Kinerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dinilai sangat buruk. Jika Presiden SBY benar-benar melihat berdasarkan objektivitas, lebih dari 50 persen menteri dalam pemerintahan kali ini layak untuk diganti.
"Jika ukurannya objektivitas, lebih dari 50 persen, menurut saya inilah kabinet terburuk sepanjang sejarah," tegas pengamat politik dari Reform Institute, Yudi Latief saat berbincang dengan detikcom, Selasa (19/10/2010).
Yudi menilai, kinerja kabinet SBY-Boediono sangat menyedihkan. Banyak menteri yang tidak sanggup mengurusi tugasnya dengan baik.
"Sudah kualitasnya tidak bagus, ditempatkan pada posisi yang salah," ujar Yudi ketus.
Salah satunya, Yudi mengkritisi posisi Menteri ESDM Darwin Saleh. Dengan tugas yang begitu penting, Darwin dinilai Yudi tidak memiliki kemampuan untuk menjabat di posisi tersebut
Dalam mengganti pembantunya, Yudi berharap SBY tidak terjebak dengan keinginan mencari dukungan politik. Di sisa masa tugasnya, SBY harus mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah Indonesia.
"Kalau hanya untuk mengakomodasi tekanan politik, ini sama saja jebakan baru. Harus dicari orang yang memiliki keseimbangan antara dukungan politik dan profesional," tandasnya.
"Jika ukurannya objektivitas, lebih dari 50 persen, menurut saya inilah kabinet terburuk sepanjang sejarah," tegas pengamat politik dari Reform Institute, Yudi Latief saat berbincang dengan detikcom, Selasa (19/10/2010).
Yudi menilai, kinerja kabinet SBY-Boediono sangat menyedihkan. Banyak menteri yang tidak sanggup mengurusi tugasnya dengan baik.
"Sudah kualitasnya tidak bagus, ditempatkan pada posisi yang salah," ujar Yudi ketus.
Salah satunya, Yudi mengkritisi posisi Menteri ESDM Darwin Saleh. Dengan tugas yang begitu penting, Darwin dinilai Yudi tidak memiliki kemampuan untuk menjabat di posisi tersebut
Dalam mengganti pembantunya, Yudi berharap SBY tidak terjebak dengan keinginan mencari dukungan politik. Di sisa masa tugasnya, SBY harus mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah Indonesia.
"Kalau hanya untuk mengakomodasi tekanan politik, ini sama saja jebakan baru. Harus dicari orang yang memiliki keseimbangan antara dukungan politik dan profesional," tandasnya.
*Sumber:detik.com



0 komentar:
Posting Komentar
free comment,but not spam :)