TANJABBAR,JAMBI - Kopi Asal Tanjabbar Mendunia : Exelsa Ada Sejak 50 Tahun Silam

Komoditi Kabupaten Tanjung Jabung Barat mampu merajai pasar internasional. Sebut saja pinang yang begitu diminati  India, dan Nepal. Kemudian udang ketak yang diburu China dan Taiwan. Satu lagi, kopi asal daerah ini sangat digemari di Malaysia dan Singapura. Hasil perkebunan Tanjabbarberupa kopi jenis exelsa siap merajai pasar Asia, khususnya  Malasyia dan Singapura. Tidak banyak yang tahu, jika jenis kopi berbiji besar ini begitu diminati dua negara tetangga tersebut.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber  yang dihimpun Tribun, masyarakat Tanjabbar sudah mengenal biji kopi exelsa sejak 50 tahun silam. Sayangnya, belum ada petani yang mengembangkan secara serius terhadap jenis kopi ini. Padahal tanah di Tanjabbar sangat cocok ditanami kopi ini.

Hal ini diakui Kepala Dinas Perkebunan Tanjabbar, Melam Bangun. Dikatakannya, para petani,  hanya menanam sembarangan di ladang yang dimiliki saat ini. "Belum ada petani yang khusus mengembangkan biji kopi exelsa di Tanjabbar. Kalaupun ada, biasanya hanya menanam berserakan, bukan seperti kelapa sawit," ujar Melam kepada Tribun, Senin (14/3).

Tanjabbar, katanya, sangat potensial untuk mengembangkan kopi exelsa. Terlebih di wilayah Ilir yang sebagian besar memiliki lahan gambut, seperti di Kecamatan Pengabuan, Kecamatan Betara, Kecamatan Bram Itam dan Kuala Betara.

Potensi ini menjadi alasan pihaknya berinisiatif untuk mengembangkan biji kopi exelsa di Tanjabbar, termasuk menyampaikan potensi tersebut ke pemerintah pusat. Dengan harga mencapai Rp 26.000 per kilogram,  bukan tidak mungkin petani biji kopi exelsa akan meraup untung besar.

"Kalau di Malasyia, dan Singapura harganya sangat mahal, dan masyarakat di sana sangat suka, dan tertarik dengan kopi exelsa dari Tanjabbar ini," katanya penuh semangat.

Mengetahui ketertarikan dua negara tersebut, pihaknya pun siap mendatangkan peneliti dari Jember,  Jawa Timur  untuk mengembangkan biji kopi exelsa. Rencana awal Tanjabbar akan menyiapkan lahan seluas 50 hektare dengan dana sebesar Rp 77 juta.

Tidak sulit untuk mengembangkan biji kopi exelsa. Hanya butuh sekitar 3,5 tahun para petani sudah bisa menghasilkan 800 hingga  1.200 kilogram kopi setiap hektarenya. Jenis kopi ini juga bisa mencapai tinggi hingga sembilan meter.

Uniknya, masyarakatTanjabbar tak begitu mengenal rasa kopi ini. Sebab, selain tanamannya tidak terorganisir, para petani juga tidak pernah mengelola biji kopi menjadi minuman kopi seperti jenis kopi robusta dan kopi arabika.

Di Tanjabbar, umumnya para petani lebih senang menanam kelapa dalam, karet, sawit, dan sebagian pinang. Namun jika tahun ini pengembangan biji kopi exelsa berhasil, secara bertahap pengembangan akan diperluas hingga ke semua kecamatan yang ada.

"Kita akan menjadi blok penghasil kopi exelsa bagi Malasyia dan Singapura. Sebab memang dua negara itu sangat suka. Harganya di sana juga cukup mahal, dua kali lipat dari harga kopi biasanya. Di Jambi belum ada penghasil biji kopi exelsa, dan Tanjabbar adalah satu‑satunya," katanya.(berman sibuea)

*tribunjambi.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)