fattah dan Sinwan sebagai bupati dan wakil bupati Batanghari periode 2011-2016. Pasangan ini menang mutlak dengan perolehan 39 persen suara.
(infojambi.com/AFRIZAL J TOISUTA)
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)