JAMBI - Ratusan Burung Kerinci Dikirim Lewat Travel

Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Jambi, Kamis (17/3) pagi menemukan ratusan burung yang didatangkan dari Kerinci. Burung-burung tersebut didatangkan dari Kerinci dengan menggunakan jasa sebuah travel jurusan Kerinci- Jambi, sampai di Kota Jambi sekitar pukul 06.00.

    Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jambi, Tri Siswo membenarkan adanya penemuan ratusan ekor burung yang didatangkan dari Kerinci tersebut.
"Pagi tadi memang anggota kami menemukan ratusan burung yang diduga langka didatangkan dari Kerinci menuju Jambi," kata Siswo.

Menurutnya informasi tentang adanya dugaan penyelundupan burung-burung langka tersebut berdasarkan laporan sejumlah anggota masyarakat. "Laporan tersebut langsung ditindaklanjuti dan kita memang menemukan ratusan burung tersebut," kata Siswo.

    Dikatakannya anggota SPORC langsung turun ke lapangan menindaklanjuti hal tersebut, namun setelah sampai ditempat dugaan adanya penyelundupan bururng-burung langka tersebut tidak terbukti.

"Burung-burung yang kita temukan tersebut tidak dikategorikan burung langka yang dilindungi," katanya. Sebanyak 142 ekor burung dari berbagai jenis tersebut dikirimkan ke Jambi untuk diperjualbelikan, masyarakat setempat yang menangkapnya dan ada pihak yang menampungnya dan dikirimkan ke Jambi untuk diperjualbelikan.

    "Karena tidak ditemukan burung yang langka ya kita tidak lakukan penangkapan," kata Siswo. Siswo mengatakan baru melakukan pendataan dan pembinaan terhadap pemilik dari burung- burung tersebut.

"Karena tidak ditemukan adanya jenis burung yang langka dan dilindungi kita baru ssebatas melakukan pendataan dan melakukan pembinaan," kata Siswo.  
Namun menurut Siswo pihaknya akan menindaklanjuti dan mengembangkan temuan tersebut untuk mencegah terjadinya perburuan dan juga jual beli burung-burung langka yang dilindungi.

Beberapa jenis burung yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terancam mendekati kepunahanan, akibat kegiatan perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran.

Ketua Kerinci Birdwatching Club (KBC), Agung Nugroho, saat diminta komentarnya mengaku sangat khawatir melihat aktivitas perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran didalam kawasan hutan konservasi.

 Saya sangat khawatir beredarnya burung-burung liar secara bebas di pasaran. Apalagi diduga kuat burung-burung tersebut berasal dari kawasan TNKS,” ujar Agunung Nugroho, saat dikonfirmasi Tribun, Kamis (17/3).

Menurutnya, ada beberapa burung yang memang belum dilindungi dan tidak termasuk endemik, namun keberadaannya terancam punah akibat perburuan tersebut.  Data dari IUCN, salah satu spesies burung yakni burung Tangkar Oplet (Jalak Lilin) saat ini sudah terancam punah,” katanya.

Agung Nugroho menyambut baik adanya penangkapan burung yang diperdagangkan dari kerinci oleh BKSD Jambi. Ia mengatakan, hal tersebut merupakan kabar baik bagi pecinta burung.

 Dalam satu minggu, penjualan burung keluar daerah bisa mencapai ratusan ekor. Burung- burung tersebut adalah burung liar, yang diduga berasal dari kawasan TNKS. Padahal, untuk jual beli burung harus ada surat izin yang dikeluarkan oleh instansi terkait,” ungkapnya.

Sementara itu, informasi yang diperoleh dari salah seorang sumber, modus yang dilakukan oleh penampung burung liar, dengan cara menempatkan orang mereka di kawasan TNKS untuk menangkap burung liar, yang nantinya akan dijual ke berbagai daerah.

 Pedagang punya tim yang ditempatkan di hutan. Jumlahnya tiga hingga lima orang. Tim tersebutlah yang bertugas untuk menangkap burung-burung liar. Mereka bisa bertahan dihutan selama berminggu-minggu,” sebut sumber yang enggan namanya disebutkan.

Burung-burung tersebut paling banyak berasal dari kawasan Jangkat, Kabupaten Merangin, dan ada juga yang berasal dari kawasan Muara Imat dan kawasan bukit tapan, perbatasan sungaipenuh-sumbar.

 Yang sangat kita sayangkan adalah, penangkapan burung-burung liar tersebut tidak memperhatikan kuota, sehingga burung-burung yang dianggap bagus ditangkapi sebanyak mungkin. Apalagi yang berada dalam kawasan konservasi,” tegasnya.
Kabupaten Kerinci, yang berada di kawasan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), memang terkenal sebagai daerah yang menjadi habitat berbagai jenis burung langka.

 Ya, Kabupaten Kerinci merupakan tujuan utama wisatawan-wisatawan mancanegara, untuk melakukan pengamatan burung. Belum lengkap hasil pengamatan burung jika tidak berkunjung ke Kerinci,” ujar Doktor Wilson Nofarino, ahli burung dari Universitas Andalas, Sumatera Barat.

Menurut Doktor Wilson Nofarino, wisata burung merupakan wisata yang sangat mahal. Jika dikeloka dengan benar oleh instansi terkait, maka bisa mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar.

 Di Eropa, wisata pengamatan burung yang hidup dialam sangatlah populer. Wisatawan rela menghabiskan waktu dan biaya yang besar hanya sekadar untuk mendengar burung berkicau dihutan,” jelasnya.

Berdasarkan hasil penelitian Doktor Wilson Nofarino sejak tahun 1994, diketahi Kerinci memiliki lebih kurang 300 spesies burung yang hidup di dalam hutan baik di kawasan TNKS maupun hutan sekunder.

Tiga diantara jenis spesies tersebut, ternyata merupakan  burung endemik atau burung langka yang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Kerinci. Hal ini yang membuat kerinci menjadi  daerah tujuan utama wisata burung di kancah dunia. Tiga jenis burung tersebut yaitu Paok Schneider, Cucak Kerinci dan Celepuk Gunung. (eja/dot)

*tribunjambi.com

0 komentar:

Posting Komentar

free comment,but not spam :)