TANJABBAR,JAMBI - Wow... Tanjabbar Raja Pinang di Asia


Sejumlah hasil kekayaan  Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ternyata menjadi andalan di negara Asia, seperti pinang yang begitu tersohor di India. Bahkan hasil tanaman lembab   ini begitu diminati negara berpenduduk terbesar kedua di dunia itu. 

Setiap bulan, Kota Kuala Tungkal mengekspor sebanyak 30 kontainer pinang kering melalui jalur laut. Pinang tersebut dikirim melalui Batam, menuju  pelabuhan kontainer di Singapura, hingga sampai ke India.  

Selain negara India, Pakistan, Nepal juga ternyata meminati hasil komoditi unggulan kabupaten Tanjabbar itu. Namun, peminat paling tinggi, menurut Ketua Dewan Rempah Tanjabbar, Sawa Hamid adalah India. 

"Negara India paling banyak mengkonsumsi pinang dari kota Tungkal, sisanya  negara tetangga India," kata pria yang akrab disapa Hamid ini, Sabtu (22/1).  

Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu.
 
Menurut Hamid, pengiriman pinang dilakukan setiap bulan, tergantung hasil pinang yang dikirim dari masyarakat. Selanjutnya pinang-pinang tersebut disortir di sejumlah penampung yang tersebar di kota Tungkal.
 
Dalam setahun, dari dermaga Kuala Tungkal mampu dikirim hingga 300 ribu ton pinang. Selain dari Kabupaten Tanjabbar, pinang-pinang tersebut juga berasal dari wilayah Tanjabtim, dan Riau  seperti Sabak, Nipah Panjang, Tembilah, Kuala Enok, Sungai Penuh, dan wilayah lain di Provinsi Jambi.
 
"Kalau khusus dari Tanjabbar, setahun bisa mencapai 100 ribu ton, sisanya dari wilayah tetangga, dan Provinsi Riau, karena penampung terbesar ada di kota Tungkal," jelas pria keturunan India ini.
 
"Di Jambi, penampung terkenal memang berada di Tungkal, makanya dari daerah lain di bawa ke Tungkal," sambungnya.
 
Selain di kirim langsung menuju negara Asia Selatan itu, tidak sedikit pinang yang dikirim melalui Jambi, sebelum dikirim  ke India. Bagi penampung yang mengirim melalui Jambi, lanjutnya disebabkan penampung tersebut tidak memiliki administrasi resmi pengiriman langsung melalui kapal kontainer.
 
"Kalau di Tungkal, kemungkinan ada tiga penampung besar yang bisa langsung mengirim ke India, karena punya dokumen dan izin. Tapi modalnya harus kuat, karena barangnya dikirim dulu baru di bayar. Tapi kalau di bawa ke Jambi, biasanya langsung di beli orang India, dan segala administrasinya ditanggung pembeli," papar  pria yang juga penampung pinang ini. 

Tidak butuh lama bagi para penampung untuk mengirim pinang ke India, dan sekitarnya. Pasalnya hampir setiap hari, petani pinang mengirim ke penampung, bahkan dalam sebulan, para penampung bisa mengirim hingga dua kali. 

"Pinang tidak ada pernah habis-habisnya, karena setiap hari selalu ada yang menjual, sebulan bisa mencapai 30 kontainer," katanya. 

"Orang India, mengenal pinang Tungkal sebagai pinang terbaik. Biasanya penampung di India langsung menelopon ke penampung di Tungkal untuk pengiriman pinang," sambung pria paruh baya ini. 

Terpisah Sekretaris  Dinas  Perindustrian Perdagangan dan Promosi Daerah, Andika juga mengatakan, India

"Pinang sudah semacam ikon di kota Tungkal, karena diminati negara India, dan pemasarannya pun hanya ke India," ucap Andika, sembari mengatakan lupa nilai ekspor pinang dari Tanjabbar.
Saat ini, harga pinang bagi penampung di Tungkal berkisar Rp 7.000/kilogramnya. Namun, sesampainya di negara tujuan, harga tersebut mencapai Rp 9.000/kilogramnya. 

Di Tanjabbar, terdapat puluhan penampung pinang dalam skala menengah, dan kecil. Namun untuk penampung skala besar, kata Andika  ada empat perusahaan, yakn PT Bintang Selamanya, PT Budiman Sukses, PT Bandar Jakarta, dan CV Mantera. 

"Hanya empat  penampung besar, sisanya hanya penampung menengah, dan kecil," katanya
Kepala Dinas perkebunan Tanjabbar, Melam Bangun mengatakan, Tanjabbar tidak memiliki perkebunan khusus pinang. "Pinang merupakan tanaman konversi, bukan seperti kelapa  maupun kelapa sawit yang memiliki lahan khusus, dan hargannya juga tergantung pasar, " ucap Melam.
Mengenai wilaya penghasil Pinang di Tanjabbar, katanya berada di wilayah Betara, Pengabuan, Senyerang, dan Tungkal Ilir. 

"Karena wilayah Ilir merupakan wilayah Lembab, kalau di Ulu, tidak tumbuh pinang," ujarnya. (*)
sebagai negara tujuan ekspor terbesar pinang dari dari Kuala Tungkal. Hanya saja, ia tidak mengetahui pasti angka ekspor pinang tersebut. 

*tribunjambi.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)