Krisis politik di Mesir membuat harga minyak di bursa utama dunia naik. Bahkan, sudah ada yang mencetak lebih dari US$100 per barel. Menurut kantor berita Associated Press, harga minyak Brent di bursa London Senin sore 31 Januari 2011 waktu setempat naik US$1,59 menjadi US$101,01 per barel. Harga minyak Brent tidak hanya menjadi patokan bagi perdagangan minyak di bursa Eropa, namun juga di Asia.
Di bursa New York, harga minyak mentah light sweet di papan perdagangan elektronik pada Senin malam waktu setempat mencapai US$92,11 per barel, melemah 0,09 persen. Sebelumnya, harga minyak di New York naik US$4,32 atau 4,92 persen menjadi US$92,19 per barel, demikian menurut laman CNN Money.
Menurut kalangan pengamat, gejolak di Mesir dalam beberapa hari terakhir turut mengkhawatirkan para investor di pasar minyak. Kendati bukan termasuk kelompok produsen utama, Mesir memiliki perairan yang strategis untuk pengapalan minyak, yaitu Terusan Suez. Setiap hari, sekitar dua juta barel minyak mentah melewati perairan itu.
Mesir pun memiliki jaringan pipa minyak. Hingga awal pekan ini, Terusan Suez masih terbuka dan pengapalan minyak di wilayah itu masih berjalan normal.
Namun, para investor di bursa minyak akhirnya khawatir bahwa distribusi minyak yang melewati Mesir akan terganggu bila gelombang demonstrasi anti Presiden Hosni Mubarak itu tidak segera berakhir.
"Para pengamat tidak yakin bila krisis itu langsung mengancam distribusi, namun kemungkinan ke arah itu tetap ada," demikian penilaian lembaga konsultan energi, Cameron Hannover seperti dikutip AP.
Pelaku pasar pun khawatir bahwa gejolak di Mesir, yang terinsiprasi oleh revolusi di Tunisia dan protes massal di Yaman, bisa menyebar ke produsen-produsen utama minyak mentah, seperti Arab Saudi. Masalahnya, Mesir merupakan negara terbesar di dunia Arab dan ini memiliki pengaruh bagi stabilitas di negara-negara sesama Arab lainnya, termasuk Saudi.
"Melihatnya pentingnya peran Mesir dalam dunia Arab dan Timur Tengah. Gejolak ini menambah kegelisahan baru di pasar minyak," kata James Bukhard, pengamat dari Global Oil dalam analisinya di lembaga IHS CERA. (sj)
• VIVAnews
Di bursa New York, harga minyak mentah light sweet di papan perdagangan elektronik pada Senin malam waktu setempat mencapai US$92,11 per barel, melemah 0,09 persen. Sebelumnya, harga minyak di New York naik US$4,32 atau 4,92 persen menjadi US$92,19 per barel, demikian menurut laman CNN Money.
Menurut kalangan pengamat, gejolak di Mesir dalam beberapa hari terakhir turut mengkhawatirkan para investor di pasar minyak. Kendati bukan termasuk kelompok produsen utama, Mesir memiliki perairan yang strategis untuk pengapalan minyak, yaitu Terusan Suez. Setiap hari, sekitar dua juta barel minyak mentah melewati perairan itu.
Mesir pun memiliki jaringan pipa minyak. Hingga awal pekan ini, Terusan Suez masih terbuka dan pengapalan minyak di wilayah itu masih berjalan normal.
Namun, para investor di bursa minyak akhirnya khawatir bahwa distribusi minyak yang melewati Mesir akan terganggu bila gelombang demonstrasi anti Presiden Hosni Mubarak itu tidak segera berakhir.
"Para pengamat tidak yakin bila krisis itu langsung mengancam distribusi, namun kemungkinan ke arah itu tetap ada," demikian penilaian lembaga konsultan energi, Cameron Hannover seperti dikutip AP.
Pelaku pasar pun khawatir bahwa gejolak di Mesir, yang terinsiprasi oleh revolusi di Tunisia dan protes massal di Yaman, bisa menyebar ke produsen-produsen utama minyak mentah, seperti Arab Saudi. Masalahnya, Mesir merupakan negara terbesar di dunia Arab dan ini memiliki pengaruh bagi stabilitas di negara-negara sesama Arab lainnya, termasuk Saudi.
"Melihatnya pentingnya peran Mesir dalam dunia Arab dan Timur Tengah. Gejolak ini menambah kegelisahan baru di pasar minyak," kata James Bukhard, pengamat dari Global Oil dalam analisinya di lembaga IHS CERA. (sj)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)