INTERNASIONAL - Minyak Tembus US$100 per Barel


HARGA minyak dunia, untuk pertama kalinya sejak krisis ekonomi 2008, menembus US$100/barel. Harga terpicu kekhawatiran terhadap meningkatnya gejolak di Mesir yang bisa mengganggu distribusi pasokan minyak melalui Terusan Suez. Seperti dilaporkan kantor berita Channel News Asia, harga minyak jenis brent north sealight sweet di New York naik US$2,85/barel dari US$89,34/barel ke US$92,19/barel. 

London untuk pengiriman Maret berada di US$101/barel. Minyak jenis
Mesir memang tidak termasuk produsen minyak utama, tetapi rumah bagi Terusan Suez yang sangat penting dalam distribusi minyak. Sekitar 2,4 juta barel minyak melewati terusan tersebut setiap hari.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mulai mewaspadai hal itu. "Sangat mungkin akan terjadi kekurangan pada minyak mentah yang melewati Suez. Apabila itu benar-benar terjadi, kita harus bertindak," ujar Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla Salem El-Badri.


Emma Pinnock, konsultan energi asal Inggris, memprediksi minyak dapat menyentuh level psikologis US$110/barel akibat konflik Mesir.


"Sepertinya angka US$110/barel mungkin akan terjadi, mengingat Mesir memegang kunci pada distribusi minyak Timur Tengah," ujar Pinnock.


Sementara itu, Deputy Director ReforMiner Institute Komaidi justru mengkhawatirkan kisruh di Mesir berkembang ke negara-negara Timur Tengah lain yang juga menjadi anggota OPEC, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Iran, dan Irak.


OPEC merupakan produsen 79,6% minyak dunia. Saat ini, OPEC memiliki 12 negara anggota, enam di antaranya berada di kawasan Timur Tengah.


Inflasi


Di dalam negeri, lonjakan harga minyak dunia telah memicu penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis pertamax. Kemarin, harga pertamax naik Rp200/liter, dari Rp7.850/liter menjadi Rp8.050/liter.


Pemerintah berharap harga minyak bisa kembali turun menyongsong program pembatasan BBM bersubsidi di akhir kuartal I 2011 nanti. Sebab, sebagaimana diungkapkan anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Adi Subagyo, fluktuasi harga minyak dunia tidak membuat rencana pembatasan konsumsi BBM bersubsidi batal.


Namun, pengamat ekonomi makro Ahmad Erani Yustika mengingatkan akan ancaman inflasi apabila program pembatasan konsumsi BBM diterapkan.


Erani memprediksi, jika ada kenaikan harga BBM dan program pembatasan konsumsi BBM bersubsidi dilaksanakan, inflasi akan menembus dua digit.


Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Januari 2011 mencapai 0,89%, lebih tinggi daripada inflasi Januari 2010 sebesar 0,82%. Dengan angka tersebut, inflasi
year on year mencapai 7,02%.

Menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, faktor penyumbang terbesar inflasi adalah bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, serta listrik.(*/Tup/X-10) 

*mediaindonesia.com 

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)