Nurdin Halid masih nyaman duduk di kursi ketua umum PSSI meski digempur dari segala penjuru oleh berbagai elemen pecinta sepakbola tanah air. Mengapa?, Pertanyaan tersebut mengemuka dalam bedah buku "Dosa-Dosa" Nurdin Halid karangan Erwiyantoro di Gedung Galangpress Center, Jl.Mawar Tengah 72, Baciro, Yogyakarta.
Bedah buku tersebut dihadiri oleh Zainal Arifin Muchtar (Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM), FX Hady Rudyatmo (Ketua Persis Solo – Wakil Walikota Solo), Jeremias Lemek (pengacara senior), dan Erwiyantoro sendiri.
Zainal mengaku heran dengan eksistensi Nurdin di posisi puncak PSSI. Padahal, pria asal Makassar itu sudah ratusan kali diminta mundur karena tak mampu menghadirkan prestasi untuk sepakbola tanah air.
"Kenapa sih orang-orang seperti itu bisa bertahan? Padahal gempurannya ada, tidak kecil, prestasinya tidak ada, tapi masih bisa bertahan?" ujarnya.
Menurut Zainal, setidaknya ada tujuh faktor yang membuat posisi Nurdin sulit digoyang. Ketujuh faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
"Ada empat faktor internal. Pertama, dia mampu mengonsolidasikan kekuasaan. Ini ribet dilawan. Dia bercokol di partai besar, Golkar. Dia eks anggota DPR, dia punya jaringan yang luas," urai Zainal.
"Kedua, Nurdin pintar memainkan ritme politik. Saat Kongres Sepakbola Nasional (KSN) digelar, dia dengan pintarnya membawa sentimen Partai Demokrat versus Golkar. Seolah-olah Demokrat ingin mengganggu Golkar."
"Ketiga, dia punya kekuasaan politik. Banyak petinggi partai yang menetek pada Nurdin."
"Keempat, Nurdin menerjemahkan perintah 'Robin Hood' menjadi 'Sinterklas'."
Sementara untuk faktor eksternal, Zainal menjabarkan ada tiga faktor.
"Pertama, statuta FIFA. Statuta FIFA melarang negara campur tangan. Banyak negara diskorsing gara-gara ini," sambungnya.
"Kedua, penegakan hukum yang lemah. Saat Nurdin dipenjara dan dia bilang akan memimpin dari penjara, ini 'kan aneh. Bagaimana orang bisa memimpin dari penjara, padahal di penjara penuh keterbatasan."
"Ketiga, kepemimpinan negara yang memang lemah. Presiden kita tidak punya nyali untuk menurunkan Nurdin," tutupnya.
( a2s / din )
*detik.com
Bedah buku tersebut dihadiri oleh Zainal Arifin Muchtar (Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM), FX Hady Rudyatmo (Ketua Persis Solo – Wakil Walikota Solo), Jeremias Lemek (pengacara senior), dan Erwiyantoro sendiri.
Zainal mengaku heran dengan eksistensi Nurdin di posisi puncak PSSI. Padahal, pria asal Makassar itu sudah ratusan kali diminta mundur karena tak mampu menghadirkan prestasi untuk sepakbola tanah air.
"Kenapa sih orang-orang seperti itu bisa bertahan? Padahal gempurannya ada, tidak kecil, prestasinya tidak ada, tapi masih bisa bertahan?" ujarnya.
Menurut Zainal, setidaknya ada tujuh faktor yang membuat posisi Nurdin sulit digoyang. Ketujuh faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
"Ada empat faktor internal. Pertama, dia mampu mengonsolidasikan kekuasaan. Ini ribet dilawan. Dia bercokol di partai besar, Golkar. Dia eks anggota DPR, dia punya jaringan yang luas," urai Zainal.
"Kedua, Nurdin pintar memainkan ritme politik. Saat Kongres Sepakbola Nasional (KSN) digelar, dia dengan pintarnya membawa sentimen Partai Demokrat versus Golkar. Seolah-olah Demokrat ingin mengganggu Golkar."
"Ketiga, dia punya kekuasaan politik. Banyak petinggi partai yang menetek pada Nurdin."
"Keempat, Nurdin menerjemahkan perintah 'Robin Hood' menjadi 'Sinterklas'."
Sementara untuk faktor eksternal, Zainal menjabarkan ada tiga faktor.
"Pertama, statuta FIFA. Statuta FIFA melarang negara campur tangan. Banyak negara diskorsing gara-gara ini," sambungnya.
"Kedua, penegakan hukum yang lemah. Saat Nurdin dipenjara dan dia bilang akan memimpin dari penjara, ini 'kan aneh. Bagaimana orang bisa memimpin dari penjara, padahal di penjara penuh keterbatasan."
"Ketiga, kepemimpinan negara yang memang lemah. Presiden kita tidak punya nyali untuk menurunkan Nurdin," tutupnya.
( a2s / din )
*detik.com
0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)