INTERNASIONAL - Donald Trump: AS Sudah Jadi Bahan Tertawaan


Konglomerat Donald Trump merasa Amerika Serikat (AS) kini sudah menjadi "bahan tertawaan" dan sasaran "bulan-bulanan" bagi negara-negara lain. Contohnya adalah China, yang kini telah mempermainkan negeri berjuluk adidaya itu dengan taktik perdagangan mereka.

Menurut laman CNNMoney, keluh kesah itu dilontarkan Trump dalam suatu forum tokoh-tokoh konservatif AS di Washington DC, Kamis waktu setempat. "Dunia kini memperlakukan kita secara tidak hormat. Mereka tidak memperlakukan kita secara layak," kata Trump.

Konglomerat properti itu menyebut contoh betapa timpangnya perdagangan AS dengan China. Isu itu selalu dipersoalkan kalangan pebisnis Amerika.

China menikmati keuntungan perdagangan yang besar dari AS karena produk-produk mereka laku keras di sana dengan harga yang lebih murah dari buatan lokal. Sebaliknya, AS menderita defisit perdagangan sebesar US$38,7 miliar dari China.

Trump dan para politisi AS curiga bahwa timpangnya hubungan dagang kedua negara terutama disebabkan kebijakan China atas nilai tukar dolar di pasar uang. Dengan kontrol ketat, China tetap mematok kurs yuan, yang nilainya sudah dianggap terlalu rendah dari dollar AS.

Kondisi itu menyebabkan harga-harga produk China menjadi sangat murah ketimbang produk AS. Bagi kalangan pebisnis Amerika seperti Trump, situasi itu sudah tidak adil karena produk mereka sulit bersaing dengan buatan China di pasaran.

Pemerintah AS pun selalu meminta China agar melakukan penyesuaian nilai tukar yuan atas dolar. Namun tuntutan itu tidak dipenuhi Beijing.

Maka, Trump ingin Amerika suatu saat  bisa menjatuhkan tarif impor semua produk China sebesar 25 persen. Langkah seperti itu, walau tidak sedrastis yang diinginkan Trump, sebenarnya sudah dirintis oleh DPR AS.

Pada September tahun lalu, DPR mengesahkan undang-undang yang memberi wewenang bagi pemerintah AS untuk menjatuhkan tarif impor dari negara-negara yang kurs mata uangnya dianggap tidak lagi realistis dengan dolar AS. Namun, undang-undang itu belum berhasil disahkan di tingkat Senat.

• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)