INTERNASIONAL - Sentimen Bisnis Jepang Cuma Minus Sembilan

Empasan dampak gempa bumi dan tsunami sejak sekitar tiga bulan lalu di Jepang tetap terasa sampai kini. Survei Tankan terbaru menunjukkan sentimen bisnis Jepang cuma berada di posisi minus sembilan. Menurut warta AP dan AFP pada Jumat (1/7/2011), posisi ini adalah tingkat negatif pertama sejak 15 bulan. Sebelumnya, indeks sentimen bisnis Negeri Sakura ini ada di angka 15.


Gempa dan tsunami pada Jumat (11/3/2011) menyebabkan putusnya pasokan listrik. Alhasil, kalangan industri kekurangan suku cadang yang ujung-ujungnya menurunkan produksi. Meskipun demikian, pelaku bisnis manufaktur memperkirakan keadaan akan membaik dalam beberapa bulan ke depan.

Indeks sentiman bisnis adalah hasil pengurangan persentase responden yang mengatakan keadaan buruk dan kelompok yang mengatakan situasi baik. Hasil survei ini memengaruhi kebijakan moneter Jepang.

Namun demikian, optimisme ternyata lebih kuat melanda Jepang. Makanya, diprediksikan,  indeks kuartal September diperkirakan akan naik menjadi plus dua.
Pengamat mengatakan sementara keadaan di lapangan membaik, situasi bisnis kemungkinan akan berbalik. "Indeks utama sedikit lebih lemah daripada perkiraan (Juni) tetapi sentimen manufaktur besar sepertinya pasti berbalik," kata Takeshi Minami dari Pusat Penelitian Norinchukin.

"Data yang ada memperkuat pandangan bahwa keadaan terburuk sudah terlewati dan ekonomi akan kembali ke perbaikan moderat dipacu sektor manufaktur pada sisa tahun ini," tambahnya.
Data yang dikeluarkan permulaan minggu ini memperlihatkan produksi pabrik Jepang membaik lebih cepat dari perkiraan. Produksi industri bulan Mei naik 5,7 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan produksi selama dua bulan berturut-turut.

Waspada
Meskipun keadaan jaringan suku cadang dan produksi industri mulai membaik, para pengamat memperingatkan perbaikan ini dapat terhenti karena sejumlah hal. "Perbaikan ini menimbulkan sejumlah risiko terkait dengan permintaan rekonstruksi dan ekspor," kata Minami.

Jika masalah politik menunda proyek pembangunan kembali maka hal ini akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap ekonomi," katanya.
Hiroshi Miyazaki dari Shinkin Asset Management Company memperkirakan peningkatan permintaan karena proyek pembangunan kembali setelah gempa dan tsunami. "Jika permintaan tidak terjadi seperti yang diperkirakan akan muncul resiko negatif akibat penyesuaian tiba-tiba," dia memperingatkan.

Para pengamat mengatakan paduan faktor luar dan dalam kemungkinan juga akan mempengaruhi sektor manufakturing Jepang. "Perlambatan ekonomi dunia akan memperlambat perbaikan ekspor. Sementara, masalah pasokan listrik pada musim panas kemungkinan menghambat produksi pabrik," kata Minami.

*kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)