JAMBI - Suwarno Kepincut Harga Jangkrik di Jambi


SUWARNO memang gigih. Ia rela hijrah dari Solo ke Jambi hanya untuk beternak dan menjual jangkrik. Ia melihat prospek usaha ini sangat bagus. Alasannya, harga jangkrik di Jambi cukup mahal dibandingkan harga di Solo. Kisah sukses Suwarno dimulai tiga tahun lalu ketika ia pindah ke Jambi. Ia menyebut, harga jangkrik di Jambi mencapai Rp 120 ribu per kilo. Padahal, di Solo binatang yang biasa dijadikan pakan burung itu hanya dihargai Rp 6 ribu sekilo.

Awalnya, kata dia, karena tak ada saudara saya menumpang menginap di rumah orang yang juga dari Jawa. Ia memulai sebagai peternak jangkrik di Kasang Pudak, Muaro Jambi. “Apalagi pada saat itu, jarang sekali peternak jangkrik di Jambi,” ucapnya, Kamis (3/2).

Sebagai modal adalah telur jangkrik yang didatangkan dari Jawa. Saat itu, kata suami Lestari ini, hanya empat kotak saja. Lama kelamaan ternak jangkriknya semakin maju. Barulah  pada 2008 ia mengontrak rumah karena ingin membawa anak istri ke Jambi. Kini, juragan jangkrik ini tinggal di Villa Kenali, Mayang.

Mungkin ada yang tidak percaya dengan omzet yang diperoleh pria kelahiran 14 September ini. Dalam sebulan, ia mampu mengumpulkan ratusan juta rupiah. Itu setelah ia fokus menjadi penampung jangkrik dari para peternak yang mulai banyak.

Ia mengenang, kesuksesan yang ia rasakan saat ini tidak luput dari kerja kerasnya.  Dulu untuk membuka jaringan pemasaran, ia rela mengendarai sepeda motor ke provinsi lain untuk memasarkan jangkriknya, mulai dari Bengkulu, Palembang, Batam, Padang dan Pekanbaru.

Kini, ia tinggal menikmati jerih payahnya. Pengiriman jangkrik ke luar Jambi ia lakukan dengan travel. Dalam sekali pesan, relasinya bisa memesan hingga 10 kilogram jangkrik bahkan lebih.


Tertipu

Menjalankan usaha memang tak selalu mulus. Warno pun mengalami hal ini. Ia ditipu mitranya di luar daerah. Dikatakan, mitranya di luar cukup menelpon ketika memesan jangkrik. Setelah barnag tiba barulah uang ditransfer.

Karena saling percaya, ada mitra yang tidak mentransfer uang jangkrik yang telah dikirim. “Jika dikumpulkan dari empat tahun kebelakangan sekitar Rp 50 juta yang tidak dibayar,” ujarnya.

Walaun demikian, ia tetap sabar dan yakin dibalik itu ada kemudahan. Terbukti, usahanya semakin berkembang.
Saat ini, bapak tiga anak ini dapat menyediakan 200 kilogram jangkrik dalam satu hari, untuk memenuhi permintaan dari mitranya di berbagai daerah termasuk dalam Provinsi Jambi sendiri.

Soal harga yang ia patok, mulai dari Rp 40 ribu-Rp 90 ribu per kilo. Ini, kata dia, tergantung jarak pengiriman. Memang harga jangkrik saat ini jauh turun dibanding ketika awal ia merintis usaha ini. Di Jambi ia menjual jangkrik Rp 40 ribu per kilo.

Anak ke tiga dari empat bersaudara ini menuturkan, kalau ia lebih banyak memasarkan keluar Jambi dari pada di Jambi. Perbandingannya sekitar 80 persen pelanggan dari luar Jambi, 20 persen sisanya dari Jambi. Kini, dari usaha ini, Warno sudah bisa mengembangkan rumahnya, termasuk memiliki dua buah kendaraan roda empat. (fendry hasari)    

*tribunjambi.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)