NASIONAL - Wasior Papua Lumpuh Diterjang Banjir Bandang


Kota Wasior di Kabupaten Teluk Wondama, Papua lumpuh total pasca dihantam banjir bandang, Senin 4 Oktober 2010. Dari Jakarta, pemerintah langsung bertindak. Tanggap darurat dua minggu diberlakukan untuk penanganan korban. Periode darurat ini ditangani langsung Pemerintah Provinsi Papua Barat karena pemerintah daerah setempat angkat tangan.

”Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, mengalami kelumpuhan, artinya tidak bisa berfungsi maksimal sehingga di-take over Pemprov Papua Barat,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu 6 Oktober 2010.

Dijelaskan Agung, banjir bandang yang datang dengan cepat dan tanpa diduga membawa muatan lumpur tebal. Air yang bersatu dengan lumpur itu menerjang rumah, segala infrastruktur, dan juga gedung-gedung pemerintahan.

Agung mengatakan, ia ditugaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memonitor langsung kondisi yang terjadi di Wasior. “Sekarang, kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ada di sana. Biar dia di sana dulu,” kata Agung.

Namun, dia mengingatkan bukan perkara gampang masuk ke lokasi bencana. “Tidak bisa langsung ke Kabupaten Wondama, mengingat tertutup lumpur. Helikopter juga terbatas,” jelas Agung.

Sabtu atau Minggu mendatang, Agung berencana ke lokasi bencana. “Setelah diharapkan runway-nya bersih, dari situ kemudian akan dilihat kemungkinan Presiden datang," kata dia.

Namun, tak dijamin apakah SBY bakal bisa meninjau langsung lokasi dan menemui korban. Sebab, kondisi di lapangan dilaporkan masih porak-poranda dan akses masuk masih sangat terbatas.

Sejumlah bantuan dari pusat telah dikirimkan. Menurut data BNPB, Rabu  pukul 06.03 WIB telah diberangkatkan bantuan logistik seberat 10,5 ton, dengan rincian berupa tenda pleton 3 unit, tenda keluarga 80 unit, tenda gulung 200 lembar, velbed 60 unit, sandang 500 paket, kidsware 150 paket, family kits 150 paket, selimut 100 lembar, tikar 100 lembar dan makanan siap saji 2.250 paket. Nilai bantuan logistik diperkirakan sebesar Rp. 900 juta.

Selain bantuan logistik, juga dikirimkan bantuan obat-obatan seberat 2,5 ton dan tim medis 7 orang dari Kementerian Kesehatan. Bantuan tersebut diangkut menggunakan pesawat boeing 737.

Presiden SBY juga akan memberikan bantuan tambahan berupa barang-barang, antara lain pakaian anak dan dewasa, selimut, dan obat-obatan. Kementerian Kesehatan juga mengirim obat-obatan serta tenaga medis.

Para korban membutuhkan sejumlah logistik secara mendesak berupa tenda, obat-obatan, sembako, dapur umum, selimut dan pakaian. Bantuan masih diharapkan.
Jumlah korban tembus angka 87
J
umlah korban akibat banjir bandang terus bertambah. Pada Rabu 6 Oktober 2010, total korban berjumlah 87 orang tewas, 65 lainnya dinyatakan hilang.

Ini belum final. Korban diperkirakan terus bertambah, karena ada beberapa lokasi yang belum tersentuh tim evakuasi.

“Ada sejumlah kampung yang tertimbun lumpur tapi belum bisa dimasuki, seperti kampung Sobei, Ondibai dan Rotei,” kata Derek Ampnir Ketua Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Papua Barat saat dihubungi VIVAnews, Rabu sore.

Sementara jalur sungai tidak bisa lagi digunakan, karena sudah tertutup lumpur. “Padahal ini salah satu jalur yang melintasi perkampungan dan digunakan sebagai jalur evakuasi,” tambah dia.

Tim evakuasi harus menggunakan gergaji mesin dalam menjalankan tugasnya. Ada banyak korban dalam kondisi mengenaskan -- terjepit dan tertimpa pohon yang tumbang.

Nestapa juga dialami korban yang selamat. Mereka masih panik dan ketakutan banjir akan kembali menerjang. Apalagi, hujan lebat masih terus mengguyur Waisor.

Komandan Kodim Manokwari, Letkol Edward Sitorus mengatakan hari ini, sebanyak 53 pengungsi berhasil dievakuasi ke Manokwari dengan menggunakan KRI Fatahilah.

Di Manokwari, korban harus tinggal di tenda-tenda pengungsian di Markas Kodim Manokwari. Salah satu pengungsi luka parah karena patah kaki dan tangan.

Mereka harus prihatin karena di sana tidak ada  MCK. Bantuan yang datang juga baru sebatas spontanitas. ''Kami pasang 8 tenda pengungsi, tapi kami masih kewalahan MCK dan air bersih,'' kata Edward.

Air bah datang seperti tsunami
Musibah banjir ini datang sekitar pukul 7.30 WIT, Senin 4 Oktober 2010. Pagi itu, warga sedang memulai kegiatannya.

"Tiba-tiba, air deras bercampur lumpur datang dari atas gunung, warga panik dan sebagian tidak sempat menyelamatkan diri," ujar Horas Lubis salah seorang warga Wasior, menceritakan kesaksiannya.

Bagai tsunami, air bah yang datang hampir mencapai ketinggian atap rumah. "Mobilnya saja nyangkut di atap rumah, sama sekali tidak ada tempat lari," kata dia. Dari Manggirai hingga Bandara Wasior yang berjarak 5 kilometer tersapu air.

Warga berusaha bertahan dengan segala upaya. Ada yang berenang atau berpegangan di tiang dan pepohonan. Sebagian warga berhasil keluar dari Wasior menuju Manokwari dengan kapal minyak yang saat itu kebetulan sedang bersandar.
Lain lagi dengan cerita Lapeni, warga Wasior. Ia luka parah, kini dirawat di RS Manokwari.

Saat banjir bandang datang, Lapeni yang tinggal di antara Kampung Sundui dan Wasior Atas, langsung memeluk istrinya Ida dan anaknya, Riski yang berumur 3 bulan. 

Tapi, kemudian ia terbentur kayu besar dan sisa bangunan roboh, sehingga pelukannya terlepas. Istri dan anaknya terseret arus, sementara ia tak berdaya menggapai mereka karena luka patah kaki dan terkena sayatan.

Sampai kini, nasib istri dan anaknya belum diketahui. ''Saya tidak tahu nasib anak dan istri saya sekarang,'' ujarnya, berlinang air mata.


Tak hanya korban nyawa, air bercampur lumpur itu merusak sejumlah bangunan dan jembatan. Data sementara kerusakan yang telah dihimpun tercatat 31 rumah hanyut, 2 sekolah rusak berat, 1 rumah sakit rusak berat, 1 masjid rusak berat, 1 hotel rusak berat dan 4 jembatan tertimbun lumpur.

Sebuah pesawat jenis Twin Otter milik Susi air yang saat itu sedang parkir di Bandara Wasior, juga tak luput dihajar banjir bandang. Kondisi pesawat diperkirakan rusak berat.
 
Apa yang menyebabkan air bah menyapu Waisor? Menteri Agung Laksono mengatakan, itu belum dipastikan. Tetapi, ada kemungkinan penyebabnya adalah penggundulan hutan yang terus-menerus dilakukan di lokasi itu.

"Apa ada penggundulan hutan? Laporan sementara seperti itu. Ulah manusia juga," kata dia. Bencana banjir bandang yang mengirimkan lumpur baru kali ini terjadi. 

*Sumber:vivanews.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)