Sejumlah kawasan yang masih banyak terdapat Harimau Sumatera, khususnya yang berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dikabarkan akan dijadikan lokasi wisata harimau alam liar, atau taman safari. Informasi dari sumber, saat ini sudah ada beberapa orang investor dari lombok, yang siap menginvestasikan modal mereka, untuk membangun wisata harimau di Desa Muara Emat, dan desa lainnya di Kabupaten Kerinci, yang masih mudah ditemukan harimau.
"Saat ini sudah ada investor dari lombok yang datang ke kerinci. Mereka tertarik untuk menjadikan muara emat sebagai taman safari," ujar seorang sumber yang enggan menyebutkan namanya, kepada Tribun.
Kedatangan investor tersebut katanya, karena melihat potensi harimau liar yang berada di muara emat dan sejumlah desa lainnya, sebab di tempat tersebut harimau liar bisa dengan mudah ditemui. Padahal jika ditempat lain, untuk bisa melihat harimau yang sudah semakin langka sangat sulit.
"Pecinta harimau rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk bisa melihat binatang tersebut. Hal itulah yang dicoba dilakukan oleh investor di Muara Emat. Mereka berharap wisatawan asing akan berdatangan untuk bisa melihat harimau," katanya lagi.
Jika rencana tersebut terealisasi, di kawasan Muara Emat akan dibangun tower-tower untuk memantau harimau. Wisatawan akan ditempatkan di atas tower tersebut untuk memantau aktivitas harimau dari ketinggian.
"Dengan adanya taman safari ini, warga setempat juga akan memiliki lapangan pekerjaan yang lebih baik lagi. Warga tidak perlu lagi mengkhawatirkan gangguan harimau yang sering masuk kampung. Malah, warga bisa memiliki penghasilan yang lebih baik," jelasnya.
Warga Desa Muara Emat, Hermanto, saat diminta tanggapannya, mengatakan jika memang rencana tersebut terealisasi, sebaiknya dipagar dengan baik, agar warga tidak ketakutan dengan keberadaan harimau tersebut.
"Kalau memang rencana itu dianggap baik bagi warga, tentunya warga akan sangat mendukung. Namun biar bagaimanapun keselamatan warga harus tetap diutamakan, agar semua kepentingan warga tidak terlangkahi," tanggap Hermanto.
Sebelumnya, Kepala Desa Muara Emat, Ali Akbar, saat dikonfirmasi mengaku belum mengetahui adanya rencana tersebut. Ia mengatakan, sampai saat ini belum ada investor yang menghubunginya untuk membicarakan taman safari.
"Jika benar, saya akan koordinasikan dulu dengan warga. Jika warga disini setuju tentunya saya akan mendukungnya. Saya tidak berani mengambil keputusan tanpa ada dukungan dari warga," jawab Kades Muara Emat.
Lebih lanjut Ali Akbar menegaskan, siapapun investor yang akan menanamkan modalnya di Muara Emat, harus memperhatikan kepentingan masyarakat. Jangan sampai investor menangguk keuntungan besar, warga setempat yang menjadi korban.
"Biar bagaimanapun, orientasinya harus tetap masyarakat. Saya tidak ingin warga saya yang akan dirugikan," tegas Ali Akbar.
Lembaga Internasional Flora dan Fauna, yang bekerja di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Debby, menyambut baik rencana tersebut. Ia mengatakan, rencana menjadikan Muara Emat sebagai taman safari sangat baik sekali. Hanya saja harus memikirkan keamanan warga dan harimau itu sendiri.
"Tim PHS juga sangat mendukung rencana ini. Jika terealisasi, selain menjaga keselamatan harimau, juga bisa meningkatkan perekonomian warga. Warga lokal bisa memiliki pekerjaan yang lebih layak dengan menjadi pemandu wisata, karena merekalah yang lebih menguasai hutan," kata Debby.
Di India kata Debby, keberadaan harimau dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meraup keuntungan, dengan mendatangkan wisatawan manca negara. Satu orang wisatawan bisa menghabiskan uang satu juta per hari.
"Kalau hal itu bisa diterapkan disini, tentunya akan sangat baik sekali. Wisatawan asing, sanggup masuk hutan selama berminggu-minggu untuk melihat harimau, tapi di Muara Emat dan kawasan Jangkat mereka bisa melihat harimau dengan mudah," pungkas Debby.(eja)
"Saat ini sudah ada investor dari lombok yang datang ke kerinci. Mereka tertarik untuk menjadikan muara emat sebagai taman safari," ujar seorang sumber yang enggan menyebutkan namanya, kepada Tribun.
Kedatangan investor tersebut katanya, karena melihat potensi harimau liar yang berada di muara emat dan sejumlah desa lainnya, sebab di tempat tersebut harimau liar bisa dengan mudah ditemui. Padahal jika ditempat lain, untuk bisa melihat harimau yang sudah semakin langka sangat sulit.
"Pecinta harimau rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk bisa melihat binatang tersebut. Hal itulah yang dicoba dilakukan oleh investor di Muara Emat. Mereka berharap wisatawan asing akan berdatangan untuk bisa melihat harimau," katanya lagi.
Jika rencana tersebut terealisasi, di kawasan Muara Emat akan dibangun tower-tower untuk memantau harimau. Wisatawan akan ditempatkan di atas tower tersebut untuk memantau aktivitas harimau dari ketinggian.
"Dengan adanya taman safari ini, warga setempat juga akan memiliki lapangan pekerjaan yang lebih baik lagi. Warga tidak perlu lagi mengkhawatirkan gangguan harimau yang sering masuk kampung. Malah, warga bisa memiliki penghasilan yang lebih baik," jelasnya.
Warga Desa Muara Emat, Hermanto, saat diminta tanggapannya, mengatakan jika memang rencana tersebut terealisasi, sebaiknya dipagar dengan baik, agar warga tidak ketakutan dengan keberadaan harimau tersebut.
"Kalau memang rencana itu dianggap baik bagi warga, tentunya warga akan sangat mendukung. Namun biar bagaimanapun keselamatan warga harus tetap diutamakan, agar semua kepentingan warga tidak terlangkahi," tanggap Hermanto.
Sebelumnya, Kepala Desa Muara Emat, Ali Akbar, saat dikonfirmasi mengaku belum mengetahui adanya rencana tersebut. Ia mengatakan, sampai saat ini belum ada investor yang menghubunginya untuk membicarakan taman safari.
"Jika benar, saya akan koordinasikan dulu dengan warga. Jika warga disini setuju tentunya saya akan mendukungnya. Saya tidak berani mengambil keputusan tanpa ada dukungan dari warga," jawab Kades Muara Emat.
Lebih lanjut Ali Akbar menegaskan, siapapun investor yang akan menanamkan modalnya di Muara Emat, harus memperhatikan kepentingan masyarakat. Jangan sampai investor menangguk keuntungan besar, warga setempat yang menjadi korban.
"Biar bagaimanapun, orientasinya harus tetap masyarakat. Saya tidak ingin warga saya yang akan dirugikan," tegas Ali Akbar.
Lembaga Internasional Flora dan Fauna, yang bekerja di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Debby, menyambut baik rencana tersebut. Ia mengatakan, rencana menjadikan Muara Emat sebagai taman safari sangat baik sekali. Hanya saja harus memikirkan keamanan warga dan harimau itu sendiri.
"Tim PHS juga sangat mendukung rencana ini. Jika terealisasi, selain menjaga keselamatan harimau, juga bisa meningkatkan perekonomian warga. Warga lokal bisa memiliki pekerjaan yang lebih layak dengan menjadi pemandu wisata, karena merekalah yang lebih menguasai hutan," kata Debby.
Di India kata Debby, keberadaan harimau dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meraup keuntungan, dengan mendatangkan wisatawan manca negara. Satu orang wisatawan bisa menghabiskan uang satu juta per hari.
"Kalau hal itu bisa diterapkan disini, tentunya akan sangat baik sekali. Wisatawan asing, sanggup masuk hutan selama berminggu-minggu untuk melihat harimau, tapi di Muara Emat dan kawasan Jangkat mereka bisa melihat harimau dengan mudah," pungkas Debby.(eja)
*tribunjambi.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)